MAKALAH Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini



Tugas kelompok 3                                      MAKALAH
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini
Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini
Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Eti Hadiati, M. Pd
Disusun Oleh :
-          Nadiratul Hasanah                  : 1411070180
-          Nugroho Galih Wicaksono     : 1411070184
-          Nur Amini                               : 1411070185

-          Jurusan/Kelas/Semester           : PGRA/D/III




FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1436 H/2015 M

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok pembuatan makalah Manajemen Pendidikan Anak Uisa Dini yang berjudul ”Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini” dengan lancar.
Shalawat serta salam kami haturkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad S.A.W. beserta para sahabatnya yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.
 Dalam pembuatan makalah ini penulis  mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Dosen pengampu mata kuliyah Manajemen PAUD, Ibu Dra. Hj. Eti Hadiati, M. Pd yang atas bimbingannya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
2.      Teman-teman dan semua pihak yang memberi dukungannya selama dalam pengerjaan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis menerima segala saran dan kritik bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Jika ada kesalahan dalam penulisan maupun kata-kata yang tidak berkenaan bagi pembaca, penulis minta maaf. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.                                
Bandarlampung, 15 Oktober 2015

Penulis
ii
DAFTAR ISI

Halaman juduli
Kata Pengantarii
Daftar Isiiii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah1
B.     Perumusan Masalah1
C.     Tujuan Penulisan Makalah1
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Memaknai Pendidikan Anak Usia Dini 2
B.     Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini 3
C.     Bidang Garapan Pendidikan Anak Usia Dini 6
D.    Tujuh Inteligensi Anak Usia Dini yang Perlu Dikembangkan 9
E. Pradigma Pendidikan Anak Usia Dini 11
BAB III. KESIMPULAN15
Daftar Pustaka




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang profesional memiliki tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai, dan mengevaluasi peserta didik baik pada satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ataupun pendidikan yang lebih lanjut. Pemahaman konsep dasar PAUD merupakan hal yang snagat penting dikuasai oleh pendidik ataupun tenaga kependidikan PAUD karena merupakan hal mendasar untuk dapat menyelenggarakan pendidikan anak usia dini yang diharapkan dapat melejitkan potensi peserta didiknya. Oleh karena itu, makalah ini berfokus pada pembahasan apa itu pendidikan anak usia dini, tujuan dan ruang lingkupnya serta satuan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hakikat pendidikan anak usia dini
2.      Pentingnya pendidikan anak usia dini
3.      Bidang garapan pendidikan anak usia dini

C.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Memenuhi tugas mata kuliyah Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini
2.      Mengetahui hakikat dan pengertian PAUD
3.      Memahami manfaat pendidikan anak usia dini
4.      Mengetahui bidang garapan PAUD






BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan anak usia dini merupakan peletak dasar pertama dan utama dalam pengembangan pribadi anak, baik berkaitan dengan karakter, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial, emosional, spiritual, disiplin diri, konsep diri, maupun kemandirian. Oleh karena itu, dalam memberikan layanan pendidikan, perlu dipahami karakteristik perkembangan serta cara-cara anak belajar dan bermain. Untuk kepentingan tersebut, para orang tua dan guru di samping perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang psikologi pendidikan, juga dituntut untuk memahami psikologi perkembangan anak dan psikolog belajar. Psikologi dimaksud adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku anak usia dini dalam konteks pendidikan, belajar, dan perkembangan.

A.    Memaknai Pendidikan Anak Usia Dini
Mengingat pentingnya anak dalam pendidikan, dan pentingnya anak usia dini dalam perkembang manusia serta keseluruhan, maka pendidikan anak usia dini (PAUD) perlu diberikan melalui berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar lebih siap memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, serta menjadi fondasi perkembangan kepribadiannya. Anak yang mendapatkan pendidikan sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan mental, yang akan berdampak pada peningkatan motivasi, prestasi, dan kinerjanya, sehingga akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan berbagai potensinya.
Bloom mengemukakan bahwa separuh potensi manusia sudah terbentuk ketika berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun, dan 30% terbentuk pada usia 4-8 tahun. Dengan demikian, 80% potensi manusia tersebut terbentuk dalam kehidupan rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, disiplin, kebiasaan, karakter, kemampuan, dan kepribadian seseorang sangat bergantung pada orang tua, dan lingkungan sekitar rumahnya. Makanan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua akan turut membentuk kepribadian anak, menentukan pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya, serta mewarnai sikap dan prilakunya. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas yang mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak siap memasuki pendidikan dasar. Dalam pada itu, Direktorat PAUD Depdiknas menyatakan bahwa PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang  anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik, dan moral, spiritual, motorik, emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini merupakan sarana untuk menggali dan mengembangkan berbagai potensi anak agar dapat berkembang secara optimal.
PAUD juga dapat dijadikan sebagai cermin untuk melihat keberhasilan anak di masa mendatang. Anak yang mendapatkan layanan baik sejak dini memiliki harapan lebih besar untuk meraih kesuksesan masa depan, sebaliknya anak yang tidak mendapatkan layanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya.
B.     Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini 
PAUD sangat menentukan kesuksesan seseorang di masa depan, bagaimana seseorang merespons berbagai permasalahan yang dihadapi dalam setiap langkah kehidupan sangat ditentukan oleh pengalaman dan pendidikan yang diperolehnya pada saat usia dini. PAUD yang positif akan mendorong seseorang untuk merespon berbagai permasalahan kehidupan secara positif, sebaliknya pengalaman yang negatif dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang seharusnya. Jangan-jangan kondisi kehidupan masyarakat kita yang carut marut dewasa ini pun, merupakan akibat atau cermin kegagalan PAUD 15-20 tahun yang lalu.
Hasil kajian menunjukkan, bahwa daya imajinasi, keativitas, inovatif, dan proaktivitas lulusan PAUD, berbeda dengan yang tidak melakukannya. Oleh sebab itu, PAUD terus ditumbuhkembangkan pemerintah. Kedepan sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi lembaga ini harus dikembangkan sampai ke plosok pedesaan karena dalam era globalisasi sekarang kita membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Kita tidak ingin terus menerus tertinggal oleh negara lain, apalagi oleh negara-negara yang dulu pernah belajar dari kita, seperti Malaysia. Oleh sebab itu, perlu disiapkan SDM anda, melalui pendidikan yang berkualitas sejak dini, dengan menumbuhkembangkan lembaga PAUD.
PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak negeri, sebagai titik awal pembentukan SDM berkualitas, yang memiliki wawasan, intelektual, kepribadian, tanggung jawab, inovatif, kreatif, proaktif dan partisipan serta semangat mandiri. Hasil kajian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengikutu PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Ibarat jalan masuk menuju pendidikan dasar, PAUD memuluskan jalan itu sehingga anak menjadi lebih mandiri, lebih disiplin, dan lebih mudah mengembangkan kecerdasan majemuknya.
Hal ini yang penting, mengingat hasil penelitian tentang perkembangan otak sebagaimana telah disinggung diatas, bahwa sampai usia 4 tahun tingkat kestabilan kecerdasan anak telah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80%, dan sisanya sekitar 20% diperoleh setelah berusia 8 tahun. Dengan demikian, jika pendidikan baru dilakukan pada anak ketika mencapai usia 6 atau 7 tahun (Sekolah Dasar), stimulasi lingkungan terhadap fungsi otak yang sebagian besar telah berkembang akan terlambat pengembangannya sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan anak-anak kurang cerdas, serta dapat mengurangi optimalisasi otak yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak.
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan memberi rangsangan pendidikan untuk mambantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sebenarnya sudah menjadi kesepakan bersama untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, salah satu kebijakan yang digulirkan adalah menumbuhkembangkan PAUD merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat serta pemangku kepentingan lain. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan kedasaran serta program terpadu yang melibatkan masyarakat dan pemerintah untuk merealisasikan Gerakan PAUDNISASI yang telah dicanangkan pemerintah 2011 lalu.
Dalam rangka  perluasan akses, PAUD juga bisa diselenggarakan oleh kelompok ibu-ibu yang tergabung dalam Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dengan membekali diri melalui berbagai pelatihan dan membaca berbagai pelatihan dan membaca berbagai sumber, penerapan ide ini dapat dilakukan terutama di daerah-daerah terpencil, yang belum ada lembaga pendidikan bagi anak usia dini.
Untuk mengatasi kesenjangan antara anak-anak yang beruntung dan yang  kurang beruntung, diperlukan kolaborasi antara masyarakat serta organisasi-organisasi yang ada dengan Pemerintah. PAUD dapat dimasukkan ke beberapa program masyarakat yang sudah ada, misalnya lewat posyandu (pos layanan terpadu), dengan membentuk seksi pendidikan anak usia dini, juga dapat dimasukkan ke program PKK (pendidikan kesejahteraan keluarga). Alternatif lain: menjadikan PAUD sebagai bagian dari preventif Forum Penanganan Korban Kekerasan pada Perempuan dan Anak. Dalam hal ini, ketika anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak juga merupakan bagian kekerasan yang tersembunyi di dalam rumah tangga. Jika salah satu seksi dari forum diarahkan untuk menangani isu pendidikan seperti melakukan sosialisasi pentingnya PAUD, maka akan memberikan solusi pendidikan yang murah berbasis masyarakat, bahkan mencarikan donatur atau anak asuh bagi anak yang belum dapat menikmati pendidikan.
Pentingnya PAUD juga dapat ditinjau dari perkembangan otak manusia sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa tahap perkembngan otak anak usia dini menempati posisi yang paling vital, karena sebagian besar perkembangan otak dicapai pada masa usia dini. Lebih jelasnya bayi lahir telah mencapai perkembangan otak 25% orang dewasa. Untuk menuju kesempurnaan perkembangan otak manusia 50% dicapai hingga usia 4 tahun, 80% hingga usia 8 tahun dan selebihnya diproses hingga anak usia 18 tahun. Dengan demikian, usia dini memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan otak mengalami lompatan dan berjalan sedemikian pesat.                                                                                       
C.    Bidang Garapan Pendidikan Anak Usia Dini
Istilah yang sering digunakan untuk pendidikan anak usia dini, antara lain dinyatakan oleh The National Association for The Education of Young Children (NAEYC) yakni Early Childhood Education suatu pendidikan yang diberikan pada awal masa anak. Istilah lainnya adalah Early Childhood dan Early Childhood setting, Young Children, yang di Indonesia disebut pendidikan anak usia dini (PAUD).
Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk layanan pendidikan yang diberikan kepada anak sejak lahir hingga usia enam tahun, dengan cara memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangannya yang meliputi aspek fisik dan nonfisik. Bidang garapan pendidikan anak usia dini meliputi : Pendidikan keluarga (0-2 tahun), taman pengasuhan anak (TPA) untuk usia 2 bulan sampai dengan usia 5 tahun, kelompok bermain (play group) untuk usia 3 sampai 4 tahun, dan taman kanak-kanak (TK) untuk usia sampai 6 tahun. Disamping itu ada juga yang disebut bina keluarga balita (BKB).

1.      Pendidikan keluarga (0-2 tahun)
Pada tahap ini, pendidikan anak masih berada pada lingkungan terkecil, yakni keluarga. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak sebab pendidikan keluarga merupakan fondasi bagi anak untuk membangun struktur kepribadian selanjutnya. Dalam hal ini orang tua memegng peran utama. Tidak hanya ibu, tetapi juga ayah yang perlu memberikan nilai-nilai pendidikan kepada anak. Orang tua memegang kunci pertama bagi keberhasilan anak, hingga dianggap sebagai pendidik pertama dan utama.
2.      Taman pengasuhan anak (TPA) untuk usia 2 bulan-5 tahun.
Taman-taman pengasuhan anak adalah lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan layanan pengganti berupa asuhan, perawatan, dan pendidkan bagi anak balita selama anak tersebut di tinggal bekerja oleh orang tuanya. TPA bertujuan membantu orang tua agar dapat bekerja dengan tenang sehingga mencapai prestasi yang optimal. Selain itu, juga menghindarkan anak dari kemungkinan-kemungkinan terlantar pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosialnya. TPA umumnya melayani titipan anak usia 2 bulan sampai dengan usia 5 tahun.
3.      Kelompok bermain (play group) untuk usia 3- 4 tahun.
Kelompok bermain (play group) merupakan tempat bermain dan belajar bagi anak-anak sebelum memasuki taman kanak-kanak. Pada umumnya play group menampung anak-anak normal dalam rentang usia 3-4 tahun. Kelompok bermain (play group) bertujuan mengembangkan aspek fisik, mental, emosi, dan sosial anak. Isi program merupakan penjabaran dari visi dan misi, serta tujuan kelompok bermain (play group), dengan tenaga pendidik umumnya lulusan sekolah pendidikan guru (SPG), sekolah guru taman kanak-kanak (SGTK), dan sekolah menengah atas (SMA).
4.      Taman kanak-kanak (TK) untuk usia sampai 6 tahun.
Taman kanak-kanak merupakan jenjang pendidikan setelah play group sebelum anak masuk sekolah dasar. Pada saat ini TK bukan jenjang pendidikan wajib, dan tidak termasuk dalam program wajib belajar pendidikan dasar. Meskipun demikian keberadaannya telah memberikan sesuatu yang cukup berarti bagi persiapan anak usia dini memasuki pendidikan dasar.
Program-program PAUD lainnya yang setara dengan TK, antara lain taman kanak-kanak al-qur’an (TKA), dan pos pelayanan terpadu (posyandu). TKA adalah program pendidikan bagi anak usia dini 4-6 tahun dengan materi lebih ditekankan pada al-qur’an. Posyandu adalah wahana kesejahteraan ibu dan anak yang berfungsi memberikan layanan terpadu yang mencakup aspek perawatan, kesehatan dan gizi terutama bagi ibu hamil dan anak usia dini. Posyandu merupakan bentuk kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan bimbingan dari petugas kesehatan.
5.      Bina keluarga balita (BKB)
BKB adalah suatu kegiatan yang bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya. Mengenai bagaimana mendidik, mengasuh dan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Layanan kegiatan BKB pada dasarnya merupakan pembinaan tumbuh kembang balita yang terdiri dari tiga aspek, yakni kesehatan, gizi dan psikososial. Program ini diperuntukan terutama bagi ibu-ibu yang memiliki anak balita dan termasuk dalam kategori keluarga berpenghasilan rendah.
Program BKB bertujuan agar orang tua memiliki konsep diri yang sehat terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh dan membina anak serta mampu menerapkan pola asuh yang tepat sejak dini. Untuk mencapai tujuan tersebut, seharusnyalah orang tua dan guru memfasilitasi mereka sebagai berikut :
1.      Memberikan kebebasan bergaul dengan siapapun dalam masyarakat, dengan mengingat norma-norma pergaulan keluarga dan sekolah.
2.      Mendidik anak agar memiliki rasa harga diri yang sehat, misalnya dengan jalan membiarkan anak didik berpikir sendiri, berbuat sendiri dan berpendapat sendiri. Tumbuhnya harga diri yang sehat akan membantu anak untuk menjadi warga masyarakat bahkan warga negara yang sehat.
Dalam suatu pendidikan jangan hanya dituangkan pengetahuan semata-mata kepada anak didik, tetapi harus juga diperhatiikan pembinaan moral, sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, dalam setiap pendidikan harus terdapat pendidikan moral dan pembinaan kepribadian yang sehat. Dasar dan tujuan pendidikan moral biasanya ditentukan oleh pandangan hidup dari lembaga pendidikan itu sendiri sesuai dengan dasar dan tujuan negara. Kalau negara itu berdasarkan demokrasi, maka pendidikan yang dilakukan terhadap anak-anak juga bertujuan membina jiwa demokrasi.
Bidang garapan PAUD tidak terbatas pada pendidikan anak, tetapi juga terkait dengan pendidikan orang tua tentang pendidikan anak sehingga mereka dapat memberikan pengasuhan yang tepat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Yussen dan Santrok (1980) mengatakan bahwa kemampuan sosialisasi anak sangat terkait dengan orang-orang disekeliling anak yang disebut agen sosial, yaitu setiap orang yang berhubungan dengan seorang anak, misalnya ayah dan ibunya, pengasuh, teman sebaya, guru, dan keluarga lainnya yang memengaruhi cara anak berperilaku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa layanan PAUD dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, karena berkaitan dengan budaya, ekonomi, pengetahuan orang tua, masyarakat, agen sosial, serta nilai anak dalam suatu masyarakat. Untuk itu, pengembangan pemahaman terhadap program PAUD, di samping disampaikan melalui pendidikan anak usia dini, perlu juga dilakukan di lingkungan pendidikan dasar sampai Perguruan Tinggi. Hal ini penting, karena terkait dengan perubahan pola pikir yang mendasar dalam mendidik anak sehingga kelak pelajaran tersebut akan menjadi orang tua yang siap memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anaknya.
D.    Tujuh Inteligensi Anak Usia Dini Yang Perlu Dikembangkan
Gardner (1993:24) mengemukakan bahwa manusia mempunyai tujuh macam inteligensi, yaitu musical intelligence (musikalitas), logical mathematical (logika matematika), bodily kinesthetic intelligence (kelenturan tubuh), linguistic intelligence (inteligensi dalam bidang kebahasaan), spatial intelligence (inteligensi ruang), interpersonal intelligence (kecerdasan yang terkait dengan hubungan pribadi), dan intrapersonal intelligence (kecerdasan hubungan antarpersonal).
Pada masa usia dini ketujuh macam kecerdasan belum berkembang secara optimal, tetepi ada kalanya kecerdasan tersebut sudah mulai tampak. Salah satu cirinya adalah anak dapat menampilkan kemampuan melebihi teman-teman sebayanya. Seorang anak yang mempunyai kecerdasan musikalitas pada umumnya dengan cepat dapat menirukan nada dengan tepat, atau menghafal lagu dengan cepat. Anak-anak ini perlu diberi rangsangan dengan mengajaknya untuk bernyanyi atau bermain musik agar kemampuannya berkembang.
Salah satu anak yang mempunyai kecerdasan matematika adalah memiliki kemampuan dan kesenangan dalam bidang berhitung. Anak-anak yang demikian perlu dirangsang dengan dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang bersangkut paut dengan angka.
Anak-anak yang mempunyai kecerdasan di bidang kinestitik dapat terdeteksi melalui kemampuannya yang berhubungan dengan kelenturan tubuh, misalnya menari atau olahraga. Untuk membantu mengembangkan kemampuannya, anak-anak tersebut perlu diajak untuk menari atau melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan gerakan-gerakan tubuh.
Kecerdasan linguistik dipunyai oleh anak-anak yang gemar membaca atau bercerita. Dengan demikian, untuk mengembangkan kecerdasan kebahasaan anak-anak tersebut perlu diberi rangsangan  dengan diajak membaca dan mengungkapkannya.
Anak-anak yang mempunyai kemampuan untuk mengingat tempat atau mengetahui posisi-posisi dengan tepat, berarti yang bersangkutan mempunyai kecerdasan spasial atau kecerdasan ruang. Untuk meningkatkan kecerdasan tersebut anak-anak perlu dirangsang dengan permainan-permainan yang terkait dengan ruang, slah satunya adalah bermain puzzle.
Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan untuk memahami hal-hal yang terjadi pada dirinya. Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuannya untuk mengungkapkan perasaan atau isi hati. Kecerdasan ini dapat dikembangkan dengan cara anak-anak diminta untuk mengungkapkanapa yang terjadi dan apa yang dirasakan.
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan seorang anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Mengajak anak untuk bergaul dengan teman-temannya baik teman-temanny baik teman lama maupun teman yang baru dikenalnya akan sangat membantu dalam upaya mengembangkan kecerdasan intrapersonal ini.
Ketujuh macama inteligensi ini perlu dikembangkan sejak anak masih  usia dini. Karena masa-masa tersebut adalah masa golden age. Pada masa tersebut kecerdasan dapat berkembang paling optimal, karena pada masa itulah anak-anak paling peka untuk mengangkap segala rangsangan yang masuk dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan John Locke, yaitu teori tabularasa yang mengibaratkan anak sebagai meja yang terbuat dari lilin. Makna teori ini adalah dapat dibentuk apa saja bergantung pada pendidiknya.
Uraian tersebut menggambarkan bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Sehubungan dengan hal itu baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat harus memberikan kondisi kepada anak agar ketujuh kecerdasan yang dimiliki dapat berkembang.
E.     Pradigma Pendidikan Anak Usia Dini
            Pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari pendidikan seumur hidup, sebagai sebuah konsep yang telah dipopulerkan oleh UNESCO dengan istilah “Life Long Education”. Populernya istilah tersebut, bukan saja karena diprogramkan dan dijadikan salah satu pilar pendidikan oleh UNESCO, tetapi juga diperintahkan oleh Allah SWT melalui pentunjuk-petunjuknya.
            Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini menyajikan konsep belajar sambil bermain. Hal ini sesuai dengan karakteristik mereka yang bersifat aktif dalam melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran diarahkan kepada pengembangan dan penyempurnaan potensi kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan bahasa, sosial, emosional, motorik, spiritual, dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada anak usia dini harus dirancang sebaik mungkin agar anak tidak merasa terbebani dalam mencapai tugas perkembangannya. Pendidikan yang efektif pada pendidikan anak usia dini perlu ditunjang oleh lingkungan dan suasana belajar yang kondusif. Kegiatan bermain (play activity) yang memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungan perlu diprioritaskan.
            Orientasi belajar anak usia dini sebaiknya lebih difokuskan pada pengembangan karakter yang positif  sehingga aset yang dimiliki anak dapat dikembangkan secara optimal. Dengan demikian orientasi belajar anak usia dini adalah mengembangakan potensi dan kemampuan dasar, mengembangkan sikap dan minat belajar, serta membangun dasar kepribadian yang positif. Ketiga hal tersebut dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dikenal dengan program pengembangan diri peserta didik.
             Pradigma baru tentang pendidikan, khususnya mengenai pembelajaran dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang dihadapi, seperti kualitas, kuantitas, efektivitas, dan efisiensi pendidikan yang sudah lama belum terpecahkan. Pradigma baru tersebut adalah “ school menjadi learning (sekolah menjadi belajar), dengan pradigma pembelajaran: learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk bekerja), learning to be (belajar untuk hidup), learning to live together (belajar untuk hidup bersama), kurikulum berbasis kompetensi dan pradigma-pradigma lainnya bertujuan untuk mengupayakan fondasi dan mengembangkan anak untuk memiliki kemampuan yang utuh dan menyeluruh.
            Untuk merealisasikan pradigma tersebut diatas, perlu adanya upaya dari lembaga atau instansi penyelenggara pendidikan dan pengelola pendidikan. Para ahli merasa memiliki tanggung jawa terhadap hal tersebut, dengan mengajukan pembelajaran inovatif, salah satunya disebut PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang diberlakukan mulai dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP), hal ini dikemas dalam standar proses yang harus diperhatikan oleh para pendidik dalam mengelola pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan demikian, PAIKEM sebagai salah satu inovasi pendidikan harus dijadikan layanan pendidikan anak usia dini yang sejalan dengan pradigma usia dini; dapat membantu anak untuk mengembangkan intelegensi pada usia 0-4 tahun berkembnag 50 % dan usia 4-8 tahun 80 %.
            Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa PAIKEM adalah pembelajaran yang dirancang agar anak mengaktifkan diri, mengembangkan kreativitas, dan mereka merasa senang, aman, dan mudah mencapai tujuan. Pradigma yang dijadikan acuan dalam pembelajaran tersebut adalah (1) Belajar Aktif (active learning) (2) Belajar Kreatif (3) Belajar Menyenangkan (4) Belajar Bermakna, yang dibarengi dengan strategi pembelajaran seperti pembelajaran kooperatif dan kontekstual.
Ciri-ciri PAIKEM adalah sebagai berikut :
1.      Anak didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan melalui perbuatan.
2.      Guru menggunakan berbagai variasi metode dan media untuk membangkitkan semangat dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga pembelajaran menarik dan menyenangkan, sesuai dengan karakteristik dan perkembangan anak didik.
3.      Guru mengatur kelas yang dapat membuat anak betah belajar.
4.      Guru menerapkan pembelajaran yang kooperatif dan interaktif termasuk didalamnya pembelajaran kelompok.
5.      Guru mendorong anak didik untuk menemukan pemecahan masalah untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan dalam menciptakan lingkungan sekolah.
Dalam program-program PAUD haruslah terjadi pemenuhan berbagai macam kebutuhan anak, mulai dari kesehatan, nutrisi, dan stimulasi pendidikan juga harus dapat memberdayakan lingkungan masyarakat sekitar sebagai sumber belajar. Prinsip pelaksanaan program PAUD harus mengacu pada prinsip umum yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak sebagai berikut:
1.      Nondeskriminasi, sehingga semua anak dapat memperoleh pendidikan sejak usia dini tanpa membedakan suku bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial, serta kebutuhan khusus setiap anak.
2.      Dilakukan demi kebaikan anak, yang diwujudkan dalam layanan pembelajaran, kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, emosional dan konteks sosial budaya.
3.      Mengakui adanya hak hidup, kelangsungan hiduap dan perkembangan yang sudah melekat pada anak.
4.      Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child), pendapat anak yang tentunya menyangkut kehidupannya perlu mendapatkan perhatian dan tanggapan.




BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan anak usia dini dimulai sejak anak berusia 0-6 tahun, dalam prosesnya melalui cara yang berbeda dengan tahapan pendidikan lanjutan yaitu menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristiknya yakni belajar sambil bermain untuk mencapai kenyamanan pada anak didik sehingga mereka akan lebih mudah menyerap apa yang diajarkan.
Pendidikan anak usia dini merupakan konstruksi fundamental kemampuan yang dimiliki setiap anak, sehingga dimasa mendatang sesoarang anak akan berkembang sesuai dengan didikan pada tahap pendidikan pertamanya yaitu PAUD. Pada masa ini merupakan usia yang paling baik (golden age) untuk menanamkan dasar-dasar pengetahuan dan mengoptimalkan perkembangannya, agar kelak sanggup meneruskan kehidupannya dengan ilmu yang didapatkan.
Dalam proses pengembangan kecerdasan anak usia dini, dapat ditempuh dengan melalui tiga jalur pendidikan yaitu, (1) pendidikan informal yaitu: keluarga dan lingkungan (2) pendidikan nonformal berupa TPA, dan kelompok bermain dan (3) pendidikan formal berupa TK dan RA. Adapun kecerdasan yang sangat penting untuk dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini yaitu; kecerdasan musikalitas, logika matematika, kelenturan tubuh (kinestetik), berbahasa (linguistik), spasial (kecerdasan ruang), interpersoanal dan intrapersonal.
             







                                                                                                                                                                                                                                                                                                      iii
DAFTAR PUSTAKA

H. E. Mulyasa. 2014. Manajemen PAUD.  Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PRINSIP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD

MAKALAH HASIL OBSERVASI DI TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA) DARRUL ILMI BANDAR LAMPUNG