Apa, Siapa dan Bagaimana Anak Usia Dini itu..?
TUGAS UTS
MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Nama : Nugroho Galih Wicaksono
NPM : 1411070184
Jurusan : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
Semester/Kelas: III/D
A.
Hakikat Anak Usia dini dalam Konteks UUSPN No.20/2003
Siapakah Anak Usia Dini dalam Konteks UUSPN
No.20/2003 ?
Anak
usia dini menurut UUSPN No.20 tahun 2003, yakni sekelompok manusia yang sedang
dalam masa pertumbuhan. Ini berarti anak usia dini bersifat unik. Kenapa unik ?
karena disetiap pertumbuhan dan perkembangan antara anak satu dengan anak yang
lainnya itu berbeda-beda, meski pada anak kembar sekali pun.
Perbedaan-perbedaan yang dialami oleh anak dapat berupa perbedaan fisik,
kelebihan yang dimiliki, kekurangannya, minatnya terhadap sesuatu, perkembangan
kognitif, sosial-emosional, kreativitas, bahasa,komunikasi, dan berbagai
potensi diri yang mereka miliki. Dapat kita lihat studi kasusnya seperti
berikut :
Rina
dan Rini merupakan anak kembar. Namun, mereka memiliki minat yang berbeda untuk
mempersiapkan masa depannya. Rina yang lebih menyukai alam dan mengobati
orang-orang sehingga ia bercita-cita ingin menjadi dokter. Sedangkan Rini lebih
suka dengan hal-hal masalah social dan menyukai hal-hal mengenai kepemimpinan
sehingga ia bercita-cita ingin menjadi seorang presiden.
Dari
studi kasus diatas, sudah tergambar meski rina dan rini itu anak kembar tapi
mereka memiliki perbedaan dalam hal cita-citanya untuk masa depan nanti.
Pandangan
penulis terhadap hakikat anak usia dini dalam konteks UUSPN memang sangat benar
sekali, kita telah ditakdirkan oleh allah untuk terlahir tidak sama. Kenapa ?
karena jika kita diciptakan benar-benar sama apa jadinya ketika kita menentukan
yang mana ayah kita ? yang mana ibu kita ? yang mana kakak dan adik kita ? dan
seterus nya. Mungkin semuanya akan kacau balau. Maka dari itu allah menciptakan
manusia itu unik atau sederhananya memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan
potensi yang dimiliki supaya bisa saling melengkapi dalam mempertahankan hidup
didunia ini. Seperti kisah rina dan rini yang di jelaskan diatas tadi, meskipun
mereka kembar dan berbeda cita-cita tapi mereka bisa saling melengkapi untuk
menjadi seorang yang berguna bagi masyarakat kelak ketika ia telah memasuki
kedalam dunia masyarakat.
2. Cara
Belajar Anak Usia Dini
Untuk anak
Usia Dini cara belajar yang dapat ia lakukan yakni belajar melalui gerakan
refleks dan aktivitas tubuh. Gerak refleks ini tujuannya untuk merespon
terhadap rangsangan luar baik itu positif maupun negatif. Ada lima hal cara
belajar anak yang dikatakan refleks, diantara nya :
a)
Belajar memerankan perasaan, dan hati nurani, maksudnya adalah memerankan
perasaan dan hati nurani merupakan pola prilaku yang alami pada setiap orang,
dan itu tidak akan dipelajari secara formal oleh lembaga manapun. Hanya suatu
pembawaan dalam diri saja. Kita dapat ambil studi kasus sebagai berikut ;
Badrul
oleh orang tua nya akan disekolahkan, namun ia diberikan pilihan antara sekolah
di TK atau di RA, orang tua nya hendak menyekolah nya di RA karena melihat di
RA muatan agama nya lebih banyak ketimbang TK. Namun, badrul menginginkan
sekolah di TK karena ia melihat teman-teman sepermainan nya masuk ke TK
termasuk jajanan favoritnya ada di TK. Ketika orang tua nya mengizinkan badrul
sekolah di TK, ia begitu senang sekali, ia loncat-loncatan di kasur saking
gembiranya.
Karena
ini kali pertama ia masuk TK dari semalam ia tidak dapat tidur nyenyak karena
tidak sabar ingin sekolah, ketika ibunya sedang membuat kan bekal makanan untuk
badrul, badrul berkata “ibu ayo berangkat, nanti kesiangan. Ini kan hari
pertama sekolah ayo ibu kita berangkat.” Badrul terlihat tidak sabar untuk
pergi kesekolah.
Ketika
ia sedang dalam perjalanan badrul terjatuh dan kaki nya berdarah karena luka di
bagian lutut itu karena terkena batu. Badrul menangis karena kesakitan.
Dari
studi kasus diatas, terlihat ada beberapa gambaran perasaan badrul dan ungkapan
hati nurani nya. Bukti dari gambaran perasaan badrul yakni perasaan senang
karena ia akan sekolah di TK, perasaan tidak sabar karena ia ingin cepat-cepat
berangkat kesekolah, kalau dari gambaran itu ada tambahan bentuk sifat badrul
yang baru bahwa ia memiliki semangat untuk sekolah, kemudian menangis ketika
kaki nya terluka karena jatuh.
Sedangkan
bukti dari gambaran hati nurani nya ketika ia diberikan pilihan antara sekolah
di TK atau di RA, badrul lebih memilih sekolah di TK karena alasannya
teman-temannya lebih banyak masuk ke TK ketimbang RA.
Dari
bukti-bukti tersebut, badrul telah memerankan perasaan dan hati nurani nya
ketika ia berada didalam suatu kondisi. Dan cara belajar itu merupakan kegiatan
yang refleks dan alami.
b)
Belajar sambil bermain, siapa sih yang tidak suka dengan bermain ? semua nya
sangat menyukai bermain, termasuk anak usia dini. Karena dalam bermain anak
bisa memperoleh pengalaman akan sesuatu entah itu menyenangkan maupun tidak.
Kita dapat ambil studi kasusnya sebagai berikut :
Citra,
Devi, Anto, dan Budi sedang bermain di rumah Tiara. Mereka sedang bermain
rumah-rumahan. Jika akan bermain rumah-rumahan maka ada peran yang menjadi
bapak nya, ibu nya dan anak-anak nya. Ketika semua peran itu telah dibagi-bagi,
mereka menjalankan sesuai peran nya sehingga suasana di lingkungan rumah begitu
terasa. Citra yang berperan sebagai seorang ibu dalam permainan itu sedang
melakukan kegiatan memasak, tangannya tersayat pisau sehingga berdarah. Dari
kejadian itu bermain rumah-rumahan itu selesai.
Melihat
studi kasus diatas, khususnya untuk Citra pengalaman baru yang ia peroleh dari
permainan itu yakni ketika tangannya tersayat oleh pisau. Saat tangannya
berdarah ia melepas pisau dan berpikir bahwa pisau itu tajam dan kita harus
berhati-hati jika akan menggunakan pisau itu. Alasan mengapa permainan itu
selesai dikarenakan mereka kasihan terhadap salah satu temannya yang terluka.
Berarti dapat kita ambil bahwa dari permainan pengalaman yang diperoleh yakni
dari masing-masing teman nya dapat menumbuhkan rasa solidaritas antar sesama,
dan masih banyak lagi pengalaman-pengalaman yang akan diperoleh dari bermain.
c)
Belajar melalui komunikasi, interaksi dan sosialisasi, untuk studi kasus nya
dapat dilihat di point “b)” di atas. Penjelasannya mengenai belajar melalui
komunikasi, interaksi dan sosialisasi dimana anak dapat membentuk kelompok
dengan ia bergaul dengan teman-temannya maka komunikasi,interaksi, dan
sosialisasi akan teraplikasikan di dalam kelompok tersebut.
d)
Belajar dari lingkungan, maksudnya lingkungan dapat membentuk cara belajar
anak. Karena di lingkungan ia akan diberikan stimulus dan berbagai tantangan
yang membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah masuk. Studi kasus nya
ketika anak diajak oleh orang tua nya untuk ke kebun binatang, anak pasti akan
bertanya “ibu ini hewan apa ? kenapa kaki nya empat ? kenapa gigi nya bertaring
? kenapa hewan itu cuma hidup di air ?” dan berbagai pertanyaan lain nya. Itu
berarti dari pertanyaan yang ia lontarkan merupakan cara dia untuk belajar
terhadap sesuatu objek yang ia lihat. Stimulus nya ia melihat berbagai macam
hewan dan tau karakterisktik hewan yang ia lihat itu seperti apa. Akan sangat
berbeda sekali ketika ia melihat hewan hanya di gambar saja.
e)
Belajar untuk memenuhi hasrat dan kebutuhan. Hasrat dan kebutuhan ini akan
menentukan perkembangan anak, apakah perkembangannya baik atau kurang. Karena
hasrat dan kebutuhan terdiri dari dua kelompok, yakni kebutuhan
fisiologis-organis, seperti makan dan minum. Untuk makan, jika anak berhasil
melakukan cara makan yang baik dan memiliki nafsu makan yang baik maka
perkembangan anak tersebut sudah baik, karena gizi yang terkandung dalam
makanan tersebut akan masuk kedalam tubuh untuk kesehatan nya dan
keberlangsungan hidupnya. Kemudian kebutuhan psikis, seperti kasih sayang, dan
rasa aman.
Dari
ke-5 cara belajar yang di jelaskan diatas, kita memperoleh pengetahuan baru
bahwa cara belajar anak usia dini merupakan suatu gerakan refleks jika ia di
hadapkan pada kondisi-kondisi tertentu yang membuat ia akan merespon dan itu
akan menjadi suatu bekal ketika dewasa nanti. Kenapa dikatakan bekal untuk
dewasa nanti ? karena pembelajaran-pembelajaran, atau pengalaman yang ia
lakukandan ia peroleh seperti penjelasan yang diatas akan ia lakukan kembali
ketika ia sudah dewasa atau bahkan seumur hidup nya.
3.
Pendidikan untuk Anak Usia Dini
Melihat
sifat dan cara belajar anak usia dini pada dasarnya itu unik maka dibutuhkan
adanya pendidikan. Pendidikan dalam UUSPN No.20 tahun 2003 pada pasal 1 butir 1
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan potensinya untuk
kehidupannya dimasa depan termasuk berfungsi untuk masyarakat dan negara. PAUD
lah pendidikan yang tepat bagi anak usia dini. Mengapa dikatakan tepat ? karena
di PAUD menurut UUSPN No.20 tahun 2003 pada pasal 1 butir 14 merupakan upaya
pembinaan untuk anak dari lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membatu pertumbuhan dan perkembangannya suapaya ia
dapat lebih siap menghadapi jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
4. Jalur
dan Jenjang PAUD
Menurut
UUSPN Nomor.20 tahun 2003 pasal 28 jalur dan jenjang yang telah ditetapkan
pemerintah untuk pendidikan anak usia dini terbagi menjadi tiga jalur. Yakni
jalur formal, non formal, dan informal. Dari ketiga jalur PAUD indikatornya
sebagai berikut :
1).
Jalur Formal terdiri dari : Taman kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau
sederajatnya.
2).
Jalur Non Formal terdiri dari : Kelompok Bermain (KOBER), Taman Penitipan
Anak (TPA) dan sederajatnya.
3)
Jalur Informal terdiri dari : Pendidikan Kelurga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan, seperti ibu-ibu PKK yang menjadi pendidik bagi
anak usia dini.
A.
Pandangan
Ahli Tentang Anak Usia Dini
Mengingat
bahwa anak usia dini itu unik, keunikannya itu dapat berupa potensi,
perkembangan kognitif, sosial-emosional, kreativitas, bahasa, dan komunikasi.
Sehingga dibutuhkan adanya pendidikan untuk memberikan wadah terhadap pelayanan
untuk anak usia dini, dan PAUD lah wadah yang tepat bagi anak usia dini. Maka
ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang Pendidikan Anak Usia
Dini. Para tokoh tersebut diantaranya :
- Martin Luther (1483- 1546)
Seorang
tokoh yang pertama kali menunjukan akan pentingnya sekolah untuk anak usia
dini. Ia menekan kan bahwa sekolah digunakan sebagai sebagai sarana untuk
mengajar anak membaca. Ia juga berpendapat bahwa keluarga merupakan institusi
penting bagi anak dalam hal pendidikan yang akan ia peroleh untuk pertama
kalinya. Dari kedua teori yang dikemukakan oleh Luther, penulis berpandangan
bahwa keutamannya terhadap pendidikan sebagai suatu kebutuhan yang paling
penting bagi anak, merupakan hal yang sangat disetujui. Karena ia menganggap
bahwa tanpa adanya pendidikan anak tidak akan bisa menghadapi dunia nya di luar
sana kelak ketika ia telah dewasa nanti. Kenapa ? karena ia tidak memiliki
bekal pendidikan sewaktu ia masih kecil. Supaya anak bisa memperoleh pendidikan
bagi kehidupan nya kelak secara maksimal maka, antara pihak lembaga sekolah
dengan keluarga perlu adanya kerja sama.
2. John
Amos Comenius (1592-1670)
Tokoh
ini sangat percaya sekali apabila pendidikan itu harus dimulai sejak kita masih
usia dini. Apa alasannya ? dikarenakan ketika anak baru dilahirkan, maka
pendidikan sudah berlangsung secara alami. Misalnya kita ambil studi kasus
sebagai berikut :
Ketika
anak baru saja dilahirkan, ia di letakkan didada ibu nya. Mengapa ? Agar ia
tidak merasa kedinginan sedangkan suhu tubuh ibunya dengan suhu ketika ia masih
berada di dalam rahim itu sama. Sehingga ketika ia di letakkan di dada ibunya
ia merasa seperti masih berada di dalam rahim. Tidak hanya itu ketika bayi
diletakkan di dada ibu nya, sang bayi akan secara alami mencari ASI untuk
asupan gizi nya yang pertama kali. Jika anak tersebut telah menemukan ASI nya
maka ia akan belajar untuk meminum ASI dari ibunya.
Dari
studi kasus diatas pendidikan yang berlangsung secara alami dibuktikan ketika
bayi tersebut mencari ASI ibunya dan belajar untuk meminum nya sebagai asupan
makanan nya untuk pertama kali dalam pengalaman hidupnya.
Kata
pengalaman hidup dapat kita garis bawahi, kenapa ? karena Comenius mengemukakan
pandangannya bahwa anak harus diberi kesempatan dalam mengoptimalkan seluruh
indra nya, agar ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman hidup untuk
mengembangkan sensorial nya sebagai pembelajaran untuk nya.
Terkait
perkembangan sensorial, perlu adanya suatu media dan strategi untuk anak dapat
berekspresi dengan baik. kenapa harus ekspresi yang menjadi sorotan ? karena
untuk anak usia dini, cara ia belajar dimasa nya yakni ketika ia merasa senang
dan nyaman terhadap sesuatu. Jika anak senang terhadap sesuatu, maka
pendidikan itu akan dengan mudah nya dipahami anak, karena dengan
perasaan yang bahagia ia tidak akan merasa terbebani terhadap sesuatu yang akan
diterima anak. Lantas media apa yang di anjur kan oleh Comenius ? Comenius
menganjurkan supaya media yang cocok untuk anak adalah adanya buku yang ada
ilustrasi nya, maksudnya buku nya itu terdapat gambar-gambar menarik yang
membuat anak tertarik untuk membaca nya. Jika buku ini disampaikan, maka ini akan
membantu dalam mengembangkan kemampuan anak. Entah itu dalam membaca, dan hal
sebagai nya.
Sedangkan
strategi yang tepat untuk anak usia dini adalah bermain, mengapa bermain ?
karena dengan bermain anak dapat mengekspresikan dirinya dan dapat bereksplorasi
secara bebas. Situasi ini akan membentuk pengalaman yang berarti bagi
perkembangan diri anak dan sekaligus sebagai dasar belajar.
3.
John Locke (1632-1704)
John
Locke terkenal dengan teori nya “Tabula Rasa”. Teori ini memandang bahwa anak
itu di ibarat kan seperti kertas putih, ketika ia lahir ia tidak berdaya dan
tidak memiliki apa-apa. Ini berarti lingkungan lah yang akan berperan penting
dalam memproses pembentukan dirinya. Kenapa lingkungan ? karena lingkungan itu
di ibarat kan seperti warna dan isi untuk mengisi kertas putih itu. Dimana
ketika kertas itu sudah tergores dengan warna dan isi maka kertas itu akan
terlihat lebih bermakna. Begitu pula pada anak, untuk membentuk diri nya
menjadi sesuatu itu tergantung dari pengaruh yang ia peroleh dalam lingkungannya.
Di dalam lingkungan, anak akan diproses untuk menentukan bagaimana pola pikir
anak dan sifat yang alami atau karakter anak.
4.
Jean-Jacques Rousseau (1712-1778)
Rousseau
merupakan seorang tokoh naturalis, sehingga di dalam teori yang ia kemukakan
tentang PAUD pun, teori tentang pendidikan yang dilakukan melalui pendekatan
naturalistik. Menurut nya pendidikan naturalistik adalah pendidikan
teraplikasikan dari pertumbuhan anak yang di biarkan secara alami tanpa
membedakan anak satu dengan anak yang lainnya. mereka di biarkan untuk
bereksplorasi secara bebas namun tetap aman, sedangkan orang dewasa hanya
sebagai pendukung anak untuk berkembang secara alami dan membantu anak
membangun kesiapan belajar.
5.
Johan Pestalozzi (1746-1827)
Pestalozzi
memiliki pandangan tentang perkembangan dan pendidikan anak sebagai berikut :
1).
Menekankan pada alam, maksudnya alam merupakan sumber utama pengetahuan.
Sehingga untuk mempelajari tentang alam ini, anak di bawa ke objek nya
langsung. Contohnya kita akan memperkenalkan harimau pada anak. Maka,
pembelajaran yang bagus sebaiknya anak diajak ke kebun binatang untuk melihat
objek nya langsung, jangan di tunjukan dalam bentuk gambar. Apabila hanya di
tunjukan pada gambar saja anak tidak akan dapat hafal secara paten, karena di
dalam benak nya tidak terkonsep.
2).
Menumbuhkan keaktifan jiwa raga anak, maksudnya anak perlu bergerak dan
melakukan berbagai aktivitas baik secara fisik dan psikis. Dimana anak perlu
menyentuh, meraba, memegang dan membolak-balik sesuatu. Anak perlu berjalan,
berlari,lompat, dan hal-hal lainnya. kenapa harus demikian ? karena keaktifan
fisik mendorong terjadinya keaktifan jiwa. Dimana anak nantinya akan dapat
berfikir ketika ia melakukan sebuah tindakan. Prinsip ini didasarkan pada kesan
yang ia peroleh dari kegiatannya untuk di jadikan sebuah pengalaman.
3).
Pembelajaran dilakukan secara bertahap, maksudnya kegiatan belajar itu harus
berurutan, mulai dari yang konkret ke abstrak, dari yang mudah ke yang sulit,
dari hal-hal yang dekat dengan anak hingga dengan hal-hal yang belum diketahui
oleh anak (contoh nya belajar mengenal hewan yang ada di lingkungan sekitar
rumah hingga mengenal hewan yang berada di samudra) dan lain-lain. Ini berarti
pembelajaran yang diterapkan kepada anak itu harus bertahap sesuai dengan
kebutuhan akan perkembangannya. Sama hal nya fisik yang tumbuh secara bertahap,
begitu pula pendidikan. Di berikan sesuai dengan porsinya.
Dari
ke-3 point diatas mengenai PAUD menjelaskan jika pendidikan ingin berhasil pada
anak maka Pestalozzi mengemukakan ke-3 point tersebut sebaiknya di gunakan
untuk mencetak hasil pendidikan yang baik.
6.
Friederich Wilhem Frobel (1782-1852)
Frobel
merupakan salah seorang tokoh pendidikan anak yang banyak memberikan pengaruh
dalam pemikiran baru (modern) dalam pengembangan anak usia
dini,khususnya taman kanak-kanak. Pada tahun 1840 frobel meresmikan sebuah
lembaga pendidikan yang diberi nama kindergarten. Dari situ lah awal
mula nama taman kanak-kanak.
Frobel
memiliki prinsip tentang pendidikan anak, bahwa dalam pendidikan anak itu
sebagai :
1).
Pengembangan autoaktivitas, maksud nya adalah pendidikan yang berfungsi sebagai
pengembang aktivitas. Pada dasar nya anak usia dini itu termasuk individu yang
sangat aktif sekali dalam hal-hal kegiatan. Apabila terdapat anak yang belum
menunjukan aktivitas, maka ia perlu didorong untuk aktif dalam melakukan
berbagai kegiatan yang produktif. Jadi, dalam hal ini konteks pendidikan itu
membuat anak selalu aktif dalam kegiatan.
2).
Kebebasan atau suasana merdeka, maksudnya anak akan tumbuh dan berkembang
apabila dia di berikan kesempatan dalam suasana yang bebas. Karena dari
kebebasan itu lah anak akan mampu mengembang potensi yang telah ada di dalam
dirinya. Tidak hanya itu juga dari kebebasan itu anak akan mengembangkan daya
fantasi atau khayalannya dalam menciptakan sesuatu yang fantasi bagi anak.
Misalnya, membuat keranjan buah yang terbuat dari kertas lipat, atau membuat
tempat pensil dari botol bekas namun peralatan yang di butuhkan sudah
disediakan oleh guru nya. Sehingga anak hanya tinggal membuat tempat pensil
tanpa ada nya bahaya, dan karya-karya lain yang akan ia buat sesuai dengan apa
yang telah ia bayangkan.
7. John
Dewey (1859-1952)
John
Dewey, adalah seorang tokoh beraliran progesivisme yang hidup pada tahun
1859-1952. Disini ia mengemukakan pendidikan itu lebih kepada minat anak dalam
hal pembelajaran yang penting oleh anak. Sehingga John Dewey ini dalam
menentukan topik pembahasan dalam pembelajaran, dan penyusunan kurikulum itu
dipusatkan pada anak. Kenapa ? karena minat anak lah yang menjadi suatu acuan
bagi pendidikan yang John percaya. Cara pendidikan yang ia kemukakan untuk
anak yakni dengan cara pendidik harus lebih melibatkan anak dalam
kegiatan-kegiatan yang sedang di lakukan. Agar anak dapat lebih menggerakan
kegiatan fisik yang aktif untuk membantu perkembangan kemampuan intelektual.
Kenapa kemampuan intelektual ? karena minat yang dimiliki oleh anak kelak akan
menjadi suatu keahliannya dalam membangun kehidupan nya kelak. Sebagai contoh anak
memiliki minat terhadap dunia tentara, setelah ia melihat ayahnya yang selalu
disiplin dan tegas namun selalu terlihat gagah. Jika minat tersebut ia terus
pertahankan maka ia pasti akan memilih pendidikan yang kiranya ia dapat menjadi
seorang tentara. Entah itu ia akan bersekolah disekolah yang pengelolanya para
tentara-tentaranya langsung atau hal lain sebagai nya, yang membuat pendidikan
yang ia terima selama ia bersekolah menjadi sebuah keahliannya untuk menjadi
seorang tentaranya. Tidak hanya dalam hal minat dewey memberikan teori nya akan
pendidikan, tetapi Dewey juga mengemukakan bahwa interaksi anak juga sangat
diperlukan untuk memperoleh pembelajaran dari lingkungannya.
8.
Rudolf Steiner (1861-1925)
Rudolf
Steiner terkenal dengan Sekolah Waldorfnya, berpendapat bahwa anak berkembang
melalui pengalaman dan proses berpikir. Perkembangan diri anak adalah
perkembangan kesadaran. Anak perlu banyak berhubungan dengan lingkungannya dan
mengeksplorasi lingkungan untuk memperoleh suatu pemahaman. Pembelajaran perlu
dilakukan dengan menggunakan media yang berkaitan dengan lingkungan.
9. Maria
Montessori (1870-1952)
Maria
merupakan seorang dokter yang meyakini bahwa pendidikan itu dimulai sejak ia
lahir. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa sangat formatif
dan merupakan masa yang paling penting baik fisik maupun mental. Dimana bayi
akan diperkenalkan dengan orang-orang (orang tua), berbagai macam suara (mulai
dari suara manusia, hingga hewan sekalipun yang beragam), bermain dan
hal-hal lainnya yang membuatnya merasa bahagia. Maksudnya bahagia bukan berarti
segala sesuatu hal yang ia mau dalam hal tidak baik pun di ikuti atau konteks
lainnya. tetapi maksud bahagia disini adalah pembelajaran yang ia terima, ia
tidak merasa memiliki beban. Anak memiliki pola pikir yang aktif, sehingga yang
menjadi dasar pemikiran Montessori yakni anak memiliki masa peka (sensitive
periods), pendidikan sendiri (Pedosentris), dan kebebasan.
Masa
peka merupakan masa yang sangat penting bagi anak. Ketika masa peka itu datang
maka kita sebagai orang dewasa (pendidik, atau keluarga) harus dapat
memfasilitasi masa peka tersebut. Jika kita tidak memfasilitasi nya maka masa
peka tersebut akan mati dan potensi yang dimiliki nya pun akan mati juga.
Pendidikan
sendiri adalah pendidikan yang dibuat sendiri oleh anak secara alami.
Pendidikan ini merupakan sebuah keingingan/hasrat yang kuat untuk mendapatkan
kesenangan. Dimana nantinya ia akan menjadi lebih mandiri. Seseorang yang
bersedia untuk makan, merasa, melihat, berpikir, berkemauan, dan berkarya.
Kebebasan
merupakan hal yang penting juga untuk anak, kenapa ? jika anak diberikan suatu
kebebasan entah itu kebebasan berpikir, berkarya, dan hal-hal lain yang justru
itu akan membuat perkembangan pada anak menjadi lebih baik. kita dapat ambil
studi kasus nya sebagai berikut :
Penulis
mengambil contoh ini yang berhubungan dengan masa peka anak dan pendidikan
sendiri.
Ketika
masa peka itu terjadi pada anak yakni anak ingin menggambar, maka kita memberi
fasilitas untuk ia dapat menggambar. Meski kita tahu gambar-gambar hasil anak
usia dini tidak akan mungkin sebagus pelukis terkenal, karena itu butuh proses.
Sama hal nya dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Supaya anak dapat
berkarya dengan enjoy maka kita berikan kebebasan pada anak untuk menggambar
apapun yang ingin dia gambar, yang mungkin itu merupakan pembelajaran bagi
dirinya untuk lebih mengenal hal-hal yang belum ia ketahui misalnya menggambar
tentang keluarganya dimana ia menggambar ayah nya, ibu nya, kakak nya, dirinya
dan adik nya yang baru saja lahir, digambar itu semuanya tersenyum. Gambaran ia
gambar tersebut dapat diartikan bahwa ia memiliki suatu keluarga yang lengkap,
dan ia merasa bahagia berada di dalam keluarganya.
Dari
studi kasus diatas, penulis mengamati bahwa ketika kebebasan itu diberikan,
anak dapat menghasilkan suatu karya yang luar biasa makna nya. Dan dari
kebebasan itu lah anak akan memiliki suatu keinginan yang kuat terhadap
cita-citanya dimasa depan. Yang jika keinginan tersebut di dukung oleh pendidikan
yang bermakna maka keinginan tersebut akan menjadi suatu potensi yang dimiliki
oleh anak untuk masa depannya kelak.
10. John
Bowbly (1907-1990)
Bowbly
yang terkenal dengan teori kedekatan (attachment). Mengemukakan
pendapatnya dalam hal pendidikan anak usia dini, Bowbly lebih menekankan
pada perkembangan aspek psikososial. Secara genetis anak akan dekat dengan
ibunya. Anak juga dapat dekat dengan orang-orang yang dapat membuatnya nyaman
dan membantunya untuk bertahan hidup. Misalnya pengasuh anak. Kenapa ? karena
jika ada orang dewasa yang mengerti terhadap sinyal bayi, seperti menangkap
arti suara tangis, senyuman, tatapan bahasa tubuh ditampilkan anak, dan
lainnya. Maka anak tersebut akan menjadi dekat dengan orang tersebut. Ini
berarti bahwa anak dapat bekerja sama dengan orang lain. Dan pendidikan dalam
pandangan Bowlby yakni melatih anak untuk bekerja sama dengan orang-orang
disekitar anak.
11. Ki
Hajar Dewantara (1922- )
Anak
merupakan makhluk hidup yang memiliki kodrat nya masing-masing. Dewantoro
merupakan seorang tokoh yang berasal dari Indonesia, berpandangan tentang
pendidikan anak usia dini lebih menekankan pada apa-apa yang menjadi sebuah
kodrat nya. Jika kodrat nya baik, maka hal lainnya pun akan baik; begitu pula
sebaliknya.dan pendidik dalam pandangannya merupakan seorang yang membantu
dalam menuntun pada kodratnya yang lebih baik lagi.
12. Howard
Gardner (1943-sekarang )
Gardner
berpendapat bahwa pada hakekatnya anak itu terlahir dengan cerdas. Hal ini
mematahkan akan pendapat yang mengatakan bahwa kecerdasan seseorang tergantung
dari nilai IQ-nya. Sebenarnya nilai IQ itu dapat dirubah tergantung dari cara
kita belajar. Jika cara belajar kita semakin baik maka nilai IQ nya pun akan
meningkat baik. begitu pula sebaliknya.
Gardner
percaya bahwa setiap anak memiliki kecerdasan, maka dari itu ia membagi
kecerdasan anak menjadi 9 dimensi yakni :
1).
Kecerdasan bahasa (linguistic), dimana kecerdasan ini terjadi pada keterampilan
dan persepsi pengelolaan bahasa yang dimiliki oleh anak
2). Kecerdasan
logika, dimana kecerdasan ini lebih kepada keterampilan dan persepsi dalam
bidang numerik.
3).
Kecerdasan musik, dimana kecerdasan ini berkaitan dengan keterampilan dan
persepsi dalam bidang musik dan suara.
4).
Kecerdasan gerak tubuh (kinestesis), dimana kecerdasan ini berkaitan dengan
keterampilan dalam mengendalikan gerak tubuh.
5).
Kecerdasan gambar (visual-spasial), dimana kecerdasan ini berkaitan dengan
keterampilan dan persepsi dalam bidang garis, bentuk, warna, dan ruang.
6).
Kecerdasan diri ( intrapersonal), dimana kecerdasan ini berkaitan dengan cara
dia dalam mengenal diri nya sendiri.
7).
Kecerdasan bergaul (interpersonal), dimana kecerdasan ini berkaitan dengan cara
seseorang dalam membina hubungan dengan orang lain
8).
Kecerdasan alami (naturalis), dimana kecerdasan ini berkaitan dengan pandangan
seseorang tentang alam dan lingkungan sekitar
9).
Kecerdasan rohani (spiritual), dimana kecerdasan ini berkaitan dengan pandangan
seseorang terhadap sang pencipta dan agama yang dianut.
Dari
seluruh penjelasan diatas terhadap beberapa teori yang telah dikemukakan oleh
para tokoh tentang pendidikan anak usia dini, penulis berpandangan bahwa semua
teori yang dijelaskan para tokoh tersebut memang benar adanya, terkecuali
pendapat dari Ki Hajar Dewantara yang menganggap bahwa pendidikan akan
berfungsi jika kodrat nya baik. terlepas baik dan buruk nya kodrat manusia
pendidikan akan dapat merubah manusia menjadi lebih baik, selama ia berada di
dalam lingkungan yang baik.
Manusia
pada dasar nya mengemban tugas untuk menjaga dan memanfaat kan atasa apa-apa
yang telah diberikan sang pencipta kepada kita, supaya kita dapat menjaga dan
memanfaatkannya dengan baik maka dibutuhkan adanya pendidikan sejak kita masih
usia dini. Pendidikan akan memproses kita sebagai seseorang yang berhasil.
namun jika kita ingin pendidikan itu dikatakan berhasil untuk mencetak
seseorang yang dimulai dari kita sewaktu masih usia dini,maka pendidikan itu
dibutuhkan adanya pihak-pihak yang membantu mereka untuk memperoleh pendidikan.
Entah itu dalam hal media, strategi, kurikulum, lingkungan, dan
institusi-institusi lain yang akan mempengaruhi terhadap pendidikan. Sehingga
potensi-potensi yang ada dalam diri seseorang akan dapat benar-benar terbentuk
sebagai keahliannya untuk membangun generasi yang berkualitas yang nantinya
akan merubah dunia ini menjadi lebih baik.
B.
Siapakah anak
usia dini itu?
Anak
usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada
pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan
dalam berbagai aspek sedang menjalani masa yang cepat dalam rentang
perkembangan hidup manusia (Berk, dalam Yuliani 2009: 6)
Berdasarkan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan
dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada passal 28 ayat 1 yang berbunyi
”Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan
enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”.
Selanjutnya pada Bab 1 pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia
Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan keda anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah
pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan
anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru
lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physical, intelligence/cognitive, emotional,
dan social education.
Usia dini lahir sampai enam tahun
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan
inteligensi permanen dirinya, mereka juga mampu meyerap informasi yang sangat
tinggi.
Banyak
asumsi tentang Anak usia dini, pandangan itu diantaranya :
- UUSPN No. 20 tahun 2003 merupakan sekelompok manusia yang sedang dalam masa pertumbuhan. Dengan tahapan usianya antara 0-6 tahun.
- NAEYC (National Association for the Education of Young Children) dikatakan usia dini ketika mereka berada dalam usia antara 0-8 tahun.
- Menurut masyarakat, anak usia dini merupakan suatu miniatur bagi orang dewasa. Dikatakan sebagai miniatur karena mereka di bentuk sepenuhnya sebagimana orang dewasa sepenuhnya. Kita bisa lihat secara faktanya banyak anak yang di didik dengan apa yang masyarakat ingin kan. Entah itu dalam hal tugas perkembangan nya atau hal-hal lainnya.
Sedangkan menurut penulis, anak usia dini itu adalah adalah
anak yang sedang mengalami masa golden age, dimana mereka butuh
pendidikan untuk mengolah masa tersebut menjadi seseorang. Mengapa? karena masa
golden age merupakan masa yang daya kualitas otaknya masih sangat baik. dan
mengingat ia berada di dalam lingkungan masyarakat. maka mau tidak mau, suka atau
tidak suka ia harus mengikuti apa yang di harapkan oleh masyarakat supaya ia
dapat mempertahankan hidup di masyarakat. jika ia tidak mengikuti maka ia akan
dikucilkan di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Sedangkan kita tau bahwa
pada dasar nya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak akan mungkin dapat
bertahan hidup tanpa bantuan dari orang lain.
C. Bagaimanakah anak usia dini belajar?
Anak
usia dini belajar melalui bermain, anak-anak umumnya sangat menikmati permainan
dan akan terus menikmatinya dimanapun mereka memiliki kesempatan. Kegiatan
bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa anak
hidup seta lingkungan tempat dimana anak hidup. Pembelajaran anak usia dini
menganut pendekatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Engan
bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tuuhnya,
mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa diri mereka sendiri.
Dengan bermain anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru
dan belajar kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang
menjadi kebutuhannya.
Ada beberapa prinsip pembelajaran anak
usia dini, diantaranya yaitu:
(1)
Anak sebagai pembelajar aktif.
Anak-anak akan terbiasa belajar dan mempelajari berbagai
aspek pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan melalui berbagai aktivitas
mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, dan mengemukakan
sendri berbagai hal yang ditemukan pada lingkungan sekitar.
(2)
Anak belajar melalui sensori dan panca indera.
Montessori yang meyakini bahwa panca indra adalah pintu
gerbang masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak, dalam konsep ini anak
mengeksploitasikan semua inderanya baik penciuman, perasa, peraba, penglihatan,
dan pendengaran.
(3)
Anak membangun pengetahuan sendiri.
Dalam konsep ini anak dibiarkan belajar melalui
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan
pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.
(4)
Anak berpikir melalui benda konkret.
Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan
benda-benda yang nyata agar anak tidak menerawang batau bingung. Anak
dirangsang untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda
nyata. Anak lebih mengingat suatu benda-benda yang dapat dilihat, dipegang
lebih membekas dan dapat diterima oleh otak dalam sensasi dan memori.
D.
Mengembangkan
Multiple Intelegence AUD
1.
Maslow
Menurut Maslow dalam perkembangannya anak mempunyai berbagai kebutuhan yang perlu
dipenuhi, yaitu kebutuhan primer yang mencakup pangan, sandang, dan ‘papan’ serta kasih sayang, perhatian, rasa aman,
dan penghargaan terhadap dirinya. Maslow
menggunakan piramida
sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori
hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, anak termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis)
sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
Pada tingkat yang paling bawah,
terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan,
minuman dan sebagainya). Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic
needs) yang jika tidak dipenuhi maka manusia yang bersangkutan kehilangan
kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut
dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu.
Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah
kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
b.
Kebutuhan akan
rasa aman
Kebutuhan keselamatan membiarkan
individu untuk merasa selamat dan aman. Jika safety needs ini terlalu
lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan anak tentang dunianya
bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah
yang makin negatif.
c.
Kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi
Setiap anak ingin mempunyai hubungan yang
hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang-orang di sekitarnya. Ia ingin
mencintai dan dicintai. Anak ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Anak
butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga.
d.
Kebutuhan untuk
dihargai
Anak yang terpenuhi kebutuhannya akan
harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada
orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih
kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).
e.
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Pemenuhan potensi diri sendiri
dikenali. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri terdiri dari
kebenaran, kebaikan, keindahan atau kecantikan, keseluruhan (kesatuan),
dikotomi-transedensi, erkehidupan (berproses, berubah tetapi tetap pada
esensinya), keunikan, kesempurnaan, keniscayaan, penyelesaian, keadilan,
keteraturan, kesederhanaan, kekayaan, bermain, dan mencukupi diri sendiri
Terpenuhinya kebutuhan tersebut akan
memungkinkan anak mendapat peluang mengaktualisasikan dirinya, dan hal ini
dapat menghadirkan pelatuk untuk mengembangkan seluruh potensi secara
utuh. Pemenuhan kebutuhan dalam harus
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Prinsip tersebut
dinamakan praktek-praktek yang sesuai dengan perkembangan anak atau disebut juga developmentally appropriate practice atau DAP
2.
Smilansky
Smilansky (dalam http://repository.upi.edu) mengungkapkan
bahwa anak usia dini belajar melalui panca indranya dan melalui hubungan fisik
dengan lingkungannya. Terdapat
beberapa tipe bermain dalam pembelajaran yang dijabarkan Smilansky, diantaranya
yaitu functional play, constuctive play,
dramatic play dan game with rules.
Functional play adalah sebuah bentuk permainan
dimana anak menggunakan indera dan otot-ototnya untuk bereksperimen dengan
bahan-bahan baik didalam maupun di luar ruangan dan belajar bagaimana sesuatu
dapat bergerak bersamaan. Hal ini memuaskan kebutuhan anak untuk
menjadi aktif dan bereksplorasi. Dalam bermain fungsional anak mengulang
perilaku mereka terus menerus sambil berbicara pada dirinya sendiri tentang apa
yang ia lakukan.
Dalam bermain
pembangunan membantu anak dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang
akan mendukung dalam kegiatan akademik. Smilansky mengungkapkan bahwa di dalam constuctive play, children’s
actions are purposeful and directed toward a goal. Ketika anak diberikan
kesempatan untuk bermain ini berarti
anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan perkembangan kognitif, sosial,
emosional dan perkembangan fisiknya.
Dramatic play dapat
berkembang sepanjang bermain fungsional. Perbedaan utama antar bermain drama
dengan bermain jenis laniinya adalah bahwa bermain drama berorientasi pada
orang, bukan berorientasi pada bahan atau objek. Anak-anak yang tidak terlibat
secara terus menerus dalam bermain peran dengan anak-anak lain mengalami
kesulitan di kemudian hari.
Dalam kegiatan game with rules anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan
permainan. Aturan permainan pada awalnya dapat dan boleh diubah sesuai
kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan asalkan tidak menyimpang jauh
dari aturan umumnya., misalnya bermain kartu domino, bermain tali atau monopoli
(Sujiono, 2009:119)
3.
Erikson
Erikson mengemukakan bahwa
perkembangan manusia adalah sintesis dari tugas-tugas perkembangan dan
tugas-tugas social (Sumantri & Syaodih, 2008: 1.10). Perkembangan afektif
merupakan dasar perkembangan manusia. Erikson membagi delapan tahap
perkembangan psikososial anak yaitu sebagai berikut.
a
Trust vs Mistrust (0-1 thn)
Bayi yang
kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu
dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diaajak main dan bicara, maka akan
tumbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang
disekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia
menggantungkan hidupnya. Jika sebaliknya, maka pada bayi akan tumbuh rasa takut
serta ketidakpercayaan terhadap dunia di sekelilingnya.
b
Autonomy vs Shame & Doubt (2-3
thn)
Jika anak
menninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih kecil daripada
rasa malu dan ragu, ia akan mengalami kesulitan untuk memperoleh autonomi pada
masa remaja dan dewasanya. Sebaliknya, jika anak melalui masa ini dengan adanya
keseimbangan serta dapat mengatasi rasa malu dan ragu dengan rasa outonomus,
maka ia sudah siap menghadapi siklus kehidupan berikutnya.
c
Initiative vs Guilt (4-5 thn)
Anak yang
diberi kebebasan dan kesempatan untuk berinisiatif pada permainan motoris serta
mendapat jawaban yang memadai dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya, maka
inisiatifnya akan berkembang dengan pesat.
d
Industry vs Inferiority ( 6
th-pubertas)
Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain, dan belajar
menurut peraturan yang ada. Pengalaman-pengalaman anak mempengaruhi industyi dan infentiority anak.
e
Identity & Repudiation vs Identity
Diffusion (masa remaja)
Pada masa
ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. Ia mempunyai
perasaan-perasan dan keingainan baru sebagai akibat perubahan-perubahan
tubuhnya.
f
Intimacy & Solidarity vs Isolation
(masa dewasa muda)
Pada tahap ini keberhasilan tidak bergantung secara
langsung kepada orang tua. Jika intimacy tidak
terdapat di antara sesama teman, akan terdapat apa yang disebut isolation.
g
Generativity vs Stagnation (masa
dewasa)
Generativity berarti orang mulai memikirkan
orang-orang lain di luar keluarganya sendiri. Orang yang tidak berhasil
mencapai generavity berarti ia berada
dalam keadaan self absorption dengan
hanya memutuskan perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenangan pribadinya
saja.
h
Integrity vs Despair (masa tua).
Pada tahap
ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan. Integrity timbul dari kemampuan individu
untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan despair, yaitu keadaan dimana individu
yang menengok ke belakang dan meninjau kembali kehidupannya di masa lalu
sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah.
4.
Piaget
Menurut pandangan Piaget (dalam
Sujiono, 2012: 120) intelegensi anak berkembang melalui suatu proses active learning dengan cara memberikan
kesempatan kepada anak untuk terlihat secara aktif dalam kegiatan yang dapat
mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera anak.
Piaget membagi perkembangan kognitif
anak ke dalam 4 fase, yaitu:
a. Sensori
Motor (0-2 tahun)
Pada
tahap ini anak berinteraksi dengan dunia sekitar melalui panca indera. Dapat
berpikir kompleks seperti bagaimana cara untuk mendapatkan suatu benda yang
diinginkan dan melakukan apa yang diinginkannya dengan benda tersebut. Kemampuan
ini merupakan awal berpikir secara simbolik yaitu kemampuan untuk memikirkan
suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empirik.
b. Pra
Operasional (2-7 tahun)
Fase ini merupakan masa permulaan anak
untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Cara berpikir anak
belum stabil dan belum terorganisir secara deduktif.
c.
Operasi Konkret (7-12 tahun)
Anak sudah
mempunyai kemampuan berpikir secara logis dengan syarat objek yang menjadi
sumber berpikir tersebut hadir secara konkret. Anak dapat mengklasifikasi
objek, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutannya, memahami cara pandang
orang lain dan berpikir secara deduktif.
d. Operasi
Formal (12 tahun ke atas)
Anak dapat bepikir secara abstrak
seperti kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi,
melakukan proses berpikir ilmiah yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan
cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut.
5.
Vygotsky
Konstruktivisme
sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan
dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan fisik
(http://masrush.wordpress.com). Inti konstruktivisme Vygotsky adalah interaksi antara aspek
internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Konstruktivisme
adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan
antropologi sebaik psikologi. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang
melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih
tahu. Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky mengemukakan
konsep zone of proximal development
(ZPD) sebagai kapasitas potesial belajar anak yang dapat berwujud melalui bantuan
orang dewasa atau orang yang lebih terampil (Sujiono, 2012: 115).
ZPD atau scaffolding interpretation merupakan
tahapan untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi.
Empat tahapan yang terjadi dalam
perkembangan dan pembelajaran:
a) Tindak
anak-anak masih dipengaruhi/dibantu orang lain
b)
Tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri
c)
Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi
d) Tindakan
spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berpikir secara abstrak.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama
teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif,
sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of
proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu
teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial
yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam
usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah (http://utak-atik-psikologi.blogspot.com).
Menurut Vygotsky
keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui
interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman
interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini.
Perkembangan anak menjadi matang. Pembelajaran berdasarkan scaffolding yaitu
memberikan ketrampilan yang penting untuk pemecahan masalah secara mandiri,
seperti diskusi dan praktek langsung. Zone of Proximal Development adalah
wilayah dimana anak mampu untuk belajar dengan bantuan orang yang kompeten.
Batas ZPD yang lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh
seorang anak yang bekerja secara mandiri. Dan batas yang lebih tinggi ialah
level tanggung jawab tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan
seorang instruktur yang mampu.
Ada beberapa prinsip dasar dalam
penerapan teori Vygotsky dikelas :
a.
Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif.
b. ZPD
dapat menjadi pemandu dalam penyusunan kurikulum dan pelajaran.
Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh
dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam ‘dunia nyata’ mereka.
6.
Gardner
Teori Kecerdasan Ganda (Multiple
Inteligence) dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang profesor psikologi dari Harvard
University. Gardner mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki
kecerdasan yang berbeda. Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence (dalam
http kecerdasan-ganda.blogspot.com) mengusulkan
delapan macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda
meliputi: (a) kecerdasan linguistik-verbal dan (b) kecerdasan logika-matematik
(c) kecerdasan spasial-visual, (d) kecerdasan ritmik-musik, (e) kecerdasan
kinestetik, (f) kecerdasan interpersonal, (g) kecerdasan intrapersonal, (h)
kecerdasan naturalis. Howard Gardner
mengemukakan bahwa pada dasarnya anak memiliki delapan jenis kecerdasan dasar
tersebut.
a.
Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan
bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa
untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Anak dengan kecerdasan verbal ini
sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi,
menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara
dan menulis.
b.
Kecerdasan Matematis/Logis
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan anak untuk
berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya
konsistensi dalam pemikiran. Anak yang cerdas secara
logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka.
Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu,
menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik.
c.
Kecerdasan Spasial
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh
kemampuan anak untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di
sekitarnya. Anak yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang
memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Kecerdasan
spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal
maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
d.
Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan
yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas
fisik. Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun
hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh.
e.
Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan
adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Kecerdasan musikal
merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa
seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa.
f.
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah
kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan
interaksi secara efektif dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang
lain, anak dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan
keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak
g.
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan
dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri
sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan
mengarahkan orang lain.
h.
Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian
mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para
pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki
kecerdasan ini.
Kemampuan mendidik sangat erat
kaitannya dengan kemampuan mengidentifikasi dan melihat potensi kecerdasan
pembelajar serta memahami bagaimana hal itu dikumpulkan dalam suatu rangkaian
belajar yang menarik. Setiap pembelajar memiliki sembilan kecerdasan dan dapat
dikembangkan sampai tingkat kompetensi yang paling optimal dapat dicapai anak.
Di sisi lain, masing-masing anak memiliki kecenderungan (inklinasi) terhadap
kecerdasan tertentu atau kelebihan yang ditunjukkan melalui perilaku spesifik.
Dalam pembelajaran harus dihindari pembatasan kemampuan hanya dalam satu
katagori atau wilayah kecerdasan tertentu saja. Tetapi lebih penting bagaimana
anak di perlakukan sebagai orang yang sedang melakukan perjalanan hidupnya
dengan cara yang memungkinkan mengoptimalkan apa yang ada dalam dirinya.
Tabel berikut menggambarkan tentang
kecenderungan dan kegemaran dan perilaku yang dapat dimati dan metode
belajar yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing kecerdasan (http://novirizkiy.blogspot.com) :
Jenis Kecerdasan
|
Kecenderungan /
Kegemaran
|
Metode Belajar
|
|||
Bahasa / Verbal
|
Gemar :
- membaca
- menulis
- bercerita
- bermain
kata
|
Membaca, menulis, mendengar
|
|||
Matematis Logis
|
Gemar :
- bereksperimen
- tanya jawab
- menjawawab teka-teki logis
|
Berhitung, aplikasi rumus, eksperimen
|
|||
Spasial
|
Gemar :
- mendesain
- menggambar
- berimajinasi
- membuat sketsa
|
Observasi, menggambar, mewarnai, membuat peta
|
|||
Kinestetik tubuh
|
Gemar :
- menari
- berlari
- melompat
- meraba
- memberi isyarat
|
Membangun, mempraktekan. menari, ekspresi
|
|||
Musikal
|
Gemar :
- bernyanyi
- bersiul
- bersenandung
|
Menyanyi, menghayati lagu, mamainkan instrumen musik
|
|||
Interpersonal
|
Gemar :
- memimpin
- berorganisasi
|
Observasi alam dan bermain kelompok bersama teman-teman
|
|||
Intrapersonal
|
Gemar :
- menyendiri
- memilih tokoh favorit yang
positif, dan membaca serta menjadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam
memecahkan suatu permasalahan
|
Meluangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore
hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan
yang dialami.
|
|||
Naturalis
|
Gemar :
- bermain di alam
- memelihara hewan
- senang dengan tumbuh-tumbuhan
|
Mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna
di lingkungannya.
|
|||
BAB III
SIMPULAN
Dilihat
dari pembahasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.
Anak
usia dini merupakan makhluk yang unik, dimana mereka memiliki berbagai macam
potensi-potensi perkembangan secara fisik, kelebihan yang mereka punya,
kekurangan yang mereka miliki maupun minat mereka akan sesuatu yang
masing-masing anak berbeda. Melihat anak usia dini begitu unik maka, dibutuhkan
suatu pendidikan untuk mencetak nya menjadi generasi yang berkualitas
yang baik khususnya pada usia dini. melihat PAUD memiliki pengaruh yang besar
pada anak usia dini, maka banyak para tokoh yang membuat berbagai teori tentang
PAUD. Alasan mengapa banyak perbedaan teori tentang PAUD, di karenakan pada
dasar nya anak bersifat unik dan membutuhkan pelayanan dengan berbagai macam
cara untuk dapat sukses mengembangkan hal-hal yang harus di kembangkannya untuk
melanjutkan ke tahap selanjutnya.
- Cara menentukan pentahapan usia dini, karakteristik umum, karakteristik perkembangan, anak usia dini, dan tugas-tugas perkembangan dapat ditentukan berdasarkan pengamatan yang dilihat dari sisi mana yang para tokoh itu memandang, yang nanti nya semua teori tersebut akan memudahkan kita dalam memberikan pelayanan bagi anak usia menjadi seorang yang ideal.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Hurlock, B.L. 1980. Psikologi
Perkembangan:Buku pengetahuan yang membahas suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (Istiwidayanti,dkk). Jakarta:Erlangga.
2. Kartono,Ani. 2007. Psikologi Anak.
Bandung:Cv. Mandar Maju.
3.
Mulyasa,
H.E. 2012. Manajemen PAUD. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
4. Nurihsan,Achmad Juntika & Mubiar
Agustin. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:Refika
Aditama.
5.
Nurani, Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Indeks.
6. Rakhmat Riyadi, Arie. 2012. Perkembangan
Peserta Didik, Handout perkuliahan Perkembangan Peserta Didik Universitas
Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
7. Sujiono, Yuliani Nurani.
2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta. PT Indeks.
8. Sumantri Mulyani dan
Syaodih Nana. 2008. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta. Universitas Terbuka
9. Sriningsih,Nining. 2012. Konsep
dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Handout perkuliahan Konsep Dasar PAUD
Universitas Pendidikan Indonesia:tidak diterbitkan.
10. Santrock,J.W. 2007. Perkembangan
Anak:Buku pengetahuan yang membahas tentang perkembangan anak (Mila
Rachmawati,dkk).Jakarta:Erlangga.
11. Santoso,Soegeng,dkk. 2005. Dasar-Dasar
Pendidikan TK. Jakarta:Universitas Terbuka.
12. UUSPN No.20/Tahun 2003
13. Wiyani,Novan Ardy & Barnawi.
2012. Format PAUD. Yogyakarta:Ar- Ruzz Media.
14. Yus,Anita. 2011. Model Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Komentar
Posting Komentar