MAKALAH Pembelajaran Juz Amma Untuk AUD dan SD



Tugas kelompok 10                                    MAKALAH
Pembelajaran Juz Amma Untuk AUD
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliyah Membaca dan Menulis Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini
Dosen Pengampu :
Yayuk Dwi Wahyuni, M. Ag
Disusun Oleh :
-          Mugi Rahayu                          : 1411070179
-          Nugroho Galih W.                  : 1411070184
-          Roisah Al-Khusna                   : 1411070205

-          Jurusan/Kelas/Semester           : PGRA/D/III




FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1436 H/2015 M
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok pembuatan makalah Membaca dan Menulis Al-Qur’an untuk AUD yang berjudul ”Pembelajaran Juz Amma Untuk AUD” dengan lancar. Shalawat serta salam kami haturkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad S.A.W. beserta para sahabatnya yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.
 Dalam pembuatan makalah ini penulis  mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Dosen pengampu mata kuliyah Membaca dan Menulis Al-Qur’an untuk AUD, Ibu Yayuk Dwi Wahyuni, M. Ag yang atas arahannya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
2.      Teman-teman dan semua pihak yang memberi dukungannya selama dalam pengerjaan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis menerima segala saran dan kritik bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Jika ada kesalahan dalam penulisan maupun kata-kata yang tidak berkenaan bagi pembaca, penulis mohon maaf. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.                                
Bandarlampung, 01 Desember 2015

Penulis                        
                                                                                       ii
DAFTAR ISI

Halaman juduli
Kata Pengantarii
Daftar Isiiii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah1
B.     Tujuan Penulisan Makalah1
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pembelajaran2
B.     Metode-metode Pembelajaran Al-Qur’an3
C.     Perspektif Penulis Tentang Metode Pembelajaran Al-Qur’an16
BAB III. KESIMPULAN18
Daftar Pustaka







                                                                                                                                               

                                                                                                                                                                                    iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya zaman dan majunya teknologi berpengaruh pada cara berpikir dan kesibukan setiap orang, terutama anak usia dini. Banyak dari mereka yang sudah mulai terlena dengan adanya kemajuan iptek, terlebih kontrol dari orang tua yang sangat minim akibat dari kesibukan masing-masing.
Hal tersebut berdampak juga terhadap rasa ingin tahu dan kecintaan seorang anak terhadap Al-Qur’an yang semakin menurun, oleh sebab itu sangat dibutuhkan keseriusan baik dari orang tua, lingkungan sekitar maupun lembaga pendidikan dimana anak itu menghabiskan sebagian waktunya di sekolah untuk saling bekerja sama mengatasi permasalahan ini.
Menjawab permasalahan diatas, dalam makalah ini akan dijabarkan tentang bagaimana pembelajaran Al-Qur’an itu dilakukan serta metode seperti apa yang dapat menunjang menguatnya minat anak terhadap Al-Qur’an.

B.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Memenuhi tugas kelompok mata kuliyah Membaca dan Menulis Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini
2.      Mengetahui pengertian pembelajaran
3.      Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini
4.      Menganalisa metode yang paling efektif untuk pembelajaran Juz Amma untuk Anak Usia Dini




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Pembelajaran dalam dunia pendidikan

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.[1]


B.     Metode-metode Pembelajaran Al-Qur’an

1.      METODE PEMBELAJARAN AL – BAGHDADI
            Kaedah ini merupakan kaedah yang paling lama dan meluas digunakan di seluruh dunia. Ia dipercayai berasal dari Baghdad, ibu Negara Iraq dan diperkenalkan di Indonesia seiring dengan kedatangan saudagar dari Arab dan India yang singgah di Kepulauan Indonesia (Mohd Zainul 2008). Manakala menurut (Komari 2008) menjelaskan kaedah ini sudah bermula dari pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah dan di Indonesia kaedah tersebut telah diperkenalkan pada awal tahun 1930an sebelum kemerdekaan.Kaedah ini juga dikenal dengan kaedah sebutan “eja” atau latih tubi, tidak diketahui pasti siapa pengasasnya.
            Cara mengajarkannya dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah, kemudian tanda-tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan.Setelah menguasai barulah diajarkan membaca QS.Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan seterusnya. Setelah selesai Juz ‘Amma, maka dimulai membaca Al-Qur’an pada mushaf, dimulai juz pertama sampai tamat.
            Dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, pengajian anak-anak terus menyebar dalam jumlah besar merata di seluruh pelosok tanah air.Berkat pengajian anak-anaklah makakemudian umat Islam, dari generasi ke generasi berikutnya, mampu membaca Al-Qur’an dan mengetahui dasar-dasar keislaman.
            Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan iptek, sistem pengajian “tradisional” dan metode pembelajaran dengan kaidah Baghdadiyah yang demikian jadi kurang menarik. Anak-anak lebih tahan duduk berjam-jam di depan TV daripada duduk setengah jam di depan guru ngaji. Akibatnya, harus dibutuhkan waktu 2 – 5 tahun untuk bisa memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an (Mahmud Yunus, 1979: 35).Akibat lebih lanjut adalah semakin banyak terlihat anak-anak muda Islam yang tidak memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an.
            Di tengah keprihatinan ini ternyata mendorong banyak ahli untuk mencari berbagai solusi pemecahannya. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan pembaruan sistem dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an ini. Diantara tokoh pembaru yang cukup menonjol adalah KH.As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta yang telah tekun menulis dan menyusun buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro’”.Metode ini ternyata, menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca Al-Qur’an.
Cara pembelajaran metode ini adalah:
·         Hafalan
·         Eja
·         Modul
·         Tidak variatif
·         pemberian contoh yang absolute (mutlak)

Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a.       Kelebihan
·         Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
·         Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.
b.       Kekurangan
·         Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
·         Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
·         Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.

2.      METODE PEMBELAJARAN QIROATI
            Awal mula pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem pengajian yang berada di mushola/langgar, masjid, dan bahkan di rumah-rumah.Sebagian besar metode yang diterapkan yakni dengan menggunakan turutan yang didalamnya berisi Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk membaca Al-Qur’an.Metode ini merupakan metode yang disusun oleh ulama’ Baghdad, seiring berjalannya waktu khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis.
            Pada pertengahan tahun 1986 dikalangan umat islam muncul metode yang disusun oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun. Metode ini muncul dari usaha Ust.H. Dahlan Salim Zarkasy dalam mencari metode belajar membaca Al-Qur’an dengan meneliti dan mengamati pengajian anak-anak di luar daerah.
            Awalnya beliau mengajarkan ngaji  kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan, akan tetapi hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya mengahafaal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang .pada saat berkesempatan mengambil barang diluar kota, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian anak-anak ada di mushalla, langgar dan masjid setempat, ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dialami beliau.
            Berdasarkan rasa ketidak-puasan dengan hasil mengaji dengan kitab turutan, Ust.H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’.
            Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu beliau. Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat semarang sekitarnya.
Tujuan Metode Qiraati :
·         Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian Al-Quran (dari segi bacaan tartil sesuai dengan kaidah tajwid)
·         Menyebarkan Ilmu Bacaan Al-Quran yang benar dengan cara yang benar
·         Mengingatkan para guru Al-Quran agar berhati-hati dalam mengajarkan Al-Quran
·         Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran Al-Quran


Prinsip –prinsip dasar Qiro’ati :
a.       prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu:
·         Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
·         Daktun (tidak boleh menuntun)

b.       Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri / anak didik
·         CBSA : Cara belajar santri aktif
·         LCTB  : Lancar cepat tepat dan benar.
Dalam mengajarkan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:
1.      Jilid I
Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur'an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.
2.      Jilid II
Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I.
3.      Jilid III
Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).
4.      Jilid IV
Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.
5.      Jilid V
Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar
6.      Jilid VI
Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.

Metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan, yaitu:
a.       Kekurangan:
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.
b.      Kelebihan
·         Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'an dengan tajwidnya itu fardlu ain.
·         Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
·         Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
·         Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus test.


3.       METODE PEMBELAJARAN IQRO’
            Metode iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
            Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
            Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqro’ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengan  tujuan untuk meudahkan setiap peserta didik (santri) yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang akan menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro; ini termasuk salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat Indonesia.
            Sebelum K.H. As’ad Humam meluncurkan metode Iqro’ memang sudah ada metode membaca Al-Qur’an yang dimanfaatkan oleh umat islam Indonesia antara lain dalam metode Juz Amma, methode  Al-Banjary, methode Al-Barqy dan banyak methode lainnya.  K.H. As’ad Humam dalam menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang saudah ada sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro  muncul, sekitar tahun 1988 langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang digunakan juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca Al-Qur’an dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK umumnya belum bisa membaca Al-Qur’an.
            Metode Iqro memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak orang. Pemerintah sendiri juga telah menganugrahkan  penghargaan kepada K.H. As’ad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991 Mentri Agama RI (waktu H Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang didiriakn K.H. As’ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai Balai Latihan dan pengembangan dan lembaga pengembangan Tilawatil Qur’an.
            Dari waktu kewaktu metode Iqro semakin memasyarakat. Bukan saja masyarakat sekitar yang memanfaatkannya, tetapi merembet masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar DIY, bahkan akhirnya merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode ini antara lain karena keihklasan K.H. As’ad Humam dan para anak buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang merupakan markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan  metode ini.
            Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur’an. Selain itu, didalam masing-masing jilid dari buku panduan Iqro’ ini sudah dilengkapi dengan bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri.
Ada 10 macam sifat-sifat buku Iqro’ yatu :
  1. Bacaan langsung.
  2. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
  3. Prifat
  4. Modul
  5. Asistensi
  6. Praktis
  7. Sistematis
  8. Variatif
  9. Komunikatif
  10. Fleksibel

Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
  1. TK Al-Qur’an
  2. TP Al-Qur’an
  3. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
  4. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur’an
  5. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
  6. Digunakan di majelis-majelis taklim

Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro’ adalah:

a.       Kelebihan:
·         Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
·         Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
·         Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan.
·         Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
·         Bukunya mudah di dapat di toko-toko.

b.      Kekurangan:
·         Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
·         Tak ada media belajar
·         Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.

4.      METODE PEMBELAJARAN AT – TARTIL
            Metode Tartil merupakan salah satu metode pembelajaran Al-Qur’an yang lebih praktis dan lebih cepat untuk membantu murid/pelajar membaca Al-Qur’an. Metode ini diperkenalkan oleh Hj. Gazali, S.MIQ, M.A (Pensarah Ilmu Al-Qur’an Sekolah Tinggi Agama Islam, Pengembangan Ilmu Al-Qur’an “STAI-PIQ” Negeri Sumatera Barat, Indonesia) pada tahun 1998. Pada mulanya metode ini diberi nama “ Metode Cepat dan Praktis Membaca Al-Quran”
            Metode ini terdiri dari dua siri, yaitu Tartil I dan Tartil II. Tartil I adalah untuk memandu murid/pelajar mengenali huruf, membaca huruf berbaris satu, sukun, musyaddah dan tanwin. Tartil II adalah untuk memandu murid/pelajar mempelajari Mad, Ghunnah, dan Waqaf wal Ibtida’.
            Pembelajaran dilakukan setiap hari (satu kali pertemuan 1 Jam), murid/pelajar hanya memerlukan masa empat bulan untuk mempelajari kedua siri metode Tartil tersebut. Proses pembelajarannya mengaktifkan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an dan disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah Ilmu Tajwid.
Adapun aturan-aturan dalam pembelajaran Al-Quran metode ini adalah, meliputi:
a.       Penerapan metode At-Tartil harus dilakukan oleh ustadz/ustadzah yang sudah mendapatkan syahadah mengajar terlebih dahulu dari Biro TPQ. Sedangkan dalam penerapan Metode At-Tartil ini dalam setiap Jilidnya terdapat materi pelajaran dan cara mengajarkannya, selain itu juga terdapat pokok-pokok pelajaran di setiap jilidnya dan dengan menggunakan strategi klasikal dan privat individual sebagai evaluasinya.
b.      Kedua, upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pembelajaran baca tulis al-Qur’an adalah dengan adanya pembinaan dan penataran secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Biro TPQ. Dalam bacaan At-Tartil akan dinilai setiap hari dan dicatat hasilnya pada evaluasi harian oleh gurunya masing-masing agar diperhatikan oleh orang tuanya di rumah. Diadakannya imtihan setiap tahun dan diadakannya imtas bagi yang sudah lulus jilid 6 (Bacaan Gharib yang ada di jilid 6).
Terdapat empat komponen asas yang menjadikan metode At-Tartil lebih praktis dan lebih cepat dibanding dengan metode lain,yiaitu:
·         Materi diberikan dalam bentuk lisan dan tulisan.
·         Masa yang diperlukan hanya 27 kali pertemuan untuk Tartil I dan 22 kali pertemuan untuk Tartil II (1 kali pertemuan 45-60 minit). Dalam masa 4 Bulan murid/pelajar Insya Allah mampu membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar. Masa 4 bulan tersebut sudah termasuk masa untuk mengevaluasi, sekiranya ada diantara murid/pelajar yang agak lambat belajar.
·         Adanya materi wajib yang harus diberikan yaitu Seni Tartilul Qur’an.
·         Adanya materi menulis ayat al-Quran dengan baik yang telah   disediakan lansung dalam buku yang digunakan.

5.      METODE PEMBELAJARAN TILAWATI
            Tilawati adalah merupakan salah satu di antara metode pengajaran Al Qur'an. Tilawati menawarkan suatu sistem pembelajaran Al Qur'an yang yang mudah, efektif dan efesien demi mencapai kualitas bacaan, pemahamanan dan implementasi Al Qur'an. Titik berat pendidikan tidak hanya pada santri melalui munaqasah tapi juga pada guru/ustadz dan ustadzah dibina. Metode Tilawati menggabungkan metode pengajaran secara klasikal dan privat secara seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih efektif. Ustadz atau ustadzah dapat mengajari santri 15-20 orang tanpa mengurangi kualitas. Waktu pendidikan anak menjadi lebih singkat dengan kualitas yang diharapkan/standar. Sehingga kelas TQA dapat dicapai anak mencapai kelas 6 dan drop out dari TPA.
            Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim yang terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesan tren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA. Karakteristik dan keunggulan metode Tilawati antara lain:
·         Menyeimbangkan pendekatan pembelajaran secara klasikal dan individual.
·         Metode ini disusun secara praktis sehingga mudah dipelajari.
·         Menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat membaca al-Qur’an secara tartil.
·         Menggunakan variasi lagu-lagu tilawah dalam membaca al-Qur’an sehingga tidak membosankan.
            Taman Pendidikan Al Quran telah membuktikan efektifitas dan kemudahan pembelajaran Al Quran metode Tilawati menuju bacaan tartil. Ada beberapa hal yang menyebabkan mereka menggunakan Tilawati :
  • Buku Tilawati disusun oleh para aktifis pengerak pendidikan Al Quran di Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) dan sekolah formal di Indonesia
  • Buku Tilawati diajar dengan menggunakan standart lagu rost dari jilid 1 s.d. jilid 6 dan menggunakan lagu nahawan untuk pengembangan.
  • Buku Tilawati dilengkapi media pembelajaran lainnya yaitu peraga, kaset lagu rost, dan vidio teknik pembelajaran.
  • Buku menerapkan strategi pembelajaran klasikal dan individual secara seimbang dan proporsinal sehingga:
·         Proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien
·         Pembelajaan menjadi mudah dan menyenangkan
·         Pengelolaan santri menjadi lebih tertib.
·         Target pembelajaran menjadi lebih mudah terpenuhi[2]

6.      METODE PEMBELAJARAN KHULUQI
Kata Khuluq adalah bentuk jamak dari kata akhlaq. Sedangkan kata akhlaq secara istilah dapat diartikan sebagai “satu perbuatan yang dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan”. Mengacu pada difinisi tersebut maka metode khuluqiy “kebiasaan-kebiasaanku” ini merangsang seorang anak untuk selalu membaca dan menghafal di sela-sela waktunya sehingga membaca dan menghafal AlQur’an menjadi kebiasaan dan akhlaqnya.
A.    Persyaratan pelaksana metode ustadz/h nya.
1.    Tartil membaca Al Qur’an.
Ketrampilan seorang siswa akan bergantung dengan ketrampilan yang dimiliki ustadz-ustadzahnya. Jadi untuk membentuk seorang siswa yang memiliki kemampuan tahfidz dengan bacaan yang tartil mujawwad dibutuhkan seorang ustadz-ustadzah yang sudah tartil bacaannya.
Penyampaian materi khuluqiy bagi anak usia TK/RA menggunakan pola talaqqi, yaitu guru membacakan hafalan dan siswa menirukannya. Pada tahap talaqqi ini apabila seorang guru salah dalam mencotohkan bacaan yang benar dihawatirkan hafalan anak tersebut akan salah terus sampai dewasa.
Pada waktu tertentu ada tahapan setoran hafalan. Pada tahap ini adalah tahap cek dan tashih bacaan. Apabila seorang guru tidak memiliki skill tartil Al-Qur’an maka dihawatirkan hafalan anak-anak tidak terkontrol tartil hafalannya.
Dari gambaran diatas menunjukkan adanya seorang ustadz-ustadzah yang tartil sangat menentukan hasil yang baik. Ustadz/h pada metode ini sangat baik apabila sudah hafidz akan tetapi hal tersebut tidak menjadi hal utama. Syarat utama bagi ustadz-ustadzah yang belum hafidz adalah kemauan kuat untuk menghafal bersama anak-anak.
B.     Persayaratan proses pelaksanaan metode.
1.      Komponen proses pelaksanaan.
a.  Motivasi.
“Setiap amal tergantung kepada niatnya”. Hadis tersebut apabila kita terjemahkan kedalam upaya kita untuk menghafal Al Qur’an artinya adalah keberhasilan kita untuk menghafal Al Qur’an berbanding lurus dengan kekuatan niat dan motivasi yang terkandung dalam hati kita.
Untuk memunculkan dan menguatkan niat anak untuk menghafal perlu ada arahan motivasi yang terus disampaikan kepada anak disetiap waktu dan keadaan.
Diantara motivasi-motivasi yang bisa disampaikan kepada anak-anak untuk memiliki kemaun menghafal yang kuat adalah ;
·         Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur’an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh (HR. Tirmidzi)
·         Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Sawbersabda:  “Penghafal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu diapakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan”  (HR. Tirmidzi, hadits hasan {2916}, Inu Khuzaimah, Al Hakim, ia menilainya hadits shahih).
·         Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafal .Dari Abi Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah olehmu Al Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).”" (HR. Muslim).
·         Hafizh Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi. “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad).

b. Pembiasaan di pagi hari
Proses yang harus dilakukan dalam metode ini adalah pembiasaan membaca target hafalan harian pada waktu pagi hari. Jadi perlu menyediakan waktu kurang lebih lima sampai 10 menit untuk membaca target hafalan harian sebanyak lima sampai sepuluh kali.

c.        Pembiasaan muroja’ah di sela-sela waktu.
Proses yang tidak bisa ditinggalkan dalam menghafal AlQur’an adalah proses muroja’ah baik secara mandiri ataupun dengan berjama’ah.
Untuk memunculkan kebiasaan muroja’ah disela-sela waktu perlu ada motivasi atau pembentukan lingkungan yang mendukung pembiasaan muroja’ah.

d.       Pembiasaan setor
Proses setor hafalan pada waktu tertentu sangat penting karena dengan proses setoran hafalan ini anak-anak akan termotivasi untuk menghafal sekaligus sebagi media cek salah dan betulnya bacaan hafalan anak-anak. Apabila proses ini hilang maka dihawatirkan tidak ada control akan hasil hafalan anak.

2.      Komponen media kelengkapan proses

a.  Buku Juz Amma.
Untuk menghafal AlQur’an ataupun Juz amma pada hakikatnya bisa menggunakan berbagai macam cetakan Al Qur’an dan buku juz amma yang sudah cukup banyak bentuk dan modelnya. Akan tetapi dalam metode ini dianjurkan menggunakan buku Juz Amma standard metode khuluqiy karena dengan buku tersebut para penghafal akan mudah mengenal target hafalan hariannya dari bari-baris kolom yang ada pada buku tersebut.

b. Kartu progress hafalan juz amma
Untuk merencanakan program hafalan dibutuhkan lembar control yang dengannya para penghafal bisa memotivasi diri dan mengetahui progress atau perkembangan hafalannya dengan baik.[3]

C.    Perspektif Penulis Tentang Metode Pembelajaran Al-Qur’an
Berdasarkan pembahasan diatas muncullah pertanyaan, “apakah metode yang tepat untuk melakukan pembelajaran Al-Qur’an  terutama pembelajaran Juz Amma ?”.
Dari setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan yang variatif oleh sebab itu seorang pendidik dituntut untuk mampu menganalisa metode apakah yang paling efektif untuk diterapkan, yang pasti metode yang dipilih harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana tempat pembelajaran itu dilaksanakan dan juga memperhatikan kemampuan setiap anak didik.
            Menurut kami metode yang cukup efektif untuk pembelajaran Juz Amma yaitu metode khuluqi, karena inti dari tujuan pembelajaran juz Amma diantaranya adalah agar seorang anak mampu menghafalnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu membaca dengan benar dan menggunakan tajwid. Oleh karena itu untuk mampu menghafal juz amma dibutuhkan pembiasaan berupa pengulangan bacaan secara berkesinambungan.
            Terlepas dari itu sebelum pembiasaan (metode khuluqi) diimplementasikan dalam keseharian seorang anak, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengajari anak tentang ilmu-ilmu dasar dari Al-Qur’an yakni mengajari huruf-huruf hija’yah, tanda bacanya, tajwid dan ketentuan-ketentuan lainnya. Untuk itu metode-metode pembelajaran Al-Qur’an yaitu metode Al-Bagdadi, metode Iqro’, metode Qiro’ati, metode At tartil dan metode Tilawati menyumbang porsi besar dalam pembelajaran Al-Qur’an dalam tahap awal. Karena kualitas membaca Al-Qur’an sangat dipengaruhi pada tahapan awalnya seseorang belajar Al-Qur’an.

















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dari pembahasan diatas, kami menyimpulkan bahwa setiap pembelajaran Al-Qur’an terutama Juz Amma akan memperoleh hasil yang baik apabila :
1.      Tenaga pendidiknya berkualitas, yaitu menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki kompetensi paedagogik.
2.      Pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan yang disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini.
3.      Menggunakan metode yang tepat sesuai dengan tahapan kemampuannya dan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam lingkungan belajarnya.
4.      Pendidik mampu memberikan motivasi kepada anak didik agar kemauan dan kemampuan anak bisa diasah, baik dalam hal kemampuan membaca maupun mengahafalnya.
Tidak ada suatu metode yang sempurna, dengan kekurangan dan kelebihannya metode tersebut sudah memiliki peran berarti terhadap pembelajaran Al-Qur’an untuk anak usia dini. Metode yang terbaik adalah metode yang mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan dilakukannya pembelajaran tersebut.








DAFTAR PUSTAKA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH HASIL OBSERVASI DI TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA) DARRUL ILMI BANDAR LAMPUNG

MAKALAH PRINSIP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD

MAKALAH Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini