MAKALAH PENGEMBANGAN SIFAT SOSIAL ANAK USIA DINI (AUD)



Tugas Kelompok 6
PENGEMBANGAN SIFAT SOSIAL

Disusun oleh :

Nadiratul hasanah   :1411070180
Nurvia tintia             :1411070191
Pertiwi aniska           :1411070192


Kelas :D
Semester : III (TIGA)
Dosen : Khoironi,S.Psi.M.Pd.I
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan II
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR3mm4RtcSE_k6zkjxu_jT3H9D7VTmTgxaERUkHxAUNNTJ1VRRSPw

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU ROUDHOTUL ATHFAL (PGRA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG TA 2015/2016





KATA PENGANTAR




Assalamu'alaikum Wr. Wb
          Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufiq, Nikmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul ”PENGEMBANGAN SIFAT SOSIAL” dengan lancar.
          Shalawat serta salam kami haturkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah
          Dalam pembuatan makalah ini penulis  mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Pembimbing  Ibu.Khoironi,S.Psi.M.pd.I yang atas bimbingannya kami   dapat menyelesaikan tugas makalah ini
2.      Kepada teman-teman atas dukungannya selama dalam pengerjaan makalah ini.
            Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis menerima segala saran dan kritik bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.
          Jika ada kesalahan dalam penulisan maupun kata-kata yang berkenaan bagi pembaca penulis kami meminta maaf kepada pembaca dan kepada allah kami mohon ampun .
Wassalamualaikum wr.wb





DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN                                                                                                                 1

BAB II
PEPBAHASAN
A.    PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL AUD                                                    2
B.     INTERAKSI SOSIAL                                                                                                     4
C.     PERKEMBANGAN SIKAP SOSIAL                                                                           5
D.    PERKEMBANGAN RASA SOSIAL                                                                            6
E.     CIRI-CIRI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI                                               7
F.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN SOSIAL AUD                                                                              8
G.    PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL                                                                            9

BAB III
KESIMPULAN                                                                                                                      12

DAFATAR PUSTAKA                                                                                                         13





BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL AUD
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Pengertian Sosial menurut para ahli:
a.       Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa  Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial.

b.      Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk social (zoon politicon). Syamsuddin (1995:105) mengungkapkan bahwa “sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk social”.

c.       Muhibin (1999: 35) mengatakan bahwa perkembangan social merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya.

d.      Syamsu Yusuf (2007)  menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama[1]

Melalui pergaulan anak atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa, dan teman sebaya lainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada masa anak menurut Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk prilaku sosial itu adalah sebagai berikut :
a.       Pembangkangan (negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan
b.      Agresi (Agresion), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
c.       Berselisih atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.
d.      Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari agresif.
e.       Persaingan (rivally)

Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga;
Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu;
Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah;
Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.[2]



B.     INTERAKSI SOSIAL
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari bahwa manusiaharus saling berhubungan dengan manusia lainnya

a.       Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengiriman berita dari sesorang kepada orang lainnya.
Ada lima unsure dalam proses komunikasi, yaitu :
1.      Adanya pengiriman berita
2.      Penerima berita
3.      Adanya berita yang dikirimkan
4.      Ada media atau alat pengirim berita
5.      Ada sistem symbol yang digunakan untuk menyatakan berita.

b.      Sikap
Sikap (etitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang , tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. “sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok.

c.       Tingkah Laku Kelompok
Ada dua teori menerangkan tingkah laku kelompok teori pertama adalah yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh psikologi dari aliran-aliran klasik, yang berpendapat bahwa unit terkecil yang dipelajari dlam psikologi adalah individu. Oleh karna itu, kelompok tidak lain adalah sekumpulan individu dan tingkah laku kelompok adalah gabungan dari tingkah laku- tingkah laku individu- individu secara bersama –sama. Tori yang kedua adalah teori yang bertolak beakang dengan yang pertama Gustave Le Bon mengetakan bahwa bila dua orang atau lebih berkumpul disuatu tempat tertentu, mereka akan menampilkan prilaku yang sama sekali berbeda dari pada cirri –ciri tingkah laku individu – individu itu masing – masing. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya “jiwa kelompok” yang tidak tunduk kepada sifat individu masing-masing, tetapi diatur oleh hukum-hukum kesatuan mental dari kelompok itu.[3]

d.      Norma Sosial
Norma sosial adalah nilai-nilai yang berlaku dalam sesuatu kelompok yang membatasi tingkah laku individu dalam kelompokitu. Dalam norma sosial ada terkandung sanksi sosial artinya barangsiapa melakukan sesuatu yang melanggar norma, akan dikenai tindakan tertentu oleh masyarakat.[4]

C.     PERKEMBANGAN SIKAP SOSIAL
Hal terpenting dalam perkembangan anak antara umur tiga sampai enam tahun ialah perkembangan sikap sosialnya. Marilah kita selidiki terlebih dahulu apa yang dimaksut perkembangan sikap sosial itu. Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusi yang lain, saling kebergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan bermasyrakat. Sedangkat pendapat lain mengatakan interaksi dikalangan manusia, interaksi adalah  komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang menumbulkan perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan individu den sessama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong menolong, saling member dan menerima, simpati dan antipasti, rasa setia kawan, dan sebagainya.
Sejak anak berumur satu tahu, iya hanya dapat berhubungan dengan ibu, ayah, atau dengan orang dewasa lainnya, yang tinggal bersama-sama dirumah itu. Perkembangan sosial barulah agak nyata bila ia memasuki masa kanak-kanak. Sekitar usia dua atau tiga tahun anak sudah membentuk masyrakat kecil yang anggotanya terdiri dari dua atau tiga orang anak.
1.      Penakut
Perasaan takut termasuk bentuk perasaan yang timbul pada diri anak jika ia berhadapan pada objek tertentu. Perasaan takut mencangkup tempat yang luas dalam perkembangan kejiwaan anak. Perasaan yang hampir sama bentuknya dengan persaan takut ialah giris. Perasaan giris ialah merupakan suatu bentuk perasaan takut yang kurang jelas apa yang menjadi objeknya. Bila ditinjau dari dasar biologis, ternyata ada takut pembawaan, seperti takut jatuh, takut mendengan bunyi-bunyi keras. .[5]
2.      Keras Kepala
Sikap keras kepala sering timbul dikalangan anak-anak setelah mereka mencapai usia 3 tahu. Tetapi tidak setiap anak yang seusia itu harus memperlihatkan sikap keras kepala , khusunya anak-anak yang mendapat pendidikan yang sangat ketat dilingkungannya. Dalam menanggapi sikap-sikap itu, orang tua beranggapan bahwa keras kepala masih dapat ditoleransi untuk anak-anak yang berusia muda karna merupakan dari proses perkembangan itu sendiri.
3.      Iri Hati
Iri hati adalah gejala yang sering timbul dalam kehidupan dikalangan anak-anak ketika ia mendapatkan adik baru. Anak memperhatikan bahwa bayi itu lebih banyak mendapatkan perhatian dari ibunya.
4.      Pendusta
Pada umumnya kita telah mengerti bahwa dusta dikalangan anak-anak agak berlainan dengan dusta dikalangan orang dewasa. Marilah kita perhatikan dua situasi yang diangkat dari kehidupan anak-anak. Contohnya sebagai penjelas :  polan melihan dua buah kue mangkok terletak diatas meja. Ia ingin sekali mengambil sebuah. Ia segera mengambil kue itu, dimakannya cepat-cepat. Tetapi ibu melihatnya. Ibu bertanya dengan muka masam : “ mengapa engkau makan kue itu? “  dipegangnya tangan si polan, dan dengan geramnya disentak-sentaknya anak itu. Sipolan memekik “ tidak!, tidak! “
      Dam peristiwa itu, pekik “ tidak!, tidak! “ karna ia takut mendapat pukulan. Maksut yang sebenarnya ialah: “ tidak, jangan pukul! “ dengan perkataan “ tidak “ bukanlah ia bermaksud ingkarkan perkataan ibu, melainkan semacam pengharapan agar supaya ia tidak dapat hukuman.[6]
5.      Kepatuhan
Sebagai pendidik, baik orang tua, guru, maupun pemimpin perkumpulan ketika bergaul dengan anak-anak, mereka akan menjumpai masalah kepatuhan. Yang dimaksut dengan kepatuhan adalah suatu gejala yang umum dapat dikalangan anak-anak. Seperti kita ketahui, anak yang berumur tiga tahun belum dapat berlaku patuh. Contoh sebagai penjelas : marilah kita perhatikan  dua anak yang bersaudara  dengan ditugaskan oleh oranng tua mereka untuk membersihkan kamar sendiri.  Mereka mau atau patuh mengerjakan apa yang disuruh orang tua, hanya selama orang yang menyuruhnya itu masih berada didekatnya. Jika orang yang menyuruhnya itu telah pergi, mereka sering lupa akan tugas yang diperintahkan kepadanya.

D.    PERKEMBANGAN RASA SOSIAL
Dalam masa krisis pertama, ketika anak bersikap “ keras kepala ”, perkembangan rasa sosial tampak seakan-akan terhenti. Tetapi sesungguhnya terjadi malah sebaliknya. Dengan kata lain permulaan sikap objektif. Sebenarnya krisis pertama itu tempat meletakkan dasar untuk perkembangan sosial yang sesungguhnya.
Bila anak mulai bersekolah, iya menyambut kenalan-kenalan baru itu dengan rasa gebira. Semua murid dikelas itu adalah temannya. Kemudian mereka membentuk kelompok-kelompok tersendiri, dimana setiap anak menggambungkan dirinya kedalam salah satu kelompok. Makin lama anak makin banyak memegang peranan individu dalam kelompoknya.
Belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman sebayanya merupakan suatu usaha untuk membangkitkan rasa sosial atau  usaha memperoleh nilai-nilai sosial. Sehubungan dengan usaha kearah itu, sekolah hendaknya secara eksplisit ikut menanamkan paham rasa sosial yang demokratis. Dalam hal ini guru memegang peranan untuk memahami kehidupan sosial dikalangan anak asuhnya, baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat luas. [7]

E.     CIRI-CIRI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI
Menurut sujiono (2009)
1.      Kelahiran sampai usia tiga tahun
a.       Bereaksi terhadap orang lain
b.      Menikmati pada saat bergaul dengan anak-anak lain
c.       Dapat memelihara keterlibatan dengan anak yang lain untuk suatu periode yang sangat pendek
d.      Mampu berbagi tanpa perlu membujuk
e.       Menunjukkan kemampuan yang sangat kecil untuk menunda kepuasan
f.       Dapat meniru tindakan dari orang lain
g.      Mulai untuk melibatkan diri pada permainan yang parallel

2.      Usia 3-4 tahun
a.       Menjadi lebih sadar akan diri sendiri
b.      Mengembangkan perasaan rendah hati
c.       Menjadi sadar akan rasial dan perbedaan seksual
d.      Dapat mengambil arah, mengikuti beberapa aturan
e.       Memiliki perasaan yang kuat kearah rumah dan keluarga
f.       Menunjukkan suatu perubahan dalam hal perasaan atau pengertian dari kepercayaan pada diri sendiri
g.      Bermain parallel : mulai bermain permainan yang memerlukan kerja sama.
h.      Memiliki teman khayalan.

3.      Usia 5-6 tahun
a.       Menyatakan gagasan yang kaku peran jenis kelamin
b.      Memiliki teman baik, meskipun untuk jangka waktu yang pendek
c.       Sering bertengkar tetapi dalam waktu yang singkat
d.      Dapat berbagi dan mengambilgiliran dll.

F.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL AUD
Menurut Hurlock, (tahuan 1995)
1.      Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama yang pertama yang akan dikenal anak. Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat.[8]

2.      Faktor Dari Luar Rumah
Faktor diluar rumah adalah wadah bagi anak untuk bersosialisasi

3.      Faktor Pengaruh Pengalaman Sosial Anak
Jika seorang anak memiliki pengalaman sosial yang buruk, seperti tidak diperbolehkan main diluar rumah oleh orang tuanya, maka hal itu, akan dipengaruhi bagi proses sosialisasinya kepada lingkungan sekitarnya berada diluar rumah. Hal ini, akan menyebabkan  anak menjadi tidak tahu dan kurang bersosialisasi dengan lingkungan di luar rumah.

G.    PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Perkembangan psikososial yang terjadi pada masa awal anak-anak, diantaranya:
a.       Perkembangan permainan
  Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada masa awal anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah bermain dengan teman-temanya dibanding terlibat dalam aktifitas lain. Karna itu, kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya dalam masa ini terjadi dalam bentuk permainan.
Jenis-jenis permainanya seperti:
Permainan parallel. Anak-anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama,tetapi tidak terjadi kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar alat permainan.
Permainan assosiative.anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan,tetapi permainan itu tidak mengarah pada satu tujuan,tidak ada pembagian peranan dan pembagian alat-alat permainan.

b.      Perkembangan hubungan dengan orang tua
  Hubungan dengan orang tua atau pengasuhnya merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Sejumlah ahli mempercai bahwa kasih sayang orang tua selama beberapa tahun kehidupan merupakan kunci utama perkembangan sosial anak,meningkatkan anak memiliki kompetensi secara sosial dan penyesuaian diri yang baik pada tahun-tahun prasekolah dan sesudahnya.[9]

c.       Perkembangan hubungan dengan teman sebaya
Perkembangan psikososial dan kepribadian sejak usia prasekolah hingga akhir masa sekolah di tandai oleh semakin meluasnya pergaulan social, terutama dengan teman sebaya.
Sejumlah penelitian telah merekomondasikan betapa hubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak.salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia diluar keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok sebaya. Anak-anak mengevaluasi apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari yang dilakukan oleh anak-anak lain. Mereka menggunakan orang lain sebagai tolak ukur untuk membandingkan dirinya. Proses pembandingan sosial ini merupakan dasar bagi pembentukan rasa harga diri dan gambaran diri anak.
Dalam beberapa investigasi yang dilakukan oleh para ahli perkembangan menunjukan bahwa relasi yang baik antar teman sebaya memiliki peran penting dalam perkembangan sosial yang normal.

d.      Perkembangan gender
Gender merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi perkembangan sosial pada masa awal ank-anak. Istilah gender dimaksudkan sebagai tingkah laku dan sikap yang diasosiasikan dengan laki-laki atau perempuan. Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan gender(Shepherd-Look, 1982). Pertama, anak menggembangkan kepercayaan tentang identitas gender, yaitu rasa laki-laki atau perempuan.kedua, anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang di tentukan secara biologis,permanen,dan tak berubah-ubah.
Ketiga aspek gender tersebut berperan terhadap pengetahuan umum anak tentang peran gender yang diharapkan masyarakat.

e.       Perkembangan moral
Seiring dengan perkembangan soaial, anak-anak usi prasekolah juga mengalami perkembangan moral. Adapun yang dimaksud perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan atau konvensi mengenai apa yang seharusnya di lakukan pleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain(Santrock, 1995). Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk di kembangkan. Karna itu, melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain(dengan orang tua,saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang prilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan atau tingkah laku mana yang buruk,[10]







BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari bahwa manusiaharus saling berhubungan dengan manusia lainnya
a.       Komunikasi
b.      Sikap
c.       Tingkah Laku Kelompok
d.      Norma Sosial

Hal terpenting dalam perkembangan anak antara umur tiga sampai enam tahun ialah perkembangan sikap sosialnya.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial adalah
a.       Faktor lingkungan keluarga
b.      Faktor Dari Luar Rumah
c.       Faktor Pengaruh Pengalaman Sosial Anak













DAFTAR PUSTAKA

Samsunuwiyati Marat. Paikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Sarlinto W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Depok, PT Rajagrafindo Persada, 2009
Zulkifli L. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Rosdakarya
Anisatul Faizah. www.academia.edu.com




[1] http://rachmimaulanaputri.blogspot.co.id/2012/11/perkembangan-sosial-anak-usia-dini.html?m=1
[2] http://rachmimaulanaputri.blogspot.co.id/2012/11/perkembangan-sosial-anak-usia-dini.html?m=1
[3] Sarlinto W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum,, Depok, PT Rajagrafindo Persada, 2009. h. 185
[4]Ibid. h. 185
[5] Zulkifli L. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Rosdakarya. h. 45
[6]Ibid. h.  47
[7] Zulkifli L. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Rosdakarya. h.
[8]Anisatul Faizah. www.academia.edu.com
[9] Samsunuwiyati Marat. Paikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. h.141
[10] Ibid. h. 146



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH HASIL OBSERVASI DI TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA) DARRUL ILMI BANDAR LAMPUNG

MAKALAH PRINSIP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD

MAKALAH Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini