MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II PERKEMBANGAN MOTORIK DAN PENGAMATAN FANTASI



Tugas kelompok 4                                       MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II
PERKEMBANGAN MOTORIK DAN PENGAMATAN FANTASI
Dosen Pengampu :
Khoironi, S. Psi , M. Pd. I

Disusun Oleh :
-          Nugroho Galih Wicaksono  : 1411070184
-          Nur Amini                            : 1411070185
-          Septi Wulandari                   : 1411070212

-          Jurusan/Kelas/Semester       : PGRA/D/III




FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1436 H/2015 M
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufiq, Nikmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok pembuatan makalah Psikologi Perkembangan II yang berjudul ”Perkembangan Motorik dan Pengamatan Fantasi” dengan lancar.
Shalawat serta salam kami haturkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.
Dalam pembuatan makalah ini penulis  mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Pembimbing Ibu Khoironi, S.Psi , M.Pd.I yang atas bimbingannya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
2.      Teman-teman dan semua pihak yang memberi dukungannya selama dalam pengerjaan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis menerima segala saran dan kritik bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.
Jika ada kesalahan dalam penulisan maupun kata-kata yang berkenaan bagi pembaca penulis kami minta maaf kepada pembaca dan kepada allah kami mohon ampun .
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman juduli
Kata Pengantarii
Daftar Isiiii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah1
B.     Perumusan Masalah1
C.     Tujuan Penulisan Makalah1
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Motorik 2
B.     Pengamatan Fantasi3
BAB III. KESIMPULAN11
Daftar Pustaka




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan motorik merupakan salah satu tolak ukur penting dalam  perkembangan seorang anak, karena seorang anak dikatakan berkembang apabila telah memenuhi syarat yakni diantaranya memenuhi tahapan-tahapan perkembangan yang sudah dikategorikan sesuai dengan umurnya. Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bentuk yaitu perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar. Pada perkembangan motorik halus menitikberatkan pada fungsi otot-otot kecil sedangkan perkembangan motorik kasar cenderung pada fungsi organ tubuh yang membutuhkan daya tahan otot-otot besar. Pada setiap pertambahan usia anak memiliki perkembangan motorik yang bebeda atau sering disebut menuju kearah sempurna.
Setiap anak mengalami masa-masa penuh dengan khayalan, dalam dunia Psikologi dikenal dengan istilah fantasi. Seiring bertambah usia fantasi setiap anak akan semakin berkurang karena adanya perubahan pola pikir menjadi serba realistis. Perkembangan fantasi anak memiliki beberapa tahapan mulai dari masa-masa penuh khayalan sampai dengan masa-masa penuh dengan kenyataan yang sering berbanding terbalik dengan khayalan.
B.     Perumusan Masalah
1.      Pengertian Perkembangan
2.      Tahapan Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
3.      Pengertian Pengamatan Fantasi
4.      Fase-fase Perkembangan Fantasi Anak Usia Dini
C.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliyah Psikologi Perkembangan II
2.      Memahami Pengertian Perkembangan Motorik
3.      Memahami Tahapan Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
4.      Memahami Pengertian Fantasi
5.      Mengetahui Fase-fase Perkembangan Fantasi Anak Usia Dini
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Motorik
a.      Pengertian Perkembangan
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), Perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Menurut F. J. Monks dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan mengacu pada perubahan yang bersifat tetap dan dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat dairtikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan belajar.[1]
Dari kedua pendapat diatas, kami menyimpulkan bahwa perkembangan adalah suatu proses perubahan yang dialami manusia disepanjang rentang kehidupannya yang mencakup keseluruhan aspek seperti pertumbuhan, kematangan dan perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diulangi namun bisa dirubah, dalam proses perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor  usia.
b.      Tahapan Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
Perkembangan fisik pada masa anak-anak awal diatandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Pada usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-pelan, melompat dan berjingkrak, berlari kesana kemari, memanjat dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih halus dan bervariasi. Anak usia 5 tahun juga dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara akurat, seperti menyeimbangkan badan diatas satu kaki, menangkap bola dengan baik, melukis, menggunting dan melipat kertas, dan sebagainya. Berikut ini adalah tabel mengenai perkembangan motorik pada masa anak-anak awal.[2]

Tabel 1
Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
Usia/Tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus

2.5 - 3.5




3.5 – 4.5





4.5 – 5.5

Berjalan dengan baik; berlari lurus kedepan; melompat


                               
Berjalan dengan 80% langkah orang dewasa; berlari 1/3 kecepatan orang dewasa; menangkap dan melempar bola besar, tetapi lengan masih kaku

Menyeimbangkan badan diatas satu kaki; berlari jauh tanpa jatuh; dapat berenang dalam air yang dangkal

Meniru sebuah lingkaran; tulisan cakar ayam; dapat makan menggunakan sendok; menyusun beberapa kotak

Mengancingkan baju; meniru bentuk sederhana; membuat gambar sederhana



Menggunting; menggambar orang; meniru angka dan huruf sederhana; membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak 

B.     Perkembangan Fantasi
a.      Pengertian Fantasi
Daya jiwa fantasi yaitu suatu daya jiwa yang dapat membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama. Sedangkan pengertian fantasi ialah suatu daya jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Jadi dengan fantasi ini manusia dapat membentuk sesuatu yang sebelumnya belum ada, sehingga sesuatu yang baru itu merupakan suatu kreasi, meski dengan jalan bagaimanapun juga. Jadi terdapat perbedaanya dengan fantasi yang lama yaitu:
·         Fantasi lama berpendapat bahwa fantasi itu pasif
Sesuatu yang baru itu hanya terjadi karena kombinasi tanggapan-tanggapan yang sudah ada
·         Fantasi  baru, fantasi itu aktif
Menghubung-hubungkan sehingga tercipta sesuatu yang sungguh-sungguh baru.

b.      Macam-macam Fantasi
Fantasi biasanya dibedakan menjadi dua macam:
1.      Menurut terjadinya
Menurut terjadinya fantasi ada dua macam, yaitu:
·         Fantasi yang tidak disadari, yaitu fantasi yang terjadi tanpa kita ketahui bahwa kita berfantasi, jadi orang melampaui dunia riil dengan tidak sengaja.
Contoh: pada waktu kita melihat sepak bola, kaki-kaki kita seakan-akan ikut menyepak.
·         Fantasi yang disadari yaitu fantasi yang terjadi dengan disengaja  dan ada usaha dari subjek untuk masuk kedalam imajiner. Fantasi yang disadari ini dapat digolongkan lagi menjadi dua macam, yaitu yang secara aktif dan yang secara pasif. Fantasi yang secara aktif itu dikendalikan oleh pikiran dana kemauan, Sedangkan fantasi yang secara pasif itu tidak dikendalikan jadi seolah-olah orang nya hanya pasif saja sebagai wadah tempat bermainnya tanggapan-tanggapan, Contoh: bila kita sedang melamun. Selanjutnya kedua macam fantasi itu, baik yang aktif maupun yang pasif, dapat bersifat mengabstrakkan, atau mendeterminasikan, atupun mengombinasikan.

·         Fantasi bersifat mengabstrakkan kalau dalam berfantasi itu ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya tanggapan lapangan, tetapi tanpa rumput dan tanpa tumbuhan yang liar, maka terjadilah gambaran angan-angan : Padang pasir.
·         Fantasi bersifat mendeterminasikan kalau dalam berfantasi itu sudah ada semacam skema tertentu, lalu diisi dengan gambaran lain. Misalnya gambaran telaga tetapi diperbesar maka terciptalah gambaran angan-angan: Lautan.
·         Fantasi bersifat mengombinasikan kalau menggabungkan bagian dari tanggapan yang satu dengan dengan tanggapan yang lain. Misalnya gambaran kepala gajah dikombinasikan dengan tubuh manusia, maka terciptalah gambaran angan-angan : Ganesba.

2.      Menurut jenis-jenisnya
Menurut jenis-jenisnya fantasi dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:
a.       Fantasi mencipta
Fantasi mencipta ialah fantasi yang dapat menghasilkan sesuatu yang sungguh-sungguh baru. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa fantasi mencipta yaitu timbulnya fantasi seseorang yang muncul karena kekuatan (potensi) yang ada pada diri sesorang secara murni tanpa adanya tuntunan dari luar.

b.      Fantasi terpimpin (tuntunan)
Fantasi terpimpin ialah fantasi yang timbul karena seuatu perangsang dari luar, dan fantasi ini hanya menikmatinya. Pendapat lain mengatakan bahwa fantasi terpimpin yaitu timbulnya fantasi dikarenakan adanya kesan setelah menanggapi hasil ciptaan orang lain, atau tuntunan oleh karya orang lain tersebut.

c.       Fantasi melaksanakan
Fantasi melaksanakan ialah fantasi yang berada di antara fantasi yang mencipta dan fantasi terpimpin.
Contoh: seorang penyanyi sedang menyanyikan suatu lagu. Pada waktu ia menyanyikan nada-nada yang tinggi, penyanyi itu tampak marah, dan pada waktu penyanyi itu menyanyikan nada-nada yang rendah ia tersenyum simpul.
Ia menyanyikan suatu lagu adalah dengan fantasi terpimpin. Tetapi gaya marah dan tersenyum adalah dengan fantasi mencipta. Sebab, ada kalanya penyanyi lain yang juga menyanyikan lagu itu tidk dengan marah ataupun senyum simpul.
Fantasi yang ada pada diri sesorang itu bersifat:
1.      Leluasa, bebas tidak terikat, atau liar.
2.      Spontan terkadang tanpa disadari.
3.      Mudah sekali berubah.
4.      Bersifat menciptakan untuk sesuatu yang baru.

c.       Fase-fase Perkembangan Fantasi
Perkembangan fantasi anak dikemukakan oleh Chalotte Buhler, menjadi tiga fase perkembangan yaitu:
1.      0.0 – 4.0 masa ceritera Struwelpeter. Yaitu pada masa ini anak-anak senang terhadap cerita-cerita anak nakal, rambut panjang, pakaian kumal, kuku panjang, dan lain-lain. Pada masa ini anak tidak menghiraukan tentang kondisi lingkungan sekitar, ia senang mementingkan dirinya sendiri.
2.      4.0 – 8.0 masa cerita khayal. Pada masa ini anak banyak dipengaruhi oleh daya khayalnya, maka apa yang dikhayalkan itu adalah kondisi sebenarnya, jadi pada masa ini anak-anak senang dengan cerita-cerita khayal atau dongeng (dongeng kancil, raksasa, katak dan lain-lain). Walaupun cerita tersebut diulang-ulang, anak tidak akan bosan, bahkan bila yang bercerita itu ada kesalahan maka ia langsung menegurnya.
3.      8.0 – 12.0 masa cerita realistis. Yaitu pada masa ini sudah mulai senang terhadap cerita-cerita yang nyata (Pahlawan, sejarah, Biologi, dan lain-lain). Pada masa ini anak sudah mulai berkurang pengaruh fantasinya, sebab pengamatannya sudah mulai tertib, ia sudah dapat membedakan antar yang khayal dan realistis.[3]
Selanjutnya adapula yang menjelaskan tentang tahapan perkembangan fantasi terdiri dari tiga masa yakni sebagai berikut:
1.      Masa dongeng 4-8 tahun
Masa ini bertepatan waktunya dengan perkembangan anak ke arah kenyataan. Anak suka sekali mendengarkan cerita kehidupan seperti anak yang lucu, anak yang kotor, anak yang jarang mandi, dan sebagainya. Masih pada masa ini juga, anak suka kepada cerita raja-raja, pemburu yang kejam, raksasa dan sebagainya.
2.      Masa robinson crusoe 8-12 tahun
Dalam masa ini anak mengalami realisme naif (diterima tanpa kritik). Kemudian anak memasuki masa realisme kritis yaitu anak tidak lagi menyukai dongeng yang fantastis, dongeng yang tidak masuk akal. Sekarang ia lebih menyukai cerita yang benar-benar terjadi, cerita yang masuk akal seperti cerita perjalanan, cerita romaan dan sebagainya.
3.      Masa pahlawan 12-15 tahun
Anak suka membaca buku-buku perjuangan, karya orang-orang kenamaan yang pernah terjadi. Lambat laun lenyaplah fantasi ilusionistis, yaitu fantasi yang terikat pada tanggapan kenangan: sedangkan fantasi mengkombinasi maju dengan pesat.[4]
Dalam menanggapi masalah keberadaan dan perkembangan fantasi, ada dua psikolog yang kontradiksi; yaitu Dr. Maria Mentossori dan Friederich Wilhelm Agust Frobel (Jerman 1782 - 1852).
Dr. Mentossori berpendapat; fantasi anak dalam perkembanaganya harus dibatasi tidak boleh dibebaskan seleluasa mungkin, sebab jika fantasi tidak dibatasi dapat menghambat kemandirian anak-anak, jadi tidak realistis. Karena fantasinya, seorang anak dapat terlena dengan dunia khayalnya.
Frobel berpendapat bahwa; fantasi bagi anak harus diberikan kesempatan sebebas-bebasnya, tidak dibatasi perkembangannya, sebab dengan keleluasaan berfantasi seorang anak akan memperoleh kepuasan tersendiri. Dan dengan adanya kepuasan jiwa anak itu, maka ia akan tumbuh dan berkembang jiwanya secara sehat dan penuh kreativitas.
Dengan melihat kedua pendapat yang polair itu, maka kiranya dapat diambil jalan yang paling moderat yakni terhadap perkembangan fantasi anak, sebaiknya diberikan kesempatan atau dilatih untuk dikembangkan. Dan agar anak tidak terlalu terlena pada dunia khayal yang berlebihan, maka ada baiknya juga jika dalam latihan fantasinya  agak dibatasi akan tetapi tidak terlalu ketat. Sehingga perkembangan fantasi anak akan tetap bebas leluasa tetapi terkendali atau terarah.[5]
d.      Manfaat dan Keburukan Fantasi
Fantasi dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan penting dalam membantu proses tumbuh kembang sesorang, baik sejak awalnya fantasi itu dikenali seseorang hingga berlangsung disepanjang rentang kehidupan manusia, karena secara tidak disadari fantasi sudah menjadi bagian dari hidup sesorang, adapun beberapa sisi baik dari fantasi diantaranya sebagai berikut:
1.      Manfaat fantasi dalam kehidupan
·         Fantasi dapat dipergunakan sebagai hiburan.
·         Fantasi dapat memudahkan anak dalam menerima pelajaran.
·         Fantasi membentuk budi pekerti anak. Bila ia membaca atau melihat film yang baik-baik, ia terdorong meniru dan berbuat seperti yang dibaca atau dilihatnya itu.[6]
·         Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi, melupakan kegagalan-kegagalannya dimasa lampau.
·         Fantasi memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner, sehingga dapat mengurangi tegangan psikis, dan menjaga keseimbangan batin.
·         Fantasi memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.[7]
·         Dengan fantasi para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru. Dan kita ikut menikmatinya.
·         Dengan fantasi kita dapat ikut bersimpati dengan sesama manusia, meski berjauhan tempatnya.
·         Dengan fantasi kita dapat mengambil intisari dan mengikut perjalanan sejarah, meski sudah di zaman lalu.
·         Dengan fantasi kita dapat merencanakan hidup kita di hari nanti.

2.      Nilai fantasi dalam pendidikan
Dari beberapa kegunaan fantasi Agus Sujanto (2009) lebih memperinci manfaat fantasi itu dalam dunia pendidikan yakni:
·         Dengan fantasi dapat diajarkan kepada anak sejarah ilmu bumi, dongeng-dongeng, ilmu alam, dan sebagainya. Yang tidak langsung diamati oleh anak sendiri.
·         Dengan mengetahui peranan fantasi pada anak, kita tidak akan tergesa-gesa menghukum karena dusta anak, sebab hal itu bukan disengaja oleh si anak, tetapi terbawa oleh perkembangannya.
·         Dengan fantasi terpimpin kita dapat membentuk watak anak-anak. Karena itu kepada anak bolehlah diberi dongeng-dongeng, cerita-cerita dan film-film yang memuat tokoh-tokoh yang baik sekali didalam hidupnya. Misalnya: tokoh kepahlawanan, tokoh keadilan, tokoh pencipta ulung dan sebagainya.
·         Dan alat-alat pengajaran di sekolah Kinder Garten Frobel adalah dengan maksud agar fantasi anak dapat berkembang dengan baik dan leluasa.[8]

3.      Keburukan  fantasi dalam kehidupan
Selain memiliki manfaat seperti yang tercantum diatas, fantasi juga memiliki dampak tidak baik pula terhadap kelangsungan hidup sesorang, yang diakibatkan karena adanya penggunaan fantasi yang secara berlebihan sehingga memiliki motif tersendiri dalam mempengaruhi kehidupan seseorang, diantara dampak buruknya yaitu:
·         Sesorang sering tenggelam kedalam dunia fantasinya. Tampaknya ia suka melamun.
·         Kalau orang sering dan berlebih-lebihan pergi ke dunia fantasi yang indah-indah karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup, orang akan mudah putus asa, karena kecewa pada waktu ia kembali ke dunia yang sebenarnya.
·         Dengan fantasi juga orang mudah sekali berdusta. Karena ia dikuasai oleh fantasinya, lebih-lebih pada anak-anak.
·         Dalam merencanakan hidup dihari nanti, mudah sekali orang tergelincir ke rencana yang berlebih-lebihan sehingga “besar pasak dari pada tiang”
·         Fantasi yang tanpa pimpinan dan penjagaan akan mudah sekali menjadi fantasi yang jauh dan liar.

e.       Test-test untuk fantasi
Fantasi memiliki dampak yang sangat kompleks dalam kehidupan seseorang, sehingga hal tersebut mendorong beberapa ahli psikologi mengembangkan riset untuk mengklasifikasikan kemampuan fantasi seseorang, beberapa test-test atau sejenis latihan tersebut antara lain:
1.      Test Binet: kepada op diberikan gambar yang salah (kurang atau keliru). Op disuruh mencari letak pada kesalahannya.
2.      Test Masselon (thee word’s test): op disuruh menyusun kalimat-kalimat sebanyak mungkin dengan menggunakan tiga kata yang ditentukan oleh yang menguji.
3.      Test Hindustani: ini dikerjakan oleh Prof. Revesz, kepada op diberikan sebuah test yang terdiri dari sebelah kiri bahasa Hindustan, yang belum diketahui dan disebelah kanan bahasa Belanda yang sudah ia tahu. Di bawah kata-kata bahasa Belanda diberi bergaris dan pada kata-kata bahasa Hindustan ada yang dicetak miring. Op disuruh mencari kata-kata belanda yang manakah yang searti dengan kata-kata bahasa Hindustan itu.
4.      Test Absurdity (kemustahilan): op percobaan diberikan ceritera-ceritera yang mustahil. Dan ia harus mencari dimana kemustahilan itu.
5.      Test Rorschach: setitik tinta diteteskan ke selembar kertas. Kemudian lipat dan tetesan tinta itu dihimpit. Kemudian kepada op disuruh mengatakan gambara apakah yang terjadi itu.
6.      Test Heillbronner-Wiersma: kepada op diberikan gambar-gambar bagan. Mulai dari gambar yang sama sekali tidak terang dan makin lama makin terang. Kemudian mulai pada gambar yang manakah op itu dapat mengatakan gambar apa itu.
7.      Test Decoupage: kertas dilipat-lipat lalu digunting op disuruh mengatakan gambar apa yang akan terjadi, sebelum lipatan itu dibukanya.[9]










BAB III
KESIMPULAN

Dari keseluruhan pembahasan materi yang dibahas dalam makalah ini, kami memperoleh kesimpulan bahwa perkembangan motorik anak sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yakni: usia, dan dukungan dari lingkungan sekitar terutama orang tua. Setiap anak memiliki tahapan perkembangan motorik yang sama, baik motorik halus maupun motorik kasar terkecuali beberapa anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motoriknya.
Fantasi merupakan salah satu sumber yang dapat menghasilkan suatu pengetahuan baru, apabila dalam pengembangannya, anak diberi kesempatan atau dilatih mengembangkan potensi fantasinya, dengan diberi batasan namun anak tetap bisa leluasa mengeksplor kemampuan yang dimiliki.




















[1] Desmita, Psikologi Perkembangan cetakan kedelapan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 4.
[2] Ibid, h.129
[3] Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta), h.64-65
[4] Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 52.
[5] Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, (Jakarta, Rineka Cipta), h. 65-66

[6] Zulkifli L., Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 56.
[7] Suryadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), h. 43
[8] Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 55
[9] Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 55









DAFTAR PUSTAKA

1.      Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan cetakan pertama, (Jakarta: Rineka Cipta), 2001.
2.      Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2009.
3.      Desmita, Psikologi Perkembangan cetakan kedelapan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2013.
4.      Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja GravindoPersada), 2012.
5.      Zulkifli L., Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 1995.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PRINSIP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD

MAKALAH HASIL OBSERVASI DI TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA) DARRUL ILMI BANDAR LAMPUNG

MAKALAH Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini