MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II PERKEMBANGAN MOTORIK DAN PENGAMATAN FANTASI
Tugas kelompok 4 MAKALAH
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN II
PERKEMBANGAN
MOTORIK DAN PENGAMATAN FANTASI
Dosen
Pengampu :
Khoironi,
S. Psi , M. Pd. I
Disusun
Oleh :
-
Nugroho Galih
Wicaksono : 1411070184
-
Nur Amini : 1411070185
-
Septi Wulandari : 1411070212
-
Jurusan/Kelas/Semester :
PGRA/D/III

FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN
GURU RAUDHATUL ATHFAL
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN
1436 H/2015 M
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufiq, Nikmat serta
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok
pembuatan makalah Psikologi Perkembangan II yang berjudul ”Perkembangan Motorik dan Pengamatan
Fantasi” dengan lancar.
Shalawat serta salam kami haturkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW
beserta para sahabatnya yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju
jaman islamiyah.
Dalam pembuatan makalah ini penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Pembimbing Ibu Khoironi,
S.Psi , M.Pd.I yang atas
bimbingannya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
2. Teman-teman dan semua pihak yang memberi dukungannya selama dalam pengerjaan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis menerima
segala saran dan kritik bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.
Jika ada
kesalahan dalam penulisan maupun kata-kata yang berkenaan bagi pembaca penulis
kami minta maaf kepada pembaca dan kepada allah kami mohon ampun .
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman juduli
Kata Pengantarii
Daftar Isiiii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah1
B. Perumusan Masalah1
C. Tujuan Penulisan Makalah1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Perkembangan Motorik 2
B. Pengamatan Fantasi3
BAB III. KESIMPULAN11
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
motorik merupakan salah satu tolak ukur penting dalam perkembangan seorang anak, karena seorang
anak dikatakan berkembang apabila telah memenuhi syarat yakni diantaranya
memenuhi tahapan-tahapan perkembangan yang sudah dikategorikan sesuai dengan
umurnya. Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bentuk yaitu
perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar. Pada perkembangan
motorik halus menitikberatkan pada fungsi otot-otot kecil sedangkan
perkembangan motorik kasar cenderung pada fungsi organ tubuh yang membutuhkan
daya tahan otot-otot besar. Pada setiap pertambahan usia anak memiliki
perkembangan motorik yang bebeda atau sering disebut menuju kearah sempurna.
Setiap
anak mengalami masa-masa penuh dengan khayalan, dalam dunia Psikologi dikenal
dengan istilah fantasi. Seiring bertambah usia fantasi setiap anak akan semakin
berkurang karena adanya perubahan pola pikir menjadi serba realistis.
Perkembangan fantasi anak memiliki beberapa tahapan mulai dari masa-masa penuh
khayalan sampai dengan masa-masa penuh dengan kenyataan yang sering berbanding
terbalik dengan khayalan.
B. Perumusan
Masalah
1. Pengertian
Perkembangan
2. Tahapan
Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
3. Pengertian
Pengamatan Fantasi
4. Fase-fase
Perkembangan Fantasi Anak Usia Dini
C. Tujuan
Penulisan Makalah
1. Memenuhi
Tugas Kelompok Mata Kuliyah Psikologi Perkembangan II
2. Memahami
Pengertian Perkembangan Motorik
3. Memahami
Tahapan Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
4. Memahami
Pengertian Fantasi
5. Mengetahui
Fase-fase Perkembangan Fantasi Anak Usia Dini
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Motorik
a.
Pengertian
Perkembangan
Menurut Reni
Akbar Hawadi (2001), Perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses
perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan,
sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam perkembangan juga tercakup konsep usia,
yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Menurut F. J.
Monks dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah
yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan mengacu pada
perubahan yang bersifat tetap dan dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan
juga dapat dairtikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah
suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
pertumbuhan, pematangan dan belajar.[1]
Dari kedua
pendapat diatas, kami menyimpulkan bahwa perkembangan adalah suatu proses
perubahan yang dialami manusia disepanjang rentang kehidupannya yang mencakup
keseluruhan aspek seperti pertumbuhan, kematangan dan perubahan yang bersifat
tetap dan tidak dapat diulangi namun bisa dirubah, dalam proses perkembangan
tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor
usia.
b.
Tahapan
Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
Perkembangan
fisik pada masa anak-anak awal diatandai dengan berkembangnya keterampilan
motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat
berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara
berjalan orang dewasa. Pada usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan
kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan
cepat dan pelan-pelan, melompat dan berjingkrak, berlari kesana kemari,
memanjat dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih halus dan
bervariasi. Anak usia 5 tahun juga dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu
secara akurat, seperti menyeimbangkan badan diatas satu kaki, menangkap bola dengan
baik, melukis, menggunting dan melipat kertas, dan sebagainya. Berikut ini
adalah tabel mengenai perkembangan motorik pada masa anak-anak awal.[2]
Tabel
1
Perkembangan
Motorik Masa Anak-anak Awal
Usia/Tahun
|
Motorik Kasar
|
Motorik Halus
|
2.5 - 3.5
3.5 – 4.5
4.5 – 5.5
|
Berjalan dengan baik; berlari
lurus kedepan; melompat
Berjalan dengan 80% langkah orang
dewasa; berlari 1/3 kecepatan orang dewasa; menangkap dan melempar bola
besar, tetapi lengan masih kaku
Menyeimbangkan badan diatas satu
kaki; berlari jauh tanpa jatuh; dapat berenang dalam air yang dangkal
|
Meniru sebuah lingkaran; tulisan
cakar ayam; dapat makan menggunakan sendok; menyusun beberapa kotak
Mengancingkan baju; meniru bentuk
sederhana; membuat gambar sederhana
Menggunting; menggambar orang;
meniru angka dan huruf sederhana; membuat susunan yang kompleks dengan
kotak-kotak
|
B.
Perkembangan
Fantasi
a.
Pengertian
Fantasi
Daya
jiwa fantasi yaitu suatu daya jiwa yang dapat membentuk tanggapan baru dengan
pertolongan tanggapan-tanggapan lama. Sedangkan pengertian fantasi ialah suatu
daya jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Jadi dengan fantasi ini manusia
dapat membentuk sesuatu yang sebelumnya belum ada, sehingga sesuatu yang baru
itu merupakan suatu kreasi, meski dengan jalan bagaimanapun juga. Jadi terdapat
perbedaanya dengan fantasi yang lama yaitu:
·
Fantasi
lama berpendapat bahwa fantasi itu pasif
Sesuatu
yang baru itu hanya terjadi karena kombinasi tanggapan-tanggapan yang sudah ada
·
Fantasi
baru, fantasi itu aktif
Menghubung-hubungkan
sehingga tercipta sesuatu yang sungguh-sungguh baru.
b.
Macam-macam
Fantasi
Fantasi biasanya
dibedakan menjadi dua macam:
1.
Menurut
terjadinya
Menurut
terjadinya fantasi ada dua macam, yaitu:
·
Fantasi
yang tidak disadari, yaitu fantasi yang terjadi tanpa kita ketahui bahwa kita
berfantasi, jadi
orang melampaui dunia riil dengan tidak sengaja.
Contoh: pada waktu kita melihat sepak bola, kaki-kaki kita seakan-akan
ikut menyepak.
·
Fantasi
yang disadari yaitu
fantasi yang terjadi dengan disengaja
dan ada usaha dari subjek untuk masuk kedalam imajiner. Fantasi yang
disadari ini dapat digolongkan lagi menjadi dua macam, yaitu yang secara aktif
dan yang secara pasif. Fantasi yang secara aktif itu dikendalikan oleh pikiran
dana kemauan, Sedangkan fantasi yang secara pasif itu tidak dikendalikan jadi
seolah-olah orang nya hanya pasif saja sebagai wadah tempat bermainnya
tanggapan-tanggapan, Contoh: bila
kita sedang melamun. Selanjutnya
kedua macam fantasi itu, baik yang aktif maupun yang pasif, dapat bersifat
mengabstrakkan, atau mendeterminasikan, atupun mengombinasikan.
·
Fantasi
bersifat mengabstrakkan kalau dalam berfantasi itu ada bagian-bagian yang
dihilangkan. Misalnya tanggapan lapangan, tetapi tanpa rumput dan tanpa
tumbuhan yang liar, maka terjadilah gambaran angan-angan : Padang pasir.
·
Fantasi
bersifat mendeterminasikan kalau dalam berfantasi itu sudah ada semacam skema
tertentu, lalu diisi dengan gambaran lain. Misalnya gambaran telaga tetapi
diperbesar maka terciptalah gambaran angan-angan: Lautan.
·
Fantasi
bersifat mengombinasikan kalau menggabungkan bagian dari tanggapan yang satu
dengan dengan tanggapan yang lain. Misalnya gambaran kepala gajah dikombinasikan
dengan tubuh manusia, maka terciptalah gambaran angan-angan : Ganesba.
2.
Menurut
jenis-jenisnya
Menurut
jenis-jenisnya fantasi dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:
a.
Fantasi
mencipta
Fantasi mencipta ialah fantasi yang dapat menghasilkan sesuatu yang
sungguh-sungguh baru. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa fantasi mencipta
yaitu
timbulnya fantasi seseorang yang muncul karena kekuatan (potensi) yang ada pada
diri sesorang secara murni tanpa adanya tuntunan dari luar.
b.
Fantasi
terpimpin (tuntunan)
Fantasi terpimpin ialah fantasi yang timbul karena seuatu
perangsang dari luar, dan fantasi ini hanya menikmatinya. Pendapat lain
mengatakan bahwa fantasi terpimpin yaitu timbulnya fantasi
dikarenakan adanya kesan setelah menanggapi hasil ciptaan orang lain, atau
tuntunan oleh karya orang lain tersebut.
c.
Fantasi
melaksanakan
Fantasi melaksanakan ialah fantasi yang berada di antara fantasi
yang mencipta dan fantasi terpimpin.
Contoh:
seorang penyanyi sedang menyanyikan suatu lagu. Pada waktu ia menyanyikan
nada-nada yang tinggi, penyanyi itu tampak marah, dan pada waktu penyanyi itu
menyanyikan nada-nada yang rendah ia tersenyum simpul.
Ia
menyanyikan suatu lagu adalah dengan fantasi terpimpin. Tetapi gaya marah dan
tersenyum adalah dengan fantasi mencipta. Sebab, ada kalanya penyanyi lain yang
juga menyanyikan lagu itu tidk dengan marah ataupun senyum simpul.
Fantasi yang ada pada diri sesorang itu
bersifat:
1. Leluasa,
bebas tidak terikat, atau liar.
2. Spontan
terkadang tanpa disadari.
3. Mudah
sekali berubah.
4. Bersifat
menciptakan untuk sesuatu yang baru.
c.
Fase-fase
Perkembangan Fantasi
Perkembangan
fantasi anak dikemukakan oleh Chalotte Buhler, menjadi tiga fase perkembangan
yaitu:
1. 0.0
– 4.0 masa ceritera Struwelpeter. Yaitu pada masa ini anak-anak senang terhadap
cerita-cerita anak nakal, rambut panjang, pakaian kumal, kuku panjang, dan
lain-lain. Pada masa ini anak tidak menghiraukan tentang kondisi lingkungan
sekitar, ia senang mementingkan dirinya sendiri.
2. 4.0
– 8.0 masa cerita khayal. Pada masa ini anak banyak dipengaruhi oleh daya
khayalnya, maka apa yang dikhayalkan itu adalah kondisi sebenarnya, jadi pada
masa ini anak-anak senang dengan cerita-cerita khayal atau dongeng (dongeng
kancil, raksasa, katak dan lain-lain). Walaupun cerita tersebut diulang-ulang,
anak tidak akan bosan, bahkan bila yang bercerita itu ada kesalahan maka ia
langsung menegurnya.
3. 8.0
– 12.0 masa cerita realistis. Yaitu pada masa ini sudah mulai senang terhadap
cerita-cerita yang nyata (Pahlawan, sejarah, Biologi, dan lain-lain). Pada masa
ini anak sudah mulai berkurang pengaruh fantasinya, sebab pengamatannya sudah
mulai tertib, ia sudah dapat membedakan antar yang khayal dan realistis.[3]
Selanjutnya
adapula yang menjelaskan tentang
tahapan perkembangan fantasi terdiri dari tiga masa yakni sebagai berikut:
1.
Masa
dongeng 4-8 tahun
Masa
ini bertepatan waktunya dengan perkembangan anak ke arah kenyataan. Anak suka
sekali mendengarkan cerita kehidupan seperti anak yang lucu, anak yang kotor,
anak yang jarang mandi, dan sebagainya. Masih pada masa ini juga, anak suka
kepada cerita raja-raja, pemburu yang kejam, raksasa dan sebagainya.
2.
Masa
robinson crusoe 8-12 tahun
Dalam
masa ini anak mengalami realisme naif (diterima tanpa kritik). Kemudian anak
memasuki masa realisme kritis yaitu anak tidak lagi menyukai dongeng yang
fantastis, dongeng yang tidak masuk akal. Sekarang ia lebih menyukai cerita
yang benar-benar terjadi, cerita yang masuk akal seperti cerita perjalanan,
cerita romaan dan sebagainya.
3.
Masa
pahlawan 12-15 tahun
Anak
suka membaca buku-buku perjuangan, karya orang-orang kenamaan yang pernah
terjadi. Lambat laun lenyaplah fantasi ilusionistis, yaitu fantasi yang terikat
pada tanggapan kenangan: sedangkan fantasi mengkombinasi maju dengan pesat.[4]
Dalam menanggapi
masalah keberadaan dan perkembangan fantasi, ada dua psikolog yang kontradiksi;
yaitu Dr. Maria Mentossori dan Friederich Wilhelm Agust Frobel (Jerman 1782 -
1852).
Dr. Mentossori
berpendapat; fantasi anak dalam perkembanaganya harus dibatasi tidak boleh
dibebaskan seleluasa mungkin, sebab jika fantasi tidak dibatasi dapat
menghambat kemandirian anak-anak, jadi tidak realistis. Karena fantasinya,
seorang anak dapat terlena dengan dunia khayalnya.
Frobel
berpendapat bahwa; fantasi bagi anak harus diberikan kesempatan
sebebas-bebasnya, tidak dibatasi perkembangannya, sebab dengan keleluasaan
berfantasi seorang anak akan memperoleh kepuasan tersendiri. Dan dengan adanya
kepuasan jiwa anak itu, maka ia akan tumbuh dan berkembang jiwanya secara sehat
dan penuh kreativitas.
Dengan melihat
kedua pendapat yang polair itu, maka
kiranya dapat diambil jalan yang paling moderat yakni terhadap perkembangan
fantasi anak, sebaiknya diberikan kesempatan atau dilatih untuk dikembangkan.
Dan agar anak tidak terlalu terlena pada dunia khayal yang berlebihan, maka ada
baiknya juga jika dalam latihan fantasinya agak dibatasi akan tetapi tidak terlalu ketat.
Sehingga perkembangan fantasi anak akan tetap bebas leluasa tetapi terkendali
atau terarah.[5]
d.
Manfaat
dan Keburukan Fantasi
Fantasi dalam
kehidupan sehari-hari memiliki peranan penting dalam membantu proses tumbuh
kembang sesorang, baik sejak awalnya fantasi itu dikenali seseorang hingga
berlangsung disepanjang rentang kehidupan manusia, karena secara tidak disadari
fantasi sudah menjadi bagian dari hidup sesorang, adapun beberapa sisi baik
dari fantasi diantaranya sebagai berikut:
1.
Manfaat
fantasi dalam kehidupan
·
Fantasi
dapat dipergunakan sebagai hiburan.
·
Fantasi
dapat memudahkan anak dalam menerima pelajaran.
·
Fantasi
membentuk budi pekerti anak. Bila ia membaca atau melihat film yang baik-baik,
ia terdorong meniru dan berbuat seperti yang dibaca atau dilihatnya itu.[6]
·
Fantasi
memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi,
melupakan kegagalan-kegagalannya dimasa lampau.
·
Fantasi
memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner, sehingga
dapat mengurangi tegangan psikis, dan menjaga keseimbangan batin.
·
Fantasi
memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa
depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.[7]
·
Dengan
fantasi para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru. Dan kita ikut
menikmatinya.
·
Dengan
fantasi kita dapat ikut bersimpati dengan sesama manusia, meski berjauhan
tempatnya.
·
Dengan
fantasi kita dapat mengambil intisari dan mengikut perjalanan sejarah, meski
sudah di zaman lalu.
·
Dengan
fantasi kita dapat merencanakan hidup kita di hari nanti.
2.
Nilai
fantasi dalam pendidikan
Dari beberapa kegunaan fantasi Agus Sujanto (2009) lebih memperinci
manfaat fantasi itu dalam dunia pendidikan yakni:
·
Dengan
fantasi dapat diajarkan kepada anak sejarah ilmu bumi, dongeng-dongeng, ilmu
alam, dan sebagainya. Yang tidak langsung diamati oleh anak sendiri.
·
Dengan
mengetahui peranan fantasi pada anak, kita tidak akan tergesa-gesa menghukum
karena dusta anak, sebab hal itu bukan disengaja oleh si anak, tetapi terbawa
oleh perkembangannya.
·
Dengan
fantasi terpimpin kita dapat membentuk watak anak-anak. Karena itu kepada anak
bolehlah diberi dongeng-dongeng, cerita-cerita dan film-film yang memuat
tokoh-tokoh yang baik sekali didalam hidupnya. Misalnya: tokoh kepahlawanan,
tokoh keadilan, tokoh pencipta ulung dan sebagainya.
·
Dan
alat-alat pengajaran di sekolah Kinder Garten Frobel adalah dengan
maksud agar fantasi anak dapat berkembang dengan baik dan leluasa.[8]
Selain memiliki manfaat seperti yang tercantum diatas, fantasi juga
memiliki dampak tidak baik pula terhadap kelangsungan hidup sesorang, yang
diakibatkan karena adanya penggunaan fantasi yang secara berlebihan sehingga
memiliki motif tersendiri dalam mempengaruhi kehidupan seseorang, diantara dampak
buruknya yaitu:
·
Sesorang
sering tenggelam kedalam dunia fantasinya. Tampaknya ia suka melamun.
·
Kalau
orang sering dan berlebih-lebihan pergi ke dunia fantasi yang indah-indah
karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup, orang akan mudah putus asa,
karena kecewa pada waktu ia kembali ke dunia yang sebenarnya.
·
Dengan
fantasi juga orang mudah sekali berdusta. Karena ia dikuasai oleh fantasinya,
lebih-lebih pada anak-anak.
·
Dalam
merencanakan hidup dihari nanti, mudah sekali orang tergelincir ke rencana yang
berlebih-lebihan sehingga “besar pasak dari pada tiang”
·
Fantasi
yang tanpa pimpinan dan penjagaan akan mudah sekali menjadi fantasi yang jauh
dan liar.
e.
Test-test untuk fantasi
Fantasi memiliki dampak yang sangat kompleks dalam kehidupan
seseorang, sehingga hal tersebut mendorong beberapa ahli psikologi
mengembangkan riset untuk mengklasifikasikan kemampuan fantasi seseorang,
beberapa test-test atau sejenis latihan tersebut antara lain:
1.
Test
Binet: kepada op diberikan gambar yang salah (kurang atau keliru). Op
disuruh mencari letak pada kesalahannya.
2.
Test
Masselon (thee word’s test): op disuruh menyusun kalimat-kalimat
sebanyak mungkin dengan menggunakan tiga kata yang ditentukan oleh yang
menguji.
3.
Test
Hindustani: ini dikerjakan oleh Prof. Revesz, kepada op diberikan sebuah
test yang terdiri dari sebelah kiri bahasa Hindustan, yang belum diketahui dan
disebelah kanan bahasa Belanda yang sudah ia tahu. Di bawah kata-kata bahasa Belanda
diberi bergaris dan pada kata-kata bahasa Hindustan ada yang dicetak miring. Op
disuruh mencari kata-kata belanda yang manakah yang searti dengan kata-kata
bahasa Hindustan itu.
4.
Test
Absurdity (kemustahilan): op percobaan diberikan ceritera-ceritera yang
mustahil. Dan ia harus mencari dimana kemustahilan itu.
5.
Test
Rorschach: setitik tinta diteteskan ke selembar kertas. Kemudian lipat
dan tetesan tinta itu dihimpit. Kemudian kepada op disuruh mengatakan gambara
apakah yang terjadi itu.
6.
Test
Heillbronner-Wiersma: kepada op diberikan gambar-gambar bagan. Mulai
dari gambar yang sama sekali tidak terang dan makin lama makin terang. Kemudian
mulai pada gambar yang manakah op itu dapat mengatakan gambar apa itu.
7.
Test
Decoupage: kertas dilipat-lipat lalu digunting op disuruh mengatakan
gambar apa yang akan terjadi, sebelum lipatan itu dibukanya.[9]
BAB
III
KESIMPULAN
Dari keseluruhan
pembahasan materi yang dibahas dalam makalah ini, kami memperoleh kesimpulan
bahwa perkembangan motorik anak sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yakni:
usia, dan dukungan dari lingkungan sekitar terutama orang tua. Setiap anak
memiliki tahapan perkembangan motorik yang sama, baik motorik halus maupun
motorik kasar terkecuali beberapa anak yang mengalami keterlambatan dalam
perkembangan motoriknya.
Fantasi
merupakan salah satu sumber yang dapat menghasilkan suatu pengetahuan baru,
apabila dalam pengembangannya, anak diberi kesempatan atau dilatih
mengembangkan potensi fantasinya, dengan diberi batasan namun anak tetap bisa
leluasa mengeksplor kemampuan yang dimiliki.
[1] Desmita, Psikologi Perkembangan
cetakan kedelapan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 4.
[2] Ibid, h.129
[3] Abu Ahmadi, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta), h.64-65
[4] Agus Sujanto, Psikologi Umum,
(Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 52.
[5] Abu Ahmadi, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta, Rineka Cipta), h. 65-66
[6] Zulkifli L., Psikologi Perkembangan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 56.
[7] Suryadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), h. 43
[8] Agus Sujanto, Psikologi Umum,
(Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 55
[9] Agus Sujanto, Psikologi Umum,
(Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 55
DAFTAR
PUSTAKA
1. Abu
Ahmadi, Psikologi Perkembangan cetakan
pertama, (Jakarta: Rineka Cipta), 2001.
2. Agus
Sujanto, Psikologi
Umum, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 2009.
3. Desmita,
Psikologi Perkembangan cetakan kedelapan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2013.
4. Sumadi
Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Raja GravindoPersada), 2012.
5. Zulkifli
L., Psikologi Perkembangan, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya), 1995.
Komentar
Posting Komentar