Konsep Bekerja Keras menurut Islam
A. Kerja keras
1) Konsep kerja
keras
Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti
sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh
untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang”
dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga
dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan
pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai
tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada
Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Firman Allah SWT yang
artinya sebagai berikut:
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Al-Qashash “ 77)
Dengan demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam
menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi
masing-masing.
Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah
surat al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya:
“ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu
di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung. “
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah/9
ayat 105 yang artinya:
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan
ibadah khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah
dikaruniakan Allah di muka bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas
mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita
dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Orang yang beriman dilarang
bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa
adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi
manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha
dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja
keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal
dari hasil keringat sendiri. Sabdanya:
عَنِ
اْلمَقْدَادِ بْنِ سَعْدِ يَكْرِبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلَِ يَدَيْهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رواه البخارى(
Artinya: Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang
melebihi makanan yang berasal dari buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi
Daud AS makan dari hasil tangannya sendir.
Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam firman
Allah QS. Al-Insyiqoq ayat 6 yang artinya:
“Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara
sungguh-sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.
Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hal itu pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga
akhir hayatnya. Misalnya ketika ia mengembala biri-biri serta berniaga hingga
ke negeri Syam dengan penuh semangat dan jujur. Begitu pula para sahabat
memberikan keteladanan bekerja keras, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat kerja
keras yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah.
Harta yang mereka peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk
menyantuni fakir miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga
memberikan penghargaan bagi orang yang bekerja keras.
Suatu ketika Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad
al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi
bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad
menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi
keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai
Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu.
Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para
sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh. Agar semangat kerja
keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup
selamanya.
Namun dalam hal ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya
kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa
beribadah dengan khusyu’. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW:
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ اَبَدًا وَاعْمَلْ ِلآخِرَتِكَ
كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Artinya: “bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah
engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu
seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu Asakir).
Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani dan
rohani yang keduanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan
jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan
rohani berupa pengtahuan yang bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan
kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau berusaha dengan
sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah
berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Q.S
Ar-Ra’du: 11)
Rasulullah pernah bersabda “amal duniawi yang dilakukan oleh
manusia untuk kepentingan hidupnya dan usaha yang dikerjakan untuk kebutuhan
diri sendiri dan keluarga termasuk ibadah serta sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT”. Semua orang yang bekerja dapat menjadikan pekerjaan dan
segala aktivitasnya sebagai ibadah asalkan mereka berpegang pada ketentuan
berikut:
a. Harus
menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku dalam ajaran
Islam
b. Sebelum melakukan
pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan hati yang tulus
c. Setiap
pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.
2) Hikmah Bekerja
Keras
Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena
banyak himah dan manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap
lingkungannya. Di antara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan,
maupun keterampilan.
2. Membentuk pribadi
yang bertanggung jawab dan disiplin.
3. Mengangkat
harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
4. Meningkatkan
taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan.
5. Kebutuhan
hidup diri dan keluarga terpenuhi.
6. Mampu hidup
layak.
7. Sukses
meraih cita-cita
8. Mendapat
pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian dari
ibadah.
3. Membiasakan
perilaku kerja keras
Untuk dapat memilki sikap kerja keras, perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu
menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji
dan mulia daripada menerima pemberian orang lain.
2. Islam memuji
sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika terpaksa).
3. Memiliki
semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan bantuannya.
4. Menyadari
sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia daripada meminta.[1]
B. Tekun
1) Konsep tentang
Tekun
Tekun artinya berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin,
giat, sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam bekerja meskipun mengalami
kesulitan, hambatan, dan rintangan. Sifat tekun ini diwujudkan dalam semangat
yang berkesinambungan dan tidak kendur walaupun banyak rintangan yang
menghadang. Sebagai seorang pelajar, harus tekun dalam belajar. Ketekunan itu
bisa diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus.
contohnya belajar setiap malam, bukan belajar hanya ketika dekat waktu ujian. Begitu
juga dalam beribadah, kita harus senantiasa berzikir kepada Allah baik dalam
keadaan sempit maupun ketika lapang. Jika sifat tekun telah menjadi bagian diri
kita, maka kita akan terampil dan mampuni dalam bidang yang kita tekuni.
Sebagai seorang mukmin, kita harus menekuni bidang kita masing-masing. Hal ini
tersirat dalam surat al-Isra’/17 ayat 84.
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى
شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى
سَبِيلاً
Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya.
Dengan demikian sifat tekun menjadi salah satu modal untuk
mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang sebagaimana yang dicita-citakan. Hal
itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam mensyi’arkan agama Islam. Ia
melakukan dakwah secara terus-menerus kepada keluarga dan masyarakat di
sekitarnya agar mentauhidkan Allah SWT. Ia juga melakukan pembinaan yang
kontiniu kepada sahabat-sahabatnya untuk mempelajari al-Qur’an dan siap berdakwah
kepada orang-orang di sekitar mereka dengan cara yang santun dan baik. Dengan
kerja keras dan ketekunan mereka, Islam telah berjaya di jazirah Arab ketika
itu dan menyebar ke berbagai daerah tanpa adanya paksaan.
Semua manusia yang lahir di muka bumi pasti dalam keadaan
tidak tahu apa-apa. Tidak ada satu pun manusia ahir di dunia ini dalam keadaan pandai atau
pintar. Dengan bertambahnya usia dari hari ke hari, minggu dan tahun, akal
dapat berfikir sebagaimana fungsinya yang telah diberikan Allah. Alla
berfirman:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)
Sifat tekun ini dapat pula dilihat dari berbagai kisah
orang-orang terdahulu yang shaleh lagi sukses dalam menjalani kehidupannya.
Salah satu di antaranya adalah seorang ulama kenamaan yang bernama Ibnu Hajar.
Awalnya dia adalah seorang anak yang merasa bodoh. Ia sulit menerima pelajaran
yang diberikan oleh gurunya. Suatu ketika ia melihat batu kecil yang terletak
di tepi sungai. Ia mengamati batu kecil itu berlobang/lekuk. Sementara air
menetas dari atas dan jatuh tepat di lobang batu kecil tersebut. Ia pun sadar
ternyata batu yang keras itu bisa berlobang hanya karena air yang secara terus
menerus menetes, walaupun hanya setetes demi setetes. Kemudian, beliau
berpikir, meskipun ia merasa bodoh, tetapi jika belajar dengan tekun,
terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar. Akhirnya ia belajar lebih tekun
lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka. Karena ketekunannya dalam belajar
terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai itu, maka ia pun diberi nama Ibn
Hajar, yang artinya “anak batu”.
Masih banyak kisah sukses yang dialami oleh orang-orang
ternama akibat ketekunannya dalam meraih cita-cita. Oleh karena itu, sebagai
seorang mukmin, tekunlah dalam berusaha baik untuk urusan duniawi terutama
dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya usaha yang sungguh-sungguh dan
berkesinambungan, maka perubahan ke arah yang lebih baik akan sulit untuk
diraih. Perhatikan dan pahamilah firman Allah di bawah ini:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا
بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: ... Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri...(Qs. Ar-Ra’du/13: 11)
2) Hikmah Tekun
Di antara hikmah tekun adalah sebagai berikut:
Menghasilkan apa
yang diusahakan
Selalu berusaha
agar berhasil
Melatih diri untuk
siap menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam kehidupan ini.
Membentuk pribadi
yang dinamis dan kreatif dalam berkarya.
Bersyukur jika
usahanya berhasil
Memperoleh pahala
karena bersikap tekun itu melaksanakan ajaran Islam
C. Ulet
1) Konsep
tentang Ulet
Ulet berarti tahan uji, tidak mudah putus asa dan menyerah
jika menemui rintangan dan hambatan yang disertai kemauan kerja keras dalam
berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Meskipun ia gagal dalam suatu urusan,
tetapi ia tidak mengeluh, tidak bersedih, dan tidak pula berputus asa sehingga
ia akan tetap berusaha dan mencoba lagi untuk mencapai yang diinginkannya.
Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Mengenai berputus asa ini, Allah melarangnya dalam surat
Az-Zumar/39 ayat 53:
“ Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “
Jadi, orang yang ulet tidak akan pesimis dalam hidupnya. Ia
selalu optimis dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet
memerlukan sikap yang optimis, tidak boleh pula optimis yang berlebihan, sebab
hal itu dapat menimbulkan kesombongan. Oleh karena itu, sikap ulet hendaknya
diiringi dengan sifat tawakal kepada Allah SWT. Berhasil tidaknya usaha yang
kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
Perhatikan pula firman Allah berikut ini.
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ
عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ
يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Ali Imran/3: 159) Sikap ulet juga dicontohkan oleh
Rasulullah SAW ketika bekerja pada Khadijah. Beliau tidak menghiraukan musim
panas atau dingin. Dia pantang menyerah, tidak berputus asa, dan ulet dalam
memperdagangkan dagangan majikannya ke berbagai tempat dan pasar. Tidak hanya
di kota Mekkah, tetapi sampai ke luar Mekah, seperti Yaman, Madinah, Kufah dan
Basrah.
Begitu pula dalam berdakwah. Meskipun ia dan para sahabat
diteror oleh orang-orang kafir Quraisy, tetapi ia tidak pernah menyerah dan
berputus asa untuk menyampaikan dakwah kepada mereka sehingga orang-orang yang
menentangnya menjadi sahabat yang setia, seperti Umar bin Khattab, Khalid bin
Salid, Abu Sufyan, dan sebagainya.
2) Hikmah Ulet
Di antara hikmah ulet adalah:
Memperoleh
kesuksesan atas apa yang ia usahakan
Optimis dalam
bekerja
Menumbuhkan
semangat untuk selalu berusaha
Tidak putus asa
meskipun usahanya belum berhasil
Mendapat pahala
karena bersikap ulet melaksanakan ajaran Islam.
D. Teliti
1) Konsep Tentang
Teliti
Teliti adalah cermat atau seksama,[2] berhati-hati, penuh
perhitungan dalam berpikir dan bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan tidak
ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian sangat dibutuhkan dalam
mencapai hasil yang maksimal. Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk
bersikap teliti dalam setiap pekerjaan. Allah tidak menyukai makhluknya yang
bekerja dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan kegagalan
dalam mencapai suatu tujuan. Allah SWT berfirman:
خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ
عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Artinya: Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.
Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu
minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (Qs. Al-Anbiya’/21: 37)
Oleh karena itu bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah
bekerja yang tergesa-gesa. Rasulullah SAW bersabda:
اَلْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالتَّأَنِّيْ
مِنَ اللهِ
Artinya: Tergesa-gesa itu berasal dari syetan dan
berhati-hati dari Allah. (H.R. Tirmidzi).
Sifat teliti juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya
ketika menyikapi perlakuan kasar orang-orang kafir Quraisy terhadap umat Islam
yang ada di Mekah, sementara nabi telah hijrah ke Madinah. Ketika itu para
sahabat meminta nabi agar segera berperang melawan kezaliman kafir Quraisy. Tetapi
nabi tidak tergesa-gesa. Untuk beberapa saat ia menunggu petunjuk dan perintah
dari Allah lalu ia bicarakan dengan para sahabatnya tentang strategi apa yang
dilakukan.
Berkat ketelitian dan usaha keras dari nabi dan para
sahabat, perang Badar yang tidak seimbang itu (313 orang tentara Islam melawan
1000 tentara kafir Quraisy) akhirnya dimenangkan umat Islam. Dengan demikian,
berupayalah dengan kerja keras, tekun, ulet, dan teliti sehingga hasil yang
kita peroleh mengalami peningkatan dan akan lebih baik dari hari-hari
sebelumnya.
Pahami dan perhatikanlah sabda Rasulullah SAW berikut ini:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ
خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ
رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ
مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ
كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ
فَهُوَ مَلْعُوْنٌ (رواه الحاكم(
Artinya: Barangsiapa amal usahanya lebih baik dari hari
kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung; jika amal usahanya sama dengan
yang kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi; dan jika amal usahanya lebih
buruk dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang terlaknat. (H.R.
al-Hakim).
2) Hikmah Teliti
Di antara hikmah sikap teliti adalah sebagai berikut:
Bekerja penuh
dengan keyakinan
Memperoleh hasil
yang memuaskan
Menghindari
kesalahan dan kekeliriun dalam melakukan pekerjaan
Hasil usaha dapat
dipertanggungjawabkan secara profesional
Memudahkan untuk
memperoleh kesuksesan
Terhindar dari
penyeselan akibat dari kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan
2.2 Implementasi Kerja Keras, Tekun, Ulet
dan Teliti
Kerja keras tekun, ulet dan teliti saling berhubungan satu
sama lain karena suatu usaha atau tujuan tertentu yang sudah dilakukan dengan
kerja keras tanpa adanya ketekunan, keuletan, dan ketelitian tidak akakn
tercapai secara maksimal. Berikut adalah contoh yanng menunjukkan perilaku
kerja keras, tekun, ulet dan teliti.
Menyadari bahwa
rizki yang diberikan Allah tidak datang dengan tiba-tiba tanpa usaha.
Tidak bersifat
malas dan mengeluh terhadap suatu pekerjaan karena akan mempengaruhi etos kerja
yang sudah dibangun.
Tidak suka
menunda-nunda pekerjaan yang dapat dilakukan dengan tepat.
Tidak cepat merasa
puas hanya pada suatu pekerjaan yang digeluti.
Berusaha peduli
terhadap suatu pekerjaan meskipun pekerjaan tersebut tidak disukai.
Berusaha
mengerjakan segala sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab.
Berniat
sungguh-sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Tetap optimis dan
tidak mudah putus asa apabila menemukan suatu kegagalan.
Melakukan suatu
pekerjaan dengan pertimbangan yang matang.
Melakukan
pekerjaan tidak hanya dengan fisik /tenaga, tetapi juga dengan hati dan pikiran
yang positif.
Setiap orang pasti memiliki kebutuhan. Akan tetapi, kebutuhan
yang harus dipenuhi secara sungguh-sungguh dan bersifat pokok disebut kebutuhan
primer. Contohnya adalah pangan, sandang dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, kita harus kerja keras dengan penuh ketekunan, keuletan dan
ketelitian. Tanpa kerja keras, kita tidak mungkin memperoleh apa yang kita
inginkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Najm ayat 39-41yang
artinya:
Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya,
dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian
akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (Q.S.
an-Najm/53: 39-41)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia hanya akan
memperoleh apa yang diusahakannya. Usaha itulah yang akan dinilai di hadapan
Allah swt.
Oleh sebab itu, Allah melarang kita untuk bermalas-malasan,
tidak mau berusaha, dan menggantungkan hidup kepadaa orang lain. Hindarilah
sikap mengambil jalan pintas untuk meraih keberhasilan, seperti korupsi, kolusi
dan manipulasi. Sikap ini merupakan sikap yang tidak terpuji dan merusak budaya
bangsa.
Untuk memahami contoh sikap kerja keras, tekun, ulet dan
teliti, mari kita perhatikan cerita berikut ini.
Pak Fauzan tinggal di kompleks perumahan. Ia seorang yang
kurang mampu, tetapi ia pandai mengaji. Pekerjaannya adalah berjualan es
keliling. Sejak pagi hingga siang, ia menjajakan esnya. Sehabis Ashar, ia
membantu ustadz mengajar anak-anak TPA di masjid. Ia melakukan semua
pekerjaannya tanpa mengeluh dan menjalaninya dengan senang hati. Ia meracik
bahan-bahan untuk es jualannya dengan teliti. Tidak heran jika es yang
dibuatnya terasa enak. Ia dengan tekun menjajakan es keluar masuk kampong.
Karena keuletannya, ia mampu menjalankan usahanya secara terus-menerus dan
usahanya semakin bertambah besar.
Akhirnya, ia mampu menyewa sebuah kios di lokasi yang sangat
strategis. Setelah itu, usahanya bertambah maju. Ia mampu menggaji beberapa
orang karyawan. Beberapa tahun kemudian, ia mampu membeli sebidang tanah dan
mendirikan rumah makan. Pak Fauzan berhasil berkat kerja keras, ketekunan,
keuletan dan ketelitiannya.
2.3 Manfaat Kerja
Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Sikap kerja keras, tekun, ulet dan teliti akan membawa
keberhasilan dalam segala usaha. Jika hal itu dilaksanakan seorang murid, ia
akan memperoleh prestasi yang tinggi. Jika dilaksanakan seorang karyawan, ia
akan memperoleh karier dan jabatan yang baik. Jika dilaksanakan seorang
pemimpin, ia akan menjadi pemimpin yang berhasil dan dicintai rakyatnya.
Berikut ini adalah ayat al-Qur’an dan hadis yang menerangkan
pentingnya kerja keras, tekun, ulet dan teliti dalam melaksanakan usaha.
“Maka
apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. (Q.S.
al-Insyirah/94: 7-8)
Dan sebuah hadis yang artinya kurang lebih sebagai berikut.
“Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seakan-akan kamu hidup
selama-lamanya dan berbuatlah untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan kamu mati
besok pagi. (H.R. Ibnu Asyakir).
Trimakasih
BalasHapusPelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
BalasHapusperilaku orang yang berilmu Manfaat Kerja Keras Ufa Bunga SMartphone