MAKALAH “ BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI“
MAKALAH
“ BERMAIN DAN
PERMAINAN ANAK USIA DINI“
Dosen Pengampu
GUSTIANA,SPd,M.Pd
DISUSUN OLEH :
Nama : ZAIDAH
Npm : 1411070236
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : PGRA (D)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL
ATHFAl TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih
lagi maha penyayang , Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT.
Yang telah melimpahkan taufiq dan innayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul : “ PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN
PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI“
Dalam makalah ini membahas tentang perkembangan
kognitif dan perkembangan bahasa pada anak usia dini, dan makalah ini ditulis
oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas-tugas yang
diberikan oleh dosen yang bersangkutan dengan mata kuliyah agar dapat menambah
nilai dalam perkuliyahan kesehatan dan BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini, penulis
telah mengerjakannya dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis sangat
bengharap agar tugas pembuatan makalah ini dapat diterima dengan baik.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari bahwa isi maupun
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis tidak
menutup kepada pembaca untuk memberikan segala bentuk kritikan atau saran yang
bersifat membangun.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum
wr.wb
Penulis
Bandar Lampung, Juni 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
B. RUMUSAN
MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN
KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI
B. TEORI
VYGOTSKY
C. TEORI
PEAGET
D. PERKEMBANGAN
BAHASA PADA ANAK USIA DINI
E. TEORI
PERKEMBANGAN BAHASA VYGOTSKY
F. PERKEMBANGAN
BAHASA MENURUT CROW DAN CROW 1987
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Seorang individu tentu
menggunakan kemampuan kognitif untuk memecahkan suatu masalah dalam hidupnya.
Berfikir, merenung, berkonsentrasi, mengingat, mempertimbangkan suatu keputusan
merupakan jenis-jenis aktifitas yang melibatkan kapasitas kognitif. Karna itu,
beberapa pentingnya dan kegunaan kemampuan kognutif untuk mempertahankan hidup
dan mengembangkan diri secara optimal. Dalam bahasan ini, kita akan diajak
untuk mengetahui bagaimana perkembangan kognitif yang terjadi pada masa
anak-anak awal.
Bahasa merupakan alat
komunikasi yang berifat universal, artinya hampir tak ada seorang masuia
didunia yang tak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Semua manusia dapat
dipastikan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Beriap
komunikasi sebagai kebutuhan dasar bagi setiap manusia, karena setiap manusia
adalah mahkluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan sesamanya. Manusia
selalu menyesuaikn diri dengan lingkungan sosial. Komunikasi melalui bahasa
memungkinkan tercapainya proses penyesuaina diri dengan lingkungan sosial
secara memuaskan para ahli filsafat, antropologi, sosiologi, bahasa, psikologi
sbg. Mengakui bahwa bahasa sebagai alat yang sangat efektif .
B.
RUMUSAN
MASALAH
a. Pengertian Kognitif ?
b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ?
c. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky ?
C. TUJUAN
1. Agar
dapat memahami cara mengembangkan potensi kognitif pada anak
2. Agar
dapat mengetahui pengaruh orangtua terhadap
perkembangan kognitif anak
3. Agar
dapat memahami dan menjelaskan mengenai tahap-tahap perkembangan kalimat anak
4. Agar
dapat memahami perkembangan awal bahasa pada anak usia tiga tahun pertama
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK
USIA DINI
Kognitif adalah salah satu ranah
dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi
intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal). Teori
kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif
berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang
datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang
dosen diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya dosen tersebut
harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi perkuliahan,
pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai mahasiswa dan
sebagainya. Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan
bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam
pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia
individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi). Kecenderungan
organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
mengintegasi prosesproses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Adaptasi
dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial. Sedangkan Lev Vygotsky
(1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan
temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat
ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anakanak dibantu berkembang dengan
bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.
Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan
kognitif
v Teori
Vygotsky
Lev Vygotsky (
1896-1934 ) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam
situasi sosial yang hamba. Vygotsky adalah pengagum piaget. Walaupun setuju
dengan piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan
dengan gaya berfikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan
pandangan piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri dan membentuk gambaran
realitas batinnya sendiri. Teori Vygotsky
menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak
terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan pada
bagai mana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan
penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti
bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Penekanan Vygotsky pada
peran kebudayaan dan masyarakat didalam perkembangan kognitif berbeda dengan
gambaran piaget tentang anak sebagai ilmuan kecil yang kesepian. Piaget
memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan
Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan
fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar
dan memusat perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi menyal yang lebih
tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.
Seperti Piaget,
Vygotsky menekankan bahwa anak –anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka.
Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi
sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih
sistemais, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang
penolong yang ahli.
1. Konsep
Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona perkembangan
proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit
dikuasai anak seorang diri tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan
orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona
Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial
development, dimana anatara apakah seorng anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantun orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman sebaya. Batas bawah
dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki aak yang bekerja secara mandiri.
Batas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak
dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitik beratkan ZPD
pada interaksi sosial akan memudahkan perkembangan anak.
2.
Konsep Scaffolding
Scaffolding
ialah perubahan tingakat dukungan Scaffolding
adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk
mendeskripsikan perubahan dukungan slama sesi pembelajaran, dimana orang yang
lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingakat kemampuan anak. Dialog adalah
alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi
tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat
dipertemukan dengan bimbingan sistematis, logis dan rasioanal.
3. Bahasa
dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak
mengubah pembicaran bukn sj untuk komunikasi sosial. Tetapi juga untuk membantu
mereka untuk menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada
usia dini menggunakan bahasa untuk merencanakan, bimbingan, dan memonitor
prilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya
berkembang terpish dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk
berkomunikai dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam
pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal
dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat
transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.
Ada tiga klaim dalam
inti pandangan Vygotsky (Tapan, 1998):
1) Kelahiran
kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara
development.
2) Kemampuan
kognitif dieminisasikan dengan kat, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentranspormasikan aktivitas mental
3) Kemampuan
kognitif berasal dari relasi sosial dan di pengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural.
Menurut
Vygotsky menggunakan penekatan development berarti memahami fungsi kognitif
anak dengan memeriksa asal-usulnya dan transpormasinya dari bentuk awal ke
bentuk selanjutnya. Jadi, tindakan mental tertentu seperti menggunakan “ucapan
batin” (inner speach) tidak bisa
dilihat secara tersendiri tetapi harus di evaluaasisebagai satu langkah suatu
proses perkembangan bertahap.
Klaim
kedua Vygotsky, yakni untuk memahami fungsi kognitif kita harus memeriksa alat
yang memperentarai dan membentuknya, membuat Vygotsky percaya bahwa bahasanya
adalah alat yang paling penting (Robbin, 2001). Vygotsky berpendapat bahwa pada
masa kanak-kanak awal (early chillhood).
Bahasa mulai di gunakan sebagai lat yang membantu anak untuk merencang
aktivitas dan memecahkan problem.
Kalim
ketiga Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan
sosial dan kultur. Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural (Holland, dkk.,2001). Dia percaya
bahwa perkembangan memori, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk
menggunakan komputer, dikultur lain, ini nmungkin berupa pembelajaran berhitung
dengan menggunakan batu atau jari.
Dalam
ketiga klaim dasar ini Vygotsky menggunakan gagasan yang unik dan kuat tentang
hubungan antara pembeljrn dan perkembangan. Ide ini secara khusus merefleksikan
pandangannya bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi sosial. Salah satu ide
unik Vygotsky adalah konsepnya tentang zone
proximal development.
Zona
proximal development (ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk serangakain tugas yang
terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan
bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Jadi batas bawah dari ZPD
adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan oleh anak seorang diri. Batas
atasnya adalah tigkat tanggung jawab atau tugs tambahan yang dapat diterima
anak dengan bantuan dari instruktur yang mampu penekanan Vygotsky pada ZPD
menegaskan keyakinannya akan arti penting dari bagan kognitif anak.
Vygotsky
(1987) memberi contoh cara menilai ZPD pada anak. Misalnya, berdasarkan tes
kecerdasan, usia mental dari dua orang anak adalah delapan tahun. Menurut
Vygotsky kita tidak bisa berhenti sampai disini saja. ZPD melibatkan kemampuan
kognitif anak yang berada dalam proses pendewasaan dan tingkat kinerja mereka
dengan bantuan orang yang lebih ahli. Salah satu aplikasi konsep zone off proximal delovment Vygotsky
adalah tutoring tatap muka yang
diberikan guru diselandia baru dalam program Reading Recovery.
Scaffolding
sangat erat kaitannya dengan zone
promaximal devlopment adalah sebuah tehnik untuk mengubah level dukungan.
Selama sesi pengajaran orang yang lebih ahli (guru atau murid yang lebih mampu)
menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level kinerja murid yang telah dicapai.
Dialog adalah alat penting dalam tehnik ZPD . vygotsky menganggap anak punya
konsep yang kaya tetapi yang lebih sistematis, logis dan rasional yang dimiliki
oleh orang yang lebih pandai atau mengetahui.
v Teori
Jean Peaget
Teori perkembangan
kognitif Jean Peaget ( 11896-1980 ) membahas munculnya dan diperolehnya skema
tentang bagaimana seorang mempersepsikan ingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seorang memperoleh cara baru mempresentasikan informasi
secara mental. Teori ini digolongkan kedalam konstruktivisme, yang berarti
tidak seperti teori nativisme ( yang menggambarkan perkembangan kognitif
sebagai pemunculan pengetahuan dan kemapuan bawaan ), Piaget berpendapat bahwa
kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
lingkungan. Piaget berfikir sebagaimana tubuh fisik kita memiliki strktur yang
memampukan kita beradaptasi dengan dunia.
Kognitif adalah salah
satu ranah dalam toksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai
potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan ( knowledge ), pemahaman ( evaluation ), penerapan ( aplication ), analisa (analysis ), sintesa (sinthesis ),
avaluasi ( evaliation ). Kognitif
berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengmbangkan kemaampuan rasional
( akal ). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh
sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan
pada aspek kemampuan prilaku yang wujudnya dengan cara kemampuan merespon
terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan
sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaaga pendiik
misalnya. Seoranng dosen diharuskan memiliki kompotensi bidang kognitif.
Artinya dosen tersebut memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan
materi perkuliyahan, pengetahuan mengenai mengajar, pengetahuan cara menilai
siswa dan sebagainya.
Jean Piaget ( 896-1980
), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara
aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dlam pandangan Piaget, terdapat dua prose
yang mendasari perkemian bangan dunia
individu, yaitu pengorganisasian danpeyesuaian (adaptasi). Kecendrungan
organisasi dapat dilukiskan sebagai kecendrungan bawan setiap organisme untuk
mengintegrasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren.
Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecebdrungan bawaan setiap organisme untuk
menyesuaikan diri dengan linkungan dan keadaan social.
Menurut Piaget
perkembangan kognitif mempunyai empat aspek. Yaitu 1) kematangan, sebagai hasil
perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara
organisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengauh yang
memperoleh dalam hubungannya dengan lingkungansosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu
adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu
mampertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
a. Kematangan
Kematangan sistem
syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperolrh manfaat secara
maksimal dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi
secara kognitif. Perkembangan berlnung dengan kecepatan yang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan linhkungan dan kegiatan belajar sendiri.
b. Pengalaman
Interaksi antara
individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan
dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
c. Ineraksi
Sosial
Lingkingan sosial
ternasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memicu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif.
d. Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri
dan pengoreksi diri ( ekuilibrasi ), mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial, pengalamn
pekembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara
terpadu dan tersusun baik.
Ekuilibrasi
(equilibration) adalah suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget untuk
menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap
pemikiran selanjutnya. Pergeeran ini terjadi saat anak mengalami konflik
kognitif atau disekuilibrium dalam
usahanya memahami dunia. Pada akhirnya, anak memecahkan konflik ini dan
mendaapatkan keseimbanngan atau ekuilibrium pemikiran. Piaget percaya bahwa ada
gerakan kuat anatara keadaan ekuilibrium kognitif dan disekuilibrium saat
asimilasi dan akomodasi bekerja sama dalam menghasilkan perubahan kognitif.
Misalnya, jika anak percaya bahwa jumlah benda cair berubah karena ia diuangkan
kedalam wadah yang bentuknya berbeda (dari wadah yang bentuknya pendek dan
lebar ke wadah yang berbentuk tinggi dan sempit), anak itu mungkin akan
kebingungan untuk menjawab pertanyaan di mana cairan “ekstra” itu muncul dan
apakah memang benar-benar ada penambahan cairan. Anak itu akhirnya akan
memecahkan kebingungannya ini saat pemikirannya semakin maju. Dalam kehidupan
sehari-hari, anak terus-menerus menghadapi kasusu yang berlawanan dn keidak
konsistenan.
Dalam piaget, anak-anak
secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan menggunakan kema untuk menjelaskan
hal-haal yang mereka alami. Skema adalah strukrur kognitif yang digunakan oleh
manusia untuk beradaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini
sexara intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang
bertanggunga jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:
1.
Asimilasi
adalah
proses menambahkan informasi baru kedalam skema yang sudah ada. Prose ini
bersifat subjektif, karena seorang akan cenderumg memodifikasi pengalaman atau
informasi yang diperolehnya agar bisa masuk kedalam skema yang sudah ada
sebelumnya. Anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema.
2. Akomodasi adalah
bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema
akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudaha ada.
Dalam proses ini dapat pula terjadi penukaran skema yang baru sama sekali.
Misalkan gadis berumur
delapan tahun yang diberi palu dan paku untuk menggantung sebuah gambar di
dinding. Dia belum pernah menggunakan palu, tetapi dengan mengamati cara orang
lain menggunakan palumaka dia mengetahui bahwapalu adalah benda yang harus
dipegang dibagian gagang bawah, diayunkan untuk memukul paku, dan biasanya
dipikulkan berkali-kali ke paku itu. Setelah mengetahui hal ini dia akan
memasukkan pengetahuan ini ke dalam skema yang sudah di milikinya ( asimilasi
). Tetapi palu itu berat, sehingga ia memegangnya di bagian atas. Dia memukul terlalu
keras sehingga pakunya bengkok dan karenanya dia harus menyesuaikan tekanan
pukulannya. Penyesuaian ini mencerminkan kemampuan untuk mengubah sedikit
pemahamannya tenyang dunia ( akomodasi ).
Piaget juga mengatakan
bahwa untuk memahami dunianya, anak-anak secara kognitif mengorganisasikan
pengalaman mereka. Organisasi adalah konsep piaget yang berarti usaha
mengelompokkan prilaku yang terpisah-pisah ke dalam urutan yang lebih teratur,
kedalam sistem fungsi kognitif. Setiap level pemikiran akan diorganisasikan. Perbaikan terus-menerus
terhadap organisasi ini adalah bagian inteheren dari perkembangan. Anak-anak
yang hanya punya gagasan samar tentang menggunkan palu mungkin juga punya
gagasan kabur tentang cara menggunakan setiap alat, anak-anak harus mengkait-kaitkan
penggunaan ini atau mengorganisasikan pengetahuannya, agar mereka mengetahui
keahliannya menggunakan alat tersebut. Dengan cara yang sama, anak-anak terus
mengintegrasikan dan mengoordinasikan banyak cabang pengetahuan lainnya yang
sring kali berkembang secara independen. Organisasi terjadi di dalam tahap
perkembangan.
Piaget memmbagi
perkembangan kognitif anak ke empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia :
1) Periode
sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Bagi anak yang berada
pada tahap ini, diperoleh melalui fisik ( gerakan anggota tubuh ) dan sensori (
koordinasi alat indara ). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya,
ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada penglihatannya. Perkembangan
selanjutnya ia mulai berusaha unyk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian
menghilang dari pandangannya, asal perpindahannya terlihat. Akhir dari tahap
ini ia mulai mencari objek yang hilang bial benda tersebut tidak terlihat
perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersmaan dengan itu
konsep dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mualai mampu
untuk melambungkan objek fiik kedalam syimbol-syimbol, misalnya mulai bisa
berbicara meniru suara kenderaan, suara binatang dll.
Tahap ini yang
berlansung sejak kelahiran samapai sekitar usia
dua tahun, adalah tahap piaget pertama. Dalam tahap ini, bayi menyusun
pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indra (sesory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motor
( otot ) mereka ( menggapai, menyentuh ) dn karenanya diistilahkan sebagai
sensorimotor. Pada awal tahap ini, bayi memprlihatkan tak lebih dari pola
reflektif untuk beradaptasi dengan dunia. Menjelang akhir tahap ini, bayi
menunjukkan pola sensorimotor yang lebih kompleks.
Piaget percaya bahwa
pencapaian kognitif penting di usia bayi adalah objek permanence. Ini berarti pemahaman bahwa objek dan kejadian
terus eksis dan bahkan ketika objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat,
didengar atau di sentuh. Pencapaian kedua adalah realisi bertahap bahwa dan
perbedaan atau batas antara diri dan lingkungan sekitar. Bayangkan seperti apa
pikiran anda jika anda tidak dapat membedakan antara diri anda dengan
lingkungan anda. Pemikiran anda akan kacau, tak beraturan, dan tak bisa
diprdiksi. Menuut Piaget seperti inilah kehidupan mental pada bayi yang baru
saja lahir. Jabang bayi tidak bisa membedakan antara dirinya dan duniany dn
tidak punya pemahaman tentang kepermanenan objek. Menjelang ahir periode
sensorimotor, anak bisa membedakan antara dirinya dan dunia sekitarnya dan
menyadari bahwa objek tetap ada dari
waktu ke waktu.
2) Periode
pra-operasional ( usia 2-7 tahun )
Tahap ini adalah tahap
untuk mengorganisasikan operasi konkrit. Pada pemikiran anak lebih banyak
berdasarkan pada pengalaman konkrit dari pada pemikiran logis, sehingga jika ia
melihat objek-objek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakannya berbeda
pula. Pada tahap ini anak masih berada dalam tahap pra operasional belum memahami
konsep kelakuan ( convervation ),
yaitu kekelan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, ciri-ciri
pada anak. Pada tahap ini belum memahami dan belum dpat memikirkan dua aspek
atau lebih secara bersamaan.
Tahap ini adalah tahap
piaget ke dua. Tahap ini berlansung kurang lebih dari usia dua tahun samapai
tujuh tahun. Intinya adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis ketimbang pada
tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Namun, tahap
ini lebih bersufat egosentris dan intuatif ketimbang logis.
Pemikiran
pra-operasional bisa di bagi menjadi dua subtahap: fungsi simbolis dan
pemikiran intuatif. Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua
sampai empat tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil secara mental mulai bisa
mempresentasikan objek yang tak hadir. Ini memperluas mental anak hingga
mencakup dimensi-dimensi baru. Penggunaan bahasa yang mualai berkembang dan
kemunculan sikapa bermain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran
simbolis dalam subtahap ini. Anak kecil mulai mencoret-oret gambar orang rumah,
mobil, awan, dan banyak benda lain dari dunia ini. Mungkin karena anak kecil
tidak begitu peduli pada realitas, gambar mereka tampak aneh dan tamapak
khayal. Dalam imajinasi mereka, matahari warnannya biru, langit berwarna hijau,
dan mobil melayang di awan. Simbolisme ini sederhana tetapi kuat, tidak berbeda
dengan lukisan abstrak di dalam seni lukis moderent. Seperti di katakan seniman
Spanyol terken Pablo picasso, “saya pernah menggambarkan seperi raphael, tetapi
saya buth waktu seumur hiddup untuk menggambarkan seperti ank kecil “. Seorang
anak berumur tiga setengah tahun melihat gambar yang baru saja di buatnya,
kemudian dia mengatakan bahwa itu adalah gambar burung kuntul mencium anjing
laut. Di usia sekolah dasar, lukisan anak menjadi semakin realitas, rapi, dan
persis. Matahari berwarna kuning, langit berwarna biru, dan mobil berada di
jalanan.
Meskipun anak kecil
membuat kemajuan di subtahap ini, pemikiran pra-operasional masih mengandung
dua keterbatasan: egosentris dan animisme. Ego-sentris
adalah ketidak mampuan untuk membedakan antara perspekitf milik sendiri dengan
perspektif orang lain. Interaksi telefon anatara Marry yang berusia empat
tahun, yang berada di rumah, dengan ayahnya, yang berada di kantor, menunjukkan
pemikiran egosentris.
Ayah: marry, ibu ada dirumah?
Marry: (diam tetapi menganggukkan kepala)
Ayah: marry, apa aku bisa bicara dengan ibu?
Marry: (mengangguk lagi tetapi tetap diam)
Jawaban Marry bersifat
egosentris karena dia tidak mempertimbangkan perspektif Ayahnya; dia tidak
menyadari bahwa ayahnya tidak dapat melihat dirinya menganggukkan kepala.
Misalnya
,percakapan ani seorang anak perempuan berusia 4 tahun yang sedang mengamati
matahari dengan ibunya seperi berikut.
Ica
: “bu..matahari kok adanya Cuma siang,kalo malem enggak kelihatan.apa dia juga
seperti kita kalau mala,terus bangun kalau siang.?
Ibu : “tidak nak karena matahari
mengelilingi bumi”
Ica : “tapi kata mbok,matahari kalo
malam dimakan naga”
Ibu : “bukan nak .mbok itu salah”
Ica : “ohh...begitu”
Keesoakan harinya ica kembali menemui
ibunya dan bertanya
Ica
: “bu aku udah muter-muter bumi ini kok enggak bersianar seperti marahari ya.?”
(sambil menunjukkan bola dunia yang ia
pegang”)
Percakan sederhana tersebut
memperlihatkan bagaimana seorang anak berusia 4 tahun mencoba memahami gejala
alam yang ada disekitarnya.untuk mengetahui rasa ingin tahu mengenai gejala
tersebut,ia aktif mengajukan pertanyaan pada orang lain disekitar yang dianggap
lebih tahu,melakukan percobaan dan mengamati efek yang muncul akibat percobaan
yang anak tersebut lakukan.
Piaget
dan Babel Inhelder (1969) mempelajari egosentrisme anak dengan suatu gambaran,
contohnya memberikan gambar tiga tugas gunung. Dan anak memandang perspektif
dengan berbeda-beda.
Animisme
juga merupakan iri dari pemikiran pra-operasional. Animisme adalah kepercayaan
bahwa objek tak bernyawa punya kualitas “kehidupan” dan bisa bergerak. Seorang
anak kecil mungkin menunjukkan animisme ini dengan mengatakan, “pohon itu
mendorong daun dan membuatnya gugur” atau “trotoar itu membuatnya gila. Trotoar
itu membuat ku jatuh”.
Perubahan
kognitif lebih lanjut yang terjadi dalam tahap pra-operasional subtahap
pemikiran intuitif adalah subtahap kedua dalam pemikiran pra-operasional,
dimulai ssekitar usia empat tahun sampai usia tujuh tahun. Pada subtahap ini
anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua
pertanyaan. Piaget menyebutkan tahap ini sebagai “intuitif” karena anak-anak
tampak merasa yakin terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak
menyadari bagaimana mereka mengetahui apa-apa yang mereka ketahui. Artinya,
mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa
meggunakan pemikiran rasional.
Satu
contoh keterbatasan kemamuan penalaran (reasoning)
anak adalah mereka sulit menempatkan benda atau sesuatu ke dalam kategori yang
pas. Bayak contoh-contoh tahap pra-operasional ini menunjukkan karakteristik
pemikiran yang disebut centration,
yakni pemfokusan (atau pemusatan) perhatian pada suatu karakteristik dengan
mengabaikan karakteristik lainnya. Centration
tamapak jelas dalam kurangnya conservation
dari anak tahap pra-operasional.
“konservasi)
yang dimaksud disini adalah ide bahwa beberapa karakteristik dari objek itu
tetap sama meski objek itu berbeda penampilannya. Misalnya orang dewasa tahu
bahwa volume air akan tetap sama meski dia dimasukkan kedalam wadah yang
bentuknya berlainan.
Menurut
piaget, kegagalan anak tugas converaton untuk kasus ini menunjukkan bahwa anak
berada dalam tahap pemikiran pra-operasional. Apa bila anak berhasil menjawab
bertanyaan dengan benar maka anak telah berada dalam pemikiran operasional
konkret.
Menurut
Piaget, anak pada tahap pra-operasional juga tidak bisa
melkukan
apa yang di sebutnya sebagai “operasi” (operation). Dalam teori Piaget operasi
adalah representasi mental yang dapat dibalik (reversible) seperti dalam
percobaan. Anak prasekolah biasanya kesulitan untuk memahami bahwa membalikkan
suatu tindakan akan menghasilkan kondisi awal dari tindakan tersebut.
Karakterisik
lain dari anak pra-operasional adalah mereka suka mengajukan banyak pertanyaan
pada umur mulai dari tiga tahun. Dan muali usia lima tahun anak-anak mulai
membuat orang tuanya kesal karena anak sering mengajukan pertanyaan “mengapa”.
Dengan pertanyaan ini nak mulai mengunculkan minat rasa ingin tahu mengapa
sesuatu itu terjadi. Berikut contoh dari pertayaan anak usia empat tahun samapi
enam tahun :
Apa yang membuat mu tumbuh besar?
Apa yang membuat mu berhenti tumbuh?
Siapakah ibunya saat etiap orang masih
bayi?
Mengapa
daun itu gugur?
Mengapa
matahari bersinar?
3. Periode
operasional konkrit ( usia 7-11 tahun )
Pada
umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan
benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklafikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari
sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukp
matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada
saat ini ( karena itu diseebut tahap operasional konkrit ). Namun tanpa objek
fisik dihadapan mereka, anak-anak padda tahap ini masih mengalami kesulitan
besar dlm menyelesaikan tugas-tugas logika.
Tahap
operasional ini adalah tahap perkembangan kognitif Piagetian ketiga, mulai dari
sekitar umur tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun. Pemikiran operasional
konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran
intuitif tetapi hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk
menggolong-golongkan sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem
abstrak.
Operasi
konkret adalah tindakan mental yang bisa membalikkan yang berkaitan dengan
objek konkret nyata. Operasi onkret bisa membuat anak mengkoordinasikan
beberapa karakteristik, jadi bukan fokus pada suatu kualitas objek. Pada level
operasional konkret, anak-anak secara mental bisa melakukan sesuatu sebelumya
hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikan operasi
konkret ini. Misalnya, untuk menguji kemampuan consrvation persoalan, anak diberi lempung berbentuk bola dengan
ukuran sama. Penelitian mengubah salah satu bola lempung menjadi bentuk panjang
dan ramping. Anak itu ditanya mana lempung yang lebih banyak, yang berbentuk
bola atau yang berbentuk panjang. Jika anak itu erusia tujuh atau delapan
tahun, besar kemungkinan mereka akan menjawab bahwa jumlah lempung dalam kedua
bentuk adalah sama. Untuk menjawab problm ini dengan benar, si anak harus
membayangkan bahwa bola lempung bisa direms-remas dibentuk ulang menjadi bentuk
panjang dan bisa dijadikan bentuk bola lagi.
Kemampuan
tahap operasional konkret penting adalah pengklasifikasian atau membagi
sesuatu menjadi sub yang berbeda-beda
dan memahami hubungannya. Penalaran terhadap pohon keluarga yang trdiri dari
empat generasi mengungkapkan kemampuan operasional konkret anak (Furth &
Wachs, 1975).
Beberapa
percobaan Piagetin disebut seriation yakni
operasi konkret yang melibatkn stimulti pengurutan disepanjang dimensi
kuantitatif (seperti panjang). Kesalahan yang mereka lakukan adalah mengurutkan
pada bagian sejajar pada bagian atas tapi tidak memerhatikan bagian bawahnya.
Pemikirn secara operasional konkret secara bersamaan memahami bahwa setiap
batang harus lebih panjang ketimbang batang sebelumnya atau batang sesudahnya
harus lebih pendek dari sebelumnya.
Aspek
lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas adalah transitivi ini adalah
kemampuan untuk mengombinasikan hubungan seacara logis untuk memahami
kesimpulan tertentu.
4. Periode
operasional formal ( usia 11 tahun sampai dewasa )
Anak
pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang
abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan
lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau pristiwa
secara lansung. Penalaran terjadi secara struktur kognitifnya telah mampu hanya
dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah
memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan
hubungan diantara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
Proses
belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda
dengan proes belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap peoperasional,
dan akan berbeda pila dengan mereka yang sudah berada pada operasional konkret,
bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara
umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seorang akan semakin tertur
dan semakin abstrak cara berfikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan
proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang
dirancang dan dilaksannakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa
tidak akan ada maknanya bagi siswa.
Tahap
operasional formal ini adalah tahap keempat menurut teori Piaget dan thap
kognitif terahir. Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman
diluar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak,
idealis, dan problem verbal. Pemikiran
operasioanal konkret perlu melihat elemen konkret A, B, dan C untuk menarik
kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C, maka A = C. Sebaliknya, pemikir
operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walau problem ini hanya
disajikan secara verbal.
Selain
memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga punya kemampuan
untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemunhkinan-kemungkinan. Pada tahap
ini remaja mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang
mereka inginkan dalam diri mereka dan orang lain. Pemikiran ideal ini menjadi
fantasi atau khayalan. Banyak remaja tak sabar terhadap cita-cita mereka
sendiri. Meraka juga tidak sabar menghadapi problem untuk mewujudkan
cita-citanya. Saat remaja berfikir secara lebih abstrak dan idealis, pada saat
yang sama mereka juga mulai berfikir secara lebih logis. Sebagai pemikir
operasional formal, mereka juga mulai irip ilmuan. Mereka mulai menyusun
rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusinya.
Istilah Piaget “penalaran hipotesis-deduktif“ ( hyphothetical-deductive reasoning ) mengandung konsep bahwa remaja
dapat menyusun hepotesis (dugaan baik) tentang cara untuk memecahkan problem
dan mencapai kesimpulan secara sistematis.
Jadi,
pemikir operasional formal menguji hipotesis mereka dengan menggunalkan
pertanyaan dan pengujian yang cermat. Sebaliknya, pemikir operasional konkrit
sering juga gagal memahami hubungan antara hipotesis dengan pengujiannya dan
terus-menerus berpegang pada ide yang sudah di tinggalkan.
Sebentuk
egosentrisme juga muncul pada remaja (Elkind, 1978). Egosentrisme masa remaja (adolescon egosentrism) adalah kesadaran
diri yang tinggi yang tercermin dalam keyakinan remaja bahwa orang alin juga
tertarik pada dirinya sebagaimana dia tertarik pada dirinya sendiri. Egosentris
juga mencakup perasaan bahwa dirinya adalah unik atau berbeda dari orang lain.
Ia ingin dilihat, diperhatikan, dan terkenal.
Egosentrisme adalah
kejadian yang normal dalam perasaan remaja, dan lebih sering terjadi pada masa
sekolahmenengah
pertama
ketimbang masa sekolah menengah atas. Akan tetapi bagi beberapa indivu,
egosentrisme remaja bisa menimbulkan prilaku nrkat, termasuk pemikiran bunuh
diri, menyalah gunakan obat terlarang, dan melakukan seks bebas tanpa
menggunakan alat kontrasepsi. Egosentris (egocentrity)
membuat beberapa remaja berfikir bhwa mereka tak terkalahkan.
A. PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA
DINI
Ø TEORI
PERKEMBANGAN BAHASA VYGOTSKY
Renungkan
betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan murid dan guru.Mereka perlu bahasa
untuk saling berbicara ,mendengar,membaca,dan menulis.mereka perlu bahasa untuk
mendeskripsikan masa lalu secara detail dan merencanakan masa depan.Seperti
telah anda pelajari,menurut vygotsky,bahasa memainkan peran utama dalam
perkembangan kognitif anak.
Bahasa
adalah bentuk komunikasi ,entah itu lisan ,tertulis atau tanda,yang didasarkan
pada sistem simbol.Semua bahas amanusia adalah generatif
(diciptakan).Penciptaan tidak terbatas adalah kemampuan untuk memproduksi
sejumlah kalimat tak terbatas yang bermakna dengan menggunakan seperangkat kata
dan aturan .kualitas ini membuat bahasa merupakan kegiatan yang sangat kreatif
.Semua bahasa manusia juga mengikuti aturan fonologi ,morfologi
,sintaksis,semantik,dan pragmatis.Bahasa yang diucapkan terdiri dari suara
,atau fonem.contoh fonem dalam bahasa inggris adalah /k/,suara yang
direpresentasikan dengan huruf k dalam kata ski,huruf c dalam cat,dan huruf ch
dalam christmas.
Morfologi
adalah aturan untuk mengombinasikan morfem,yang merupakan rangkaian suara yang
merupakan satuan terkecil. Setiap kata dalam bahasa inggris terdiri dari
satuatau dua morfon. Sintaksis adalah cara kata di kombinasikan untuk membentuk
perfara dan kalimat yang bisa di terima. Jika seseorang berkakata dengan
anda’Bob di pukul oleh Tom’ maka anda tau siapa yang memukul dan siapa yang di
pukul karena anda memahami struktur kalimat tersebut. Semantik adalah makna
dari kata atau kalimat. Setiap kata mempunyai ciri semantik. Misalnya, gadis
dan wanita punya makna semantik yang sama, yakni manusia berjenis kelami
perempuan, tetapi berbeda pada umunnya. (Townsedt & Bever 2001).
Menurut Vygotsky, bahasa berkembang
dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa
adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya
anak mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu
memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan
bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari
menyelesaikan masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret,
percakapan batiniah tidak terdengar lagi.
Ø PERKEMBANGAN
BAHASA MENURUT CROW DAN CROW 1987
Bahasa
merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tampa
bahasa,komunikasi tidak dapat di lakukan dengan baik dan interaksi sosialpun
tidak akan pernah terjadi. Karena tanpa bahasa, siapapun tidak akan dapat
mengeksrpisikan diri untuk menyaipakan kepada orang lain oleh karena itu, crow
mengatakan adalah alat eksrpesi bagi manusia. Via bahasalah manusia dapat
mengorganisasikan bentuk-bentuk espresinya dalam kehidu[an sosial di
masyarakat.
Perkembangan bahasa dalam
psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun
tatabahasa dari ucapan – ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang
paling tepat dan paling sederhana ( Tarigan, 1986 : 243 ). Proses perkembangan
bahasa dijelaskan melalui dua pendekatan.
a.Navistik
: struktur bahasa telah ditentukan secara biologik sejak lahir
( tarigan,1986 :257 )
Empiris : kemampuan berbahasa
merupakan hasil belajar individu dalam berinteraksi dengan lingkungan ( orang
dewasa yang berbahasa )
Tahap – tahap Perkembangan
Perkembangan bahasa sebagai aspek
universal berlangsung dalam suatu pola yang bertahap :
1. Tahap Pralinguistik : perkembangan
permulaan bahasa yang dimulai sejak usia mulai 3 bulan. Pada tahap ini anak
mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi
komunikatif.
2. Tahap Halofrastik : pada usia
sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata – katanya pertama.contoh :
“kursi “.
3. Tahap kalimat dua kata : anak mulai lebih banyak kemungkinan
untuk menyatakan maksud dan berkomunikasi dengan kalimat dua kata .contoh “
kucing papa “.
4. Tahap perkembangan tata bahasa :
berkisar antara 2 – 5 tahun, anak mulai mengembangkan sejumlah sarana tata
bahasa, panjang kalimat bertambah, ucapan yang dihasilkan semakin kompleks.
5. Tahap perkembangan tata bahasa menjelang
dewasa : berkisar 5 – 10 tahun, anak mulai mengembangkan struktur tata
bahasa yang lebih rumit.
6. Tahap kompetensi lengkap : berkisar
11 tahun sampai dewasa,anak semakin lancar dan fasih dalam berkomunikasi dengan bahasa.
a.
Kemampuan Berbahasa dan Berpikir
Berpikir merupakan rangkaian proses
kognisi yang bersifat pribadi yang berlangsung selama terjadinya stimulus
sampai dengan munculnya respon ( Morgan 1989 :228 ).
Dalam aktivitas berpikir di dalamnya
melibatkan bahasa.Berpikir merupakan percakapan dalam hati.Bahasa merupakan
alat untuk berpikir mengekspresiakn hasil pemikiran tersebut.Jadi berpikir dan
berbahasa merupakan dua aktivitas bersamaan.Faktor yang paling berperan adalah
faktor kognisi.
Faktor –
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
a. Faktor Biologis
Kemampuan
kodrati atau alami yang memungkinkannya menguasai bahasa.Potensi alam ini
bekerja secara otomatis.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan yang kaya dengan kemampuan bahasanya akan
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi berkembangnya bahasa individu yang
tinggal di dalamnya.
Implikasi dalam
Pembelajaran
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa, di antaranya adalah :
a. Mengupayakan lingkungan yang dapat
memberikan kesempatan selua luasnya bagi perkembangan bahasa secara
optimal.Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat perlu dikembangkan menjadi
lingkungan yang dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar, berlatih,
dan mengembangkan kemampuan bahasa.
b. Pengenalan
sejak dini terhadap lingkungan yang memiliki variasi kemampuan bahasa pada anak sangat diperlukan
untuk memacu perkembangan bahasa.
c. Mengembangkan strategi untuk
mempermudah penguasaan bahasa. Antara lain: cara untuk memudahkan mengingat,
meniru, mengalami langsung dan bermain.
Bahasa
adalah bentuk komunikasi baik lisan tertulis atau tanda, yang didasarkan pada
sistem simbol. Semua bahasa manusia adalah generatif (diciptakan). Penciptaan
tidak terbatas adalah kemampuan untuk memproduksi sejumlah kalimat tak terbatas
yag bermakna dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan. Kualitas ini
membuat bahasa merupakan kgiatan yang sangat kreatif.semua bahasa manusia juga
mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaksis, simantik, dan fragmatis.
Bahasa yang di ucapkan terdiri dari suara, atau fonem. Contoh fonem dalam
bahasa inggris adalah /k/, suara yang
mempresentasikan dengan huruf k dalam
kata ski, huruf c dalam cat, dan huruf ch dalam chirmas.
Fonologi
adalah sistem bahasa suara. Aturan fonologi mengizinkan beberapa sekuensi
suara (seperti sp, ba, atau ar) dan melarang yang lainnya (seperti zx atau qp). Untuk mempelajari fonologi bahasa, anak harus mempelajari
kandungan suaranya dan urutan suaranya yang diperbolehkan, yang sangat penting
untuk kegiatan membaca nantinya (Oler, 2002).
Morfologi
adalah aturan untuk mengkombinasikan morfem, yang merupakan rangkaian suara
yang merupakan kesatuan bahasa terkecil. Seiap kata dalam bahasa ingris terdiri
dari satu atau dua morfem. Beberapa kata terdiri dari satu morfem (seperti help). Yang lainnya terdiri dari
dua atau lebih morfem (seperti helper,
yang mengandung dua morfem, help + er,
meskipun bukan stau kata, morfem er
berarti “orang yang” atau pelaku-dalam kasus ini” orang yang memberi bantuan”).
Sebagaimana atura yang mengatur fonem memastikan urutan suara tertentu terjadi,
aturan yang mengatur morfem memastikan bahwa serangkaian suara tertentu terjai
dalam urutan tertentu lainnya (van der lely& Ulman, 2001). Misalnya, kita
tidak bisa menyusun kembali helper menjadi ehelp dan kita tidak bisa bicara
tentang undog atau tentang desking.
Sintaksis
adalah cara kata dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang bisa
diteima. Jika seseorang berkata pada anda, “bob dipukul oleh tom.” Maka anda
tau siapa yang memukul dan siapa yang di pukul karena anda memahami struktur
kalimat tersebut. Konsep “ siapa melakukan apa kepada siapa” adalah tipe
penting dari informasi sintaksis. Anda juga memahami bahwa kalimat you didn’t
stay,did you? Adalah kalimat gramatikal, tetapi you didn’t saty, didn’t you?
Adalah bukan.
Semantik
adalah makna dari kata atau kalimat. Setiap kata pnta ciri semantik. Misalna,
gadis dan wanita punya makna semantik yang sama, yakni manusia berjenis kelamin
oerempuan, tetapi berbeda dalam makna umurnya. Kata punya batasan semantik pada
bagaimana mereka dapat dinggunakan dalam kalimat (townsend & Bever, 2001).
Kalimat “sepeda berbicara kepada si anak untuk membelikannya pemen” secara
sintaksis benar, tetapi secara semantik salah. Kalimat ini bertentangan dengan
pengetahun semantik kita, yakni sepeda tidak bisa berbicara.
Prakmatis
adalah penggunaan percakapan yang tepat. Ini melibatkan pengetahuan tentang
konteks apa yang dikatakan dan kepada siapa serata bagaimana mengatakannnya
(Nakamura, 2001). Misalnya, pragmatis dilakukan ketika anak-anak belajar
membedakan antara bahasa opan dengan bahasa kasar, dan ketika merekabelajar
untuk menceritakan lelucon sedemikian rupa sehingga menjadi lucu.
Pengaruh Biologis dan Lingkungan
Bukti
paling kuat untukbasis biologis adalah bahwa anak-anak disuruh dunia mencapai
titk penting dalam berbahasa pada saat yang hampir bersamaandalam perkembangan
mereka, dan dengan urutan yang hampir sam, meskipun ada banyak variasi dalam
input bahasa yang mereka terima. Misalnya, dibeberapa kultur, orang dewasa tak
pernah bicara dengan bayi dibawah umur satu tahun, tetapi bayi ini tetap
menerima masukan bahasa.
Anak
juga bervariasi dalam penguasaan bahasa dengan cara yang tidak dapat dijelaskan
melalui kerangka lingkungan saja. (hoff, 2001). Misalnya, peneliti bahasa Roger
Brown (1973) mencari bukti bahwa orang tua mendorong anak untuk bebicara sesuai
kaidah tata bahasa (gramatikal). Dia menemukan bahwa ketika orang ta memberikan
senyum dan pujian kepada anak bila anak bebicara secara gramatiakl. Dari pengamatan
ini, Brown menyimpulkan bahwa prose yang terjadi dalam diri anak lebih besar
pengaruhnya ketimbang input dari lungkungan.
Namun,
anak jelas tidak belajar bahasa secara terpisah dari lingkungan sosialnya.
Banyak variasi terjadi dalam perkembangan bahasa ketika pengasuh anak berbeda
secara ssubtansial dalam gaya mereka dalam memberikan input. Dalam sisi lain
lingkungan berpwran signifikan dalam perkembangan bahasa, terutama dalam
penguasaan kosakata. Misalnya, salah satu studi, saat anak berusia tiga tahun,
anak yang tinggal dalam keluarga miskin menunjukkan kekurangan kosakata, jika
dibandingkan dengan anak yang dari keluarga menengah atas, dan defisit ini
terus tampak saat mereka masuk sekolah pada usia enam tahun (farkas, 2001).
Perkembagan
bahasa anak-anak tak hanya dipengaruhi oleh faktof biologis saja, atau faktor
sosial. Selama apa pun anda berbicara dengan anjing, si anjing tidak akan
berbicara, karena ia tidak punya kapasitas biologis untuk berbahasa sebagaimana
yang dimiliki manusia. Sayangnya ada beberapa anak tidak bisa mengembangkan
ahlinya berbahasa yang baik meski sudah berinteraksi dan punya model peran yang
baik.
Didalam
luar sekolah, kunci utamanya adalah mendorong anak megembangkan bahasa.
Perkembangan bahasa bukan hanya soal memberikan pengharagaan anak karena ia
berucap benar dan meniru seorang pembicara atau guru. Anak akan lebih cerdas
berbahasa jika orang tua atau guru
secara aktif melibatkan anak-anak dalam percakapan, memberi mereka pertanyaan
dan menekankan bahasa yang interaktif ketimbang bahasa perintah.
Cara Bahasa Berkembang
Penguasaan
bahasa ada beberapa tahap, celoteh dimulai dari usia tiga tahun samapai enam
tahun. Bayi biasanya mengucapkan kata pertamanya pada usia 10 sampai 13 bulan.
Pada usia 24 bulan, bayi biasanya memulai memadukan dua kata. Pada tahap ini
bayi sangat cepat memahami arti penting dari bahasa untuk berkomunikasi. Mereka
menciptakan frase seperti “itu buku” “permen ku”, “mama jalan”, dan “cium
papa”.
Saat
bayi menginjak usia kanak-kanak, pemahaman mereka terhadap sistem aturan bahasa
yang malai meningkat. Sistem aturan ini mencakup fonologi (sistem suara),
morfologi (aturan untik mengkombinasikan unit makna minimal), sinntaksis
(aturan membuat kalimat), semantik (sistem makna), dan pragmatis (aturan
penggunaan dalam setting sosial).
Ketika
anak mulai melampaui tahap pengucapan dua kata, mereka menunjukkan pengetahuan
tentang morfologi. Anak mulai menggunakan bentuk jamak dan positif dari kata
benda (seperti kucing dan kucing-kucing). Mereka meletakkan akhiran yang tepat
pada kata kerja (dalam bahasa inggris, ahira –s saat subjeknya orang ketiga
tunggal, dan ed untuk bentuk kalimat lampau). Mereka menggunakan proposisi
(seperti didalam, di atas), kata sandang (seperti sebuah), dan beragam bentuk
kata kinerja (seperti “saya akan pergi ke toko”). Beberapa bukti perubahan
dalam penggunaan aturan morfologis oleh anak-anak tampak ketika mereka menyederhanakan
aturan itu secara berlebihan.
Dalam
eksperimen klasik yang didesain untuk meneliti pemahaman anak terhadap aturan
morfologis memberikan kepada anak prasekolah dari TK. Pada kemampuan anak untuk
mengingat suatu kata yang benar dan juga kemampuan mereka untuk mengatakannya
“secara benar” (dengan akhiran yang sesuai dengan aturan morfologis). Meskipun
jawaban anak tidak sempurna namun terlihat ada kemajuan. Lebih jauh anak-anak
menunjukkan pengetahuan mereka tentang aturan morfologis, bukan hanya bentk
jamak dari kata benda tetapi juga bentuk positif dari kata benda dan orang
ketiga tunggal dan bentuk kata kerja lampau. Yang membuat studi Berko ini
mengesankan adalah sebagian besar kata itu baru dan dipilih sendiri oleh
peneliti untuk eksperimen. Jadi, anak-anak tidak dapat memberikan jawabannya
berdasarkan ingatan atau karena pernah mendengar sebelumnya. Jadi, mereka
dipaksa untuk bersandar pada aturan.
Anak kecil juga belajar untuk memanipulasi sintaksis. Mereka dapat membuat
pertanyaan, kalimat pasif, klausa, dan semua struktur sintaksis dari bahasa
mereka.
Saat
anak melangkah melampaui tahap kedua kata, pengetahuan mereka tentang semantik
atau makna juga bertambah cepat. Kosa kata dari anak usia 6 tahunberkisar
antara 8.000-14.000 kata. Engan asumsi bahwa kata dipelajari sejak usia 12
bulan, ini berarti anak menguasai 5-8 kata baru setiap harinya antara usia 1-6
tahun. Setelah 5 tahun belajar kata, penyerapan anak usia 6 tahun tidak
melambat. Menurut beberapa pemikiran raat-rata anak pada usia ini menguasai
sekitar 22 kata baru setiap hari.
Walaupun
ada banyak perbedaan perkataan pada anak usia 2-6 tahun, perbedaan yang paling
jelas adalah pada aspek pragmatisnya. Anak 6 tahun lebih lancar berbicara ketimbang anak usia 2 tahun.
Kemajuan
dalam bahasa kanak-kanak ini memberikan dasar bai perkembangan selanjutnya.
Anak-anak mendapatkan keahlian baru pada saat mereka masuk sekolah sehingga
mereka bisa belajar membaca dan menulis. Termasuk penggunaan “displacement”, mempelajari apa arti satu
kata, dan bagaimana menata dan berbicara tentang suara. Mereka mempelajari
prinsip abjad, bahwa huruf mempresentasikan suara dari bahasa. Saat anak-anak
berkembang pada periode kana-kanak ahir (late
chilhood), mereka juga mulai menguasai tata bahasa dan lebih banyak kosa
kata.
Selama
masa kanak-kanak periode dari menengah dan ahir (middle and late chilhood), terjadi perubahan cara anak berfikir
tentang kata. Mereka menjadi tidak terlalu tengikat dengan perbuatan dimensi
perseptual yang berhubungan dengan kata, dan mereka menjadi semakin analisis
dalam memahami kata. Ketika diminta kata pertama yang muncul dibenak mereka
mendengar satu kata, anak pada tahap ini biasanya memberikan kata yang
mengikuti kata tersebutdalam kalimat. Misalnya ketika kita mengatakan anjing
maka anak akan menjawab menggonggong. Ini adalah bukti bahwa anak mulai
menggolongkan kkosa kata mereka berdasarkan suatu jenis kata dari pembicaraan.
Ada
satu hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan kosa kata ini. Anak-anak
yang masuk sekolah dasar dengan menguasi kosa kata yang sedikit akan mengalami
kesulitansaat mulai belajar membaca. Anak-anak juga membuat kemajuan dalam
penguasaan tata bahasa. Peningkatan dan keahlian penalaran logis dan analitis
di kalangan anak SD akan membantu untuk memahami suatu konstruksi kata untuk
perbandingan (lebih panjang, lebih pendek) dan penggunaan pendapat subjektif .
di masa remaja, kosa kata bertamabah dengan kata-kata yang makin abstrak.
Mereka lebih memahami bentuk kata bahasa yang makin kompleks, seperti metaffora
dan satire. Pada masa remaja ahir seseorang dapat mengapresiasikan karya sastra
dewasa secara baik.
B.
Perkembangan
Bahasa Anak Usia Tiga Tahun Pertama
istilah
infens sebenarnya berasal dari kata latin, yang berrti tanpa bicara (whith out
speccing). Karena itu dengan memahami konteks istilah tersebut dapat dikatakan
bahwa seorang bayi dianggap tidak mampu untuk berbicara dengan mengungkapkan
kata-kata yang berarti, bermakna atau dipahami oleh orang lain. Bayi dianggap
sebagai mahluk primitif dalam perkembangan bahasa, artinya bayi belum mampu
mengungkapkan kata-kata, kalimat atau ungkapan komunikasi seperti layaknya
orang dewasa lainnya. Bayi harus mengalami perubahan-perubahan mendasar untuk
memiliki kemampuan bahasa seperti orang tuanya.
Sebelum
mampu berbicara, umumnya seorang anak memiliki prilaku untuk mengeluarkan
suara-suara yang bersifat sederhana kemudian berkembang secara kompleks dan
mengandung arti. Misalnya, seorang anak menangis (criying), mendekut (cooing),
mengoceh (babling), kemudian ia akan mampu meniru kata-kata yang disengar dari
orang tua (lingkungan sekitarnya) seperti, kata mama, papa, makan , minumdll.
Kemampuan mengeluarkan suara seperti: menangis, mendekut, mengoceh meniru
kata-kata seorang anak dapat berbicara secara jelas artinya, disebut pre-linguistis speech.
Perkembangan
bahasa sangat erat kaitannya dengan kematangan fisiologis (physi-ilijical maturity)
dan sistem syaraf pusat (sentral nervus
system) dalam otak bayi. Setiap anak bayi memang telah dibekali suatu
kemampuan untuk berkomunikasi maupun berbahasa sejak dari masa kandungan
(innate) kemampuan tersbut tidak lansung berkembang secara sempurna. Melalui
proses perubahan evolutif yang cukup panjang maka dasar-dasar potensi berbahasa
akan berkembang semakinkomplek sehingga seorang anak akan dapat berbahasa,
berkomunikasi maupun berinteraksi dengan orang tua atau anak-anak lainnya.
Kematangan
fisiologis tercapai dengan baik apa bial pertumbuhan organ-organ fisik berjalan
secara normal tanpa ada gangguan-gangguan pada otak, sistem syaraf, phrinc,
lidah, mulut atau sistem pernapasan. Organ-organ tersebut sangat mendukung
perkembangan kemampuan berbahasa maupun mengungkapkan pesan-pesan komunikasi
secara jelas dan apat dipahami oleh orang lain.
Perkembangan Sistem
Syaraf dalam Otak
Siatem
syaraf pada janinyang masih berkembang dalam kandungan secara pranatal
tergolong sangat sederhana. Bahkan dapat dikatakan perkembangan sisten syaraf
terjadi bersamaan dengan bentuk organ-organ eksternal janin pada masa tri-wulan
pertama. Menginjak akhir tri-wulan kedua proses perkembangan deferensiasi
organ-organ tubuh internal maupuneksternal sudah cukup memadai sehingga organ
otak pun telah terbentuk dengan baik. Oleh karena itu otak sudah mampu untuk
menerima stimulus eksternal yang diberikan dari lingkungan hidupnya. Setiap
stimulus eksternal yang dapat diterima, ditangkap maupun dipahami akan menjadi
ahan-bahan jejak ingatan dalam otak janin.
Orang
tua yang sering memberikan stimulus eksternal pada janin semasa dikandungan,
melalui bercerita, mendongeng, menyanyi, berkomunikasi atau berbahasa, maka
janin akan merasakan getaran-getaran sebagai tanda bahwa dirinya memperoleh
perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Sinyal-sinyal tersebut akan mudah
dibangkitkan dan diperkuat kembali dengan memberikan pengalaman yang sama
setelah bayi tersebut lahir. Pengalaman yang diulang-ulang tersebut akan
menimbulkan perasaan ikatan emosional (attatchement) dengan orang tuanya. Bayi
akan merasa tenag, nyaman, tetram berada dalam dekapan kasih sayang orang
tuanya.
Sistem
syaraf otak bayi yang pernah memperoleh pengalaman berkomunikasi maupun
berbahasa dengan lingkungan eksternal (orang tuanya) akan berkembang dengan
baik. Setiap stimulus yang diberikan oleh lingkungan eksternal dan diterima
dengan baik akan membentuk sistem jaringan newron (newron network system) dalam otak. Memang sistem jaringan newron
dalam otak bayi masih tergolong sederhana, namun seiring degan perkembangan
usia dan pengalaman yang diperoleh melalaui interaksi dengan lingkungan
sosialnya, sistem jaringan newron tersebut akan berkembang semakin rumit,
kompleks dan padat (komplexity of newron network system). Para ahli newrology
mengakui bahwa komplesitasnya sistem jaringan newron dalam otak dapat
menunjukkan perkembangan dalam kemampuan intelektuak seorang individu semakin
baik. Otak anak akan semakin cerdas bila sering difungsikan untuk berfikir,
manganalisa, menghadapi masalah, berdiskusi, berkomunikasi maupun berinteraksi
dengan orang lain.
Vokalis Awal
Perkembangan
awal (language developmen) sebelum bayi dapat berbicara secara aktif disebut
perkembangan dimasa pra-wicara (pre-speech development). Masa pra-wicara
ditandai dengan munculnya vokalis awal pada bayi. Vokalis ini terdiri dari
empat yaitu:
1. Menagis
2. Mendekut
3. Mengoceh
4. Meniru
suara kata-kata
1.
Menangis
Menangis (crying)
merupakan cara seorang bayi untuk berbicara atau berkomunikasi dengan
lingkungan hidupnya (oang tua). Setelah dilahirkan dari rahim ibunya, seorang
bayi yang normal pada umumnya akan menangis. Menangis sebagai ungkapan awal
bayi untuk menunjukkan dirinya sebagai seorang mahluk individu yng terpisah
dari rahim ibunya. Setelah lahir bayi sudah tidak bergantung terus-menerus
untuk memperoleh makanan yang di salurkan melalui tali plasenta rahim. Bayi
harus berusaha memfungsikan organ mulutna untuk memperoleh, menerima dan
menelan makanan dari ibunya, misalnya bayi memperoleh air susu ibu (ASI).
Menangis dapat
diartikan sebagai cara bayi berbahasa untuk menyampaikan pesan kebutuhan
dasarnya. Ia merasa lapar atau haus sehingga bayi menangis. Jadi, prilaku
menangis merupakan prilaku yang mengandung peesan secra kompleks. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa setiap bayi dapat berkomunikasi dengan cara menangis
bila ia sedang menghadapi masalah dalam hidupnya. Misalnya, bayi setiap
tangisan mengandung arti yang berbeda-beda dan tergantung konteks waktu dan
pengalaman yang dirasakan oleh masing-masing bayi.
Orang tua pengasuh yang
setiap saat merawat bayi tersebut umumnya akan merasa peka terhadap makna dan
arti tangisan bayi. Dengan dekmikian, makin sering orang tua memberikan
perhatian terhadap bayi kandung yang diasuhnya maka makin cepat seorang ibu
menangkap makna setiap tangisan yang dikemukakan oleh bayinya. Sebaliknya orang
tua yang kurang memberikan perhatian terhadap bayinya kemungkinan besar mereka
aka merasa kurang peka dalam memahami arti makna tangisan bayi.
2.
Mendekut
Yang dimaksud dengan
prilaku mendekut (cooing behavior) yaitu suatu prilaku yang ditandai dengan
upaya yang mengeluarkan suara-suara yang belum ada artinya. Prilaku mendekut
antara lain :
1.
Berteriak (sequeals)
2.
Mendenguk (gurgles)
Dan
mengeluarkan kata-kata seperti : ahh, aaaaahhhh. Kra-kira pada usia tiga bulan,
seorang bayi mulai dapat bermain dengan menggunakan suara-suara. Ia membuat
suara sebagai respons terhadap kata-kata yang didengar dari orang tuanya.
Sekitar
usia 3-6 bulan seorang bayi sudah dapat mengeluarkan suara-suara untuk
menunjukkan ekpresi perasaan emosi positif maupun negatif. Perasaan emosi
positif sedangkan perasaan negatif merupakan ungkapan kondisi emosi yang tidak
menyenangkan bagi bayi seperti merasa lapar, haus, sakit, sdih dan kesal.
3.
Mengoceh
Mengoceh (babbling)
ialah salah satu kemampuan untuk mengucapkan kata-kata kombinasi antara vokal
dan konsonan secara berulang-ulang seprti : ba-ba-ba, ma-ma-ma, pa-pa-pa.
Mengoceh pada bayi usia 6-10 bulan. Sebagian ahli menganggap bahwa mengoceh
bukan sebagai bahasa karena belum memiliki arti apa-apa. Naun demikian mengoceh
tetap memiliki makna bagi perkembangan bahasa bayi. Mengoceh sebagai awal perkembangan
bahasa yang cukup signifikan bagi bayi di masa yang akan daatang.
Dengan mengoceh seorang bayi
memfungsikan organ-organ tenggorok, hidung, lidah, pernafasan untuk persiapan
perbelajaran perkembangan bahasanya. Dalam tahap perkembangan berikutnya mengoceh
akan berkembang menjadi kata-kata yang mengandung arti sehingga mengoceh akan
dapat dipergunakan untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Bagi anak yang
tidak normal karena mengalami gangguan pendengaran (tuli) maupungangguan bicara
(bisu), maka ia akan mengalami kesulitan untuk mendengar kata-kata dan
kesulitan untuk menirunya.
4.
Mengikat
Suara-suara Bahasa
Setelah melaui
masa-masa menangis seorang bayi akan mengembangkan kemampuan untuk mengikat
stimulus eksternal seperti : tanda-tanda, kata-kata, kalimat-kalimat, ungkapan,
perasaan maupun prilaku yang di dengar, di lihat atau di rasakan dari
lingkungan hidupnya. Orang tua merupakan figur pertama yang menjadi pantauan,
telada, contoh maupun tokoh model yang ditiru (imitasi) oleh bayi. Orang tua
selalu dekat dan berinteraksi secara intnsif setiap hari dengan bayi. Oleh
karena itu bayi akan mengungkapkan suara-suara bahasa awal yang erta dengan
hubungannya dengan figur orang tuanya, seperti kata-kata ba, dan pa ma dan pa.
Kerana suara konsonan seperti “b” dan “p” dirasakan cukup berat bagi bayi, maka
bayi pada umunya akan mengungkapkan suara bahasa yang dianggap mudah dan
ringan. Bayi pun mengawali pekembangan bahasa dengan menggunakan konsonan dan
mengungkapkan suara. Setelah bayi memiliki pengalaman berbahasa awal maka bayi
pun akan mengembangkan kemampuann untuk mengungkapkan suara.
Pada usia 5 -6 bulan, seorang bayi
dapat mempelajari suara-suara dasar untik mengembangkan bahasa aslinya. Suara-
suara dasar yang sering kali digunakanuntuk berkomunikasi dengan orangtua akan
selalu di dengar dan di ingat dalam otaknya. Kemampuan ini aka di jadikan
sebagai modal untuk berinteraksi dengan orang tua maupun orang lain dimasa-masa
yang akan datang. Denga kemampuan ini seorang bayi akan mulai mengembangkan
kesadran diri, kemampuan diri, dan konsep diri. Pada usia 9-10 bulan dalam
masyarakat negara jepang seorang bayi kadang-kadang akan mengalami kehilangan
kemampuan untuk membedakan suara. Bayi akan mengalami kehilangn bayi dari
bahasanya yang pernah di ucapkan.
5. Bahasa Isyarat (Gesture)
Yang
dimakssud dengan bahasa isyarat adalah bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang lain melalui gerakan-gerakan isyarat, misalnya :
lambaian tangan seperti untuk menyatakan selamat tinggal orang tua,
menganggukan kepala sebagai ungkapan setuju, menggelengkan kepala menandakan ketidak
setujuan terhadap suatu hal. Namun demikianbahasa isyarat dapat bersimbolik
yang juga memiliki arti tertentu. Isalnya, menggerak-grakkan tangan ketika ada
air panas dala cangkir sebagai tanda bahwa air itu masih panas, atau
mengucapkan kata hah, hah sebagai ungkapan rasa pedas.
Kemampuan
bayi untuk mengembangkan gesture sebagai alat komunokasi dengan lingkungan
sosial harus di latih melalui stimulus yang berulang-ulang dari lingkungan
eksternal. Engan dtimulus eksternal seorang bayi akan memperoleh pengaruh kuat
dari orang tuanya, saudara-saudara kandung atau orang-orang yang berada dalam
lingkungan hidupnya. Melalui proses pelajaran sosial bayi akan selalui
mengamati, melihat, mendengar atau merasakan bahasa isyarat yang diungkapkan
orang tuanya. Bayi memang dikenal sebagai mahluk pembelajar aktif yang cerdas.
Oleh karena itu, berbagai gesture dari orang tua akan mudah di kenal dan
direspons yang sesuai dengan harapan lingkungan sosialnya.
Semula banyak
bayi yang tidak mampu membeakan bahasa isyarat yang diberikan dari berbagai
orang baik gesture maupun gesture orang asing yang belum di kenal bayi.
Bayi-bayi akan memberikan reaksi yang sama terhadap berbagai gesture. Sejalan
dengan perkembangan usianya bayi akan mudah membedakan gesture-gesture yang
disediakan dari lingkungan sosialnya. Bayi akan mudah membedakan mana gesture
yang diberikan orang tuanya dan mana gesture yang diberikan orang asing
kepadanya.
6.
Perkembangan
Kata-kata dan Kalimat Pertama
kata-kata
pertama ialah kata-kata lisan pertama yang di ucapkan oleh seorang anak setelah
mampu berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Kata-kata pertama
tersebut harus mengandung arti sesuai dengan konteknya. Misalnya : kata-kata
dada, mama, papa. Kadang-kadang ketika anak sedang mengucapkan kata-kata itu,
maka ia sambil menggerakkan tangan dan menunjukkan ke arah objek pembicaraan
yang dimaksud. Tujuan dari pelaku tersebut adalah untuk melaksanakan arti dari
kata-kata yang dimaksud atau bersangkutan.
Kata-kata
pertama merupakan cara seorang anak untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Hal ini merupakan proses perkembangan bahasa anak yang mempengaruhi oleh
kognitif dalam otaknya. Kematangan kognitif seorang anak ditandai dengan
kemampuan untuk merangkai susunan kata untuk berbicara dengan orang tua atau
orang lain. Kemampuan ini akan makin berkembang dengan baik apa bila anak
sering berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian anak
akan belajar dari lingkungan eksternalnya.
Tahap-tahap
Perkembangan Kaimat Anak
a) Periode
prelingual (Usia 0-1 Tahun)
Periode ini ialah suatu periode yang
ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh sebagai cara untuk berkomunikasi
kepada orang tuanya. Bayi hanya bersikap pasif untuk meniru stimulus tersebut.
Bayi dapat merespons positif terhadap oarang yang ramah dan memberi respons
negatif terhadap orang yang tidak ramah, sedangkan bayi akan menjerit, menangis
atau takut terhadap orang yang tidak ramah.
b) Periode
lingual Dini (1-,2, 5 Tahun)
Periode lingual dini yaitu suatu periode
perkembangan bahasa yang di tandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat
satu kata maupun kalimat dua kata dalam suatu percakapan dengan orang lain.
Periode lingual dini di bagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Periode
kalimat satu kata (holopharase) yaitu, kemampuan anak untuk membuat kalimat
yang hanya terdiri dari satu kata yang mengandung pengertian secara menyeluruh
dalam suatu pembicaraan.
2. Kalimat
dua kata yaitu, periode prkembangan
bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak dengan membuat kalimat dua kata
sebagai ungkapan berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa kalimat belum sempurna
karena tidak sesuai dengan susunan kalimat subjek, predikat, dan objek (S P O).
3. Dan
periode kalimat lebih dua kata (more word sentence) yaitu, periode perkembangan
bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat secara sempurna sesuia dengan
susunan S-P-O. Kemampuan ini mebuat anak berkomunikasi secara aktif dalam
percakapan dengan orang lain. Cara pandang anak suadah luas yaitu dapat
memahami pemikiran dan perasaan orang lain. Ahal ini akan mengurangi sifat
egois anak.
c) Periode
Diferensiasi (Usia 2,5-5 Tahun)
Periode diferensiasi
ialah suatu periode yang ditandai dengan kemampuan anak untuk menguasai bahasa
sesuai dengan hukum tata bahasa yang baik. Cara berkomunikasi denga orang lain
sudah menggunakan susuanan tata bahasa yang sempurna yaitu subkek, predikat, dan
objek (S-P-O).
7.
Kalimat,
Gramatikal dan Sintaksis
Pada umumnya kalimat
yang diucapkan oleh seorang anak terdiri dari kata benda (naon), kata kerja
(verb), dan kata sifat (adjedtive). Perpaduan dari kata-kata ini akan memiliki
arti yang dapat dimengerti oleh lingkungan soaialnya. Akan akan dapat
menyatakan sesuatu hal yang dilihatnya, seperti ditelevisi atau orang-orang
didalam lingkungan rumahnya.
Meskipun anak belum
dapat melakukan kemampuan untuk mengungkapkan kalimat secara sempurna namun hal
ini menandakan bahwa anak selalu berupaya untuk berkomunikasi dengan lingkungan
sekitarnya dengan baik. Pemberian stimulasi eksternal dari orang tua yang
memahami kondisi perkembangan anak maka akan meningkatkan optimalisasi
perkembangan potensi bahasa anak. Anak akan megalami peningkatan kuantitas kosa
kata, meningkatkan kemampuan logika bahsa, mampu untuk berdiskusi, mengajukan
argumentasi kepada orang lain dan sebagainya.
Pada perkembangan anak yang sudah
menginjak usia 20-30 bulan maka ia mulai mampu belajar menggunakan aturan
kata-kata yang di gunakan dalam kalimat. Misalnya, seperti kata depan, kata
bilangan, kata sambung. Dengan kemampuan tersebut maka anak akan mampu membuat
kalimat-kalimat secara jelas. Beberapa ungkapan kalimat yang biasa di katakan oleh
anak, antara lain : makan pisang (diucapkan makan icang).
8.
Karakteristik
Bahasa pada Anak-anak Usia Tiga Tahun Pertama
1. Sederhana
Kata-kata yang
diucapkan oleh anak bersifat sederhana, mudah dipahami dan pendek. Kata-kata
yang sederhana ini merupakan refleksi dari gambarankarakteristik lingkungan
hidupnya. Kesederhaan kalimat yang diucapkan oleh anak dipengaruhi oleh
struktur kematangan kognitifnya yang belum kompleks. Dalam pandangan ilmu
kedokteran neulogi taraf susuanan neoron dalam otak masih bersifat sederhana
dan jaringan struktur neuronya belum merapat. Meskipun anak mengucapakan
kalimat secra tak sempurna, tetapi pesan yang di sampaikan tetap jelas dan
mudah dimengerti oleh orang lain.
2. Memahami
Hubungan Gramatikal (Tata Bahasa), Walau Tidak Mampu Diucapkan Secara Lansung
sebenarnya anak dapat memehami susunan tata bahasa, akan tetapi belum mampu
menggunakan dalam bentuk kalimat yang sempurna. Pada masa prelingual, seorang
anak akan dapat menoceh. Pada periode lingual dini. (yang ditandai dengan kemampauan
anak membuat kalimat satu kata atau dua kata), anak belum mampu mengucapkan
kalimat secara sempurna. Susunan kata bahasa yang diperunakan oleh anak untuk
kalimat satu kata berpola subjek atau predikat atau obek.,asing-masing terpisah
dan belum mapu menggabugkan ketiganya. Misalnya : saya maksudnya adnak itu
sendiri, papa adalah papa dari anak tersebut, dan sebagainya. Susnan tata
bahasa yang dipergunakan masih berpola subjek-predikat (S-P) atau predikat
objek (P-O) untuk kalimat dua kata.
Misalnya : Anto makan, (maksudnya anto mau makan atau anto minta makan_. Namun
demikian, apa yag diucapakna oleh anak masih dapat dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (orang tuanya).
3. Memhami
arti kata-kata
Anak-anak usia 3 tahu
pertama engalami kesulitan untuk mengungkapkan kata-kata mauun kalimat yang
sistemitis, jelas artikulasi dan koprehensi. Karena anak belum memiliki
kematangan sistem syarat sehngga belum dapat mengatur organ-organ fisiologis
pada lidah, tenggorokan pharinc, pernafasan, agar dapat memahami secara tepat
dan benar, orang tua sering kali harus meminta anak untuk meminta anak untuk
mengulang beberapa kali. Namun bagi anak cukup memahami kata-kata dan kalimat
sderhana dari orang tua atau orang deawasa lainnya. Misalnya seorang ibu
meminta agar anaknya yang berusia 2,5 tahun mengambil sebuah botol kecil. Kata
ibunya : “ nak, ambilkan botol yang ada dilantai itu ! “. Mendengar permintaan
dari si ibu, seorang anak akan segera mengambil dan memberikan botol itu kepada
ibunya.
9.
Intervensi
Dini untuk Peningkatan dan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia 3 Tahun Pertama
Bahasa merupakan alat yang penting untuk
berkomunikasi bagi setiap oang. Seorang anak akan mengembangkan kemampuan
bergaul (sosial skill) dengan orang lain. Penguasaan ketrampilan bergaul dalam
lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Seorang anak
akan mudah menjalin pergaulan dengan orang lain bila anak msydah menguasai
kemampuan bahasanya dengan baik.
Masa anak usia 3 tahun pertama (first three years periods) termasuk
masa kritis (critical periods) yaitu masa yang paling tpat bagi orangtua untuk
memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat meningkatkan bahsa anak. Bila
kesempatan emas (goden age) ini tidak memperoleh rangsangan yang tepat, maka
perkembangan bahasa anak cenderung tidak maksimal. Sebaliknya bila kesempatan
ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan orangtua memberi rangsangan yan tepat,
maka masa kritis akan menghasilkan perkmbangan bahsa yang maksimal. Ada tiga
cara intevebsi yang dapat dilakukan oleh irangtua untuk mnembagkan kemampuan
pada aak usia 3 tahu pertama yaitu:
1. Mendongeng
bagi anak
Mendongeng ( spelling
story) ialah suatu tehnik untuk memberikan cerita kepada anak-anak. Mendongeng
mrupakan cara terbaik bagi orangtua untuk mrngkomunikasikan pean-[esan cerita
yang mengandung unsur etika, moral, maupun nilai-nilai agama. Selain dapat
bermanfaat untuk pengembangan kepribadian, ahklak maupun moral anak, mendongeng
juga dapat bermanfaat meningkatkan pengembngan bhasa anak. Sejak dini anak
memperoleh berbagai wawsan cerita yang memperkaya dan meningkatkan kemampuan
kognitif, memori, kecerdasan, imajinasi dan kretifitas bahasa, menurut
clarkestewart (1998) bahwa orang tua yang sering bercerita akn menumbuhkan
fantasi dan kreatifitas bahasa pada anak-anak. Anak-anak sudah terlatih untuk
menerima rangsangan luar yang dapat meningkatkan daya imajinasi, fantasi, dan
kretatifitas untuk bercerita. Salah satu contoh orang yang kretaif yang banyak
menghasilkan cerita-cerita anak adalah jean K. Rauling. Seorang penulis novel
Harry Poters. Sejak masa usia 3 tahun pertama, ia selalu memperoleh rangsangan
dari orangtua. Sebelum tidur, orang tua selalu membacakan buku-buku cerita
sehingga ia dapat mengingat dan menceritakan kembali isi cerita tersebut dengan
baik.
2. Bermain
sambil belajar dalam suasana informal
Dunia anak adalah dunia
bermain (the word of children is playing). Bemain merupakan aktifias yang
menyenangkan bagi setiap anak. Anak akan merasa bebas dan leluasa untuk
mengungkapkan kehendaknya tanpa ada tekanan dari siapapun. Dengan memahami
kahidupan anak, maka orangtua akan memanfaatkan kegiatan bermain untuk
mengembangkan dan meningkatkan kreatifitas bahasa anak. Orangtua dapat
enyediakan waktu untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan bermain anak.
Orangtua dapat memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan oleh anak
misalnya : kegitan madi, makan, tudur, menotontv dsb, caranay orangtua bercerit
sambul memandikan anak, memberi makana atau menonton tv bersama ank. Anak tidak
merasa sebagi suatu paksaan karean apa yang dilakukan oeleh orantua itu
ternyata mngandung unsur kegiatan belajar.
3. memberikan
penghargaan untuk keberhasilan anak yang menggunakn bahas denga baik
selain memberikan
rangsangan untuk menumbuh-kembangkan bahasa, orangtua juga perlu memberikan
penghargaan terhadap keberhasilan yang tela dicapai oleh anak. Penghargaan akan
mempengaruhu perilaku anak untuk mengulan-ulang kberhasilan tersebut sehingga
menjadi kebiasaan yang baik. Bentuk penghargaan yang diberikan orangtua dapat
berupa mainan, makanan, tetapi dapat juga kata-kata pujian. Anak merasa ba,
senang dan bahagia karena usahnya dihargain orangtuanya. Misalnya : anak dapat
menceritakan kembali isi cerita yang sudah dikatakan oleh orangtuanya. Kemudian
orang tuanya memberikan sebuah mainan yang lucu kepada anak tersebut.
Sebaliknya bagi anak yang belum berhasil dengan baik, maka orang tua tudak
perlu memberikan hukuman, kaena hukuman dapat berpengaruh buruk terhadap
perkembangan kemampuan bahasa anak. Orang tua perlu tetap memberi dukungan
secara terus menrus agar anak berusaha ubtuk menguasai bahasa yang diajarkana
oleh orang tuanya. Dukungan in sangat membantu bagi anak karean dirinya merasa dihargai, diterima dan
didorong untuk mencapai suatu keberhasilan, dengan demikian, anak terpacu
meraih prestasi dalam menguasai ketrempampilan bahasa.
BAB III
KESIMPULAN
Hasil
penelitian piaget menunjukkan bahwa cara anak berpikir dan mempelajari dunia
disekitar mereka ternyata begitu unik cara anak mempelajari
,mengingat,mendengar,dan mengamati dunia di sekitar mereka tidaklah
pasif,melainkan secara alamiah. Mereka memiliki rasa ingin tahu mengenai dunia
sekitar mereka dan secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka
memahami serta mengerti situasi di sekitar mereka.
Kognitif adalah salah satu ranah
dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi
intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal). Teori
kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif
berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang
datang kepada dirinya.
Bahasa
adalah bentuk komunikasi baik lisan tertulis atau tanda, yang didasarkan pada
sistem simbol. Semua bahasa manusia adalah generatif (diciptakan).
DAFTAR PUSTAKA
Drs, Dariyo
Agoes,Psi.2007.Psikologi Perkembangan.Jakarta:PT Refika Aditama
Dr.Taufik,M.Si.2012.Empati
Pendekatan Psikologi Sosial.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Pratisti
Wiwien Dinar.2007.Psikologi Anak Usia Dini.Surakarta:PT Macanan Jaya Cemerlang
Santrock
JohanW.2007.Psikologi Pendidikan Edisi 2.Jakarta:Kencana Prenada Media
Group
Toko Mesin Murah · Jual Mesin · Susu Listrik · Portal Belanja Mesin Makanan, Pertanian, Peternakan & UKM · CP 0852-576-888-55 / 0856-0828-5927
BalasHapus