MAKALAH “ BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI“




MAKALAH
 “ BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI“
Dosen Pengampu
GUSTIANA,SPd,M.Pd
DISUSUN OLEH :
Nama              :           ZAIDAH
Npm                :           1411070236
Fakultas         :           Tarbiyah
Jurusan          :           PGRA (D)






INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAl TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang , Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan taufiq dan innayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul : “ PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI“
Dalam makalah ini membahas tentang perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa pada anak usia dini, dan makalah ini ditulis oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas-tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan dengan mata kuliyah agar dapat menambah nilai dalam perkuliyahan kesehatan dan BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini, penulis telah mengerjakannya dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis sangat bengharap agar tugas pembuatan makalah ini dapat diterima dengan baik.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari bahwa isi maupun penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis tidak menutup kepada pembaca untuk memberikan segala bentuk kritikan atau saran yang bersifat membangun.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum wr.wb
                                                                                           Penulis

Bandar Lampung,  Juni 2015


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I  PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
B.     RUMUSAN MASALAH
C.     TUJUAN
BAB II  PEMBAHASAN
A.    PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI
B.     TEORI VYGOTSKY
C.     TEORI PEAGET
D.    PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI
E.     TEORI PERKEMBANGAN BAHASA VYGOTSKY
F.      PERKEMBANGAN BAHASA MENURUT CROW DAN CROW 1987

BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Seorang individu tentu menggunakan kemampuan kognitif untuk memecahkan suatu masalah dalam hidupnya. Berfikir, merenung, berkonsentrasi, mengingat, mempertimbangkan suatu keputusan merupakan jenis-jenis aktifitas yang melibatkan kapasitas kognitif. Karna itu, beberapa pentingnya dan kegunaan kemampuan kognutif untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan diri secara optimal. Dalam bahasan ini, kita akan diajak untuk mengetahui bagaimana perkembangan kognitif yang terjadi pada masa anak-anak awal.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berifat universal, artinya hampir tak ada seorang masuia didunia yang tak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Semua manusia dapat dipastikan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Beriap komunikasi sebagai kebutuhan dasar bagi setiap manusia, karena setiap manusia adalah mahkluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan sesamanya. Manusia selalu menyesuaikn diri dengan lingkungan sosial. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan tercapainya proses penyesuaina diri dengan lingkungan sosial secara memuaskan para ahli filsafat, antropologi, sosiologi, bahasa, psikologi sbg. Mengakui bahwa bahasa sebagai alat yang sangat efektif .


B.     RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian Kognitif ?
b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ?
c. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky  ?


C.        TUJUAN
1.      Agar dapat memahami cara mengembangkan potensi kognitif pada anak
2.      Agar dapat mengetahui pengaruh orangtua terhadap  perkembangan kognitif anak
3.      Agar dapat memahami dan menjelaskan mengenai tahap-tahap perkembangan kalimat anak
4.      Agar dapat memahami perkembangan awal bahasa pada anak usia tiga tahun pertama
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang dosen diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya dosen tersebut harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi perkuliahan, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai mahasiswa dan sebagainya. Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi). Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegasi prosesproses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial. Sedangkan Lev Vygotsky (1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anakanak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif

v  Teori Vygotsky
Lev Vygotsky ( 1896-1934 ) berpendapat bahwa perkembangan kognitif  dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi sosial yang hamba. Vygotsky adalah pengagum piaget. Walaupun setuju dengan piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berfikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri.  Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan pada bagai mana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.

Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat didalam perkembangan kognitif berbeda dengan gambaran piaget tentang anak sebagai ilmuan kecil yang kesepian. Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusat perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi menyal yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.

Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak –anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistemais, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli.

1.      Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona perkembangan proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana anatara apakah seorng anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantun orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki aak yang bekerja secara mandiri. Batas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitik beratkan ZPD pada interaksi sosial akan memudahkan perkembangan anak.

2.      Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingakat dukungan Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan slama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingakat kemampuan anak. Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan sistematis, logis dan rasioanal.

3.      Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak mengubah pembicaran bukn sj untuk komunikasi sosial. Tetapi juga untuk membantu mereka untuk menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa untuk merencanakan, bimbingan, dan memonitor prilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpish dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikai dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.

Ada tiga klaim dalam inti pandangan Vygotsky (Tapan, 1998):
1)      Kelahiran kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara development.
2)      Kemampuan kognitif dieminisasikan dengan kat, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentranspormasikan aktivitas mental
3)      Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan di pengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
Menurut Vygotsky menggunakan penekatan development berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal-usulnya dan transpormasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Jadi, tindakan mental tertentu seperti menggunakan “ucapan batin” (inner speach) tidak bisa dilihat secara tersendiri tetapi harus di evaluaasisebagai satu langkah suatu proses perkembangan bertahap.
Klaim kedua Vygotsky, yakni untuk memahami fungsi kognitif kita harus memeriksa alat yang memperentarai dan membentuknya, membuat Vygotsky percaya bahwa bahasanya adalah alat yang paling penting (Robbin, 2001). Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak awal (early chillhood). Bahasa mulai di gunakan sebagai lat yang membantu anak untuk merencang aktivitas dan memecahkan problem.
Kalim ketiga Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kultur. Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural (Holland, dkk.,2001). Dia percaya bahwa perkembangan memori, perhatian, dan nalar melibatkan pembelajaran untuk menggunakan komputer, dikultur lain, ini nmungkin berupa pembelajaran berhitung dengan menggunakan batu atau jari.
Dalam ketiga klaim dasar ini Vygotsky menggunakan gagasan yang unik dan kuat tentang hubungan antara pembeljrn dan perkembangan. Ide ini secara khusus merefleksikan pandangannya bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi sosial. Salah satu ide unik Vygotsky adalah konsepnya tentang zone proximal development.
Zona proximal development (ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk serangakain tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Jadi batas bawah dari ZPD adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan oleh anak seorang diri. Batas atasnya adalah tigkat tanggung jawab atau tugs tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan dari instruktur yang mampu penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya akan arti penting dari bagan kognitif anak.
Vygotsky (1987) memberi contoh cara menilai ZPD pada anak. Misalnya, berdasarkan tes kecerdasan, usia mental dari dua orang anak adalah delapan tahun. Menurut Vygotsky kita tidak bisa berhenti sampai disini saja. ZPD melibatkan kemampuan kognitif anak yang berada dalam proses pendewasaan dan tingkat kinerja mereka dengan bantuan orang yang lebih ahli. Salah satu aplikasi konsep zone off proximal delovment Vygotsky adalah tutoring tatap muka yang diberikan guru diselandia baru dalam program Reading Recovery.
Scaffolding sangat erat kaitannya dengan zone promaximal devlopment adalah sebuah tehnik untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran orang yang lebih ahli (guru atau murid yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level kinerja murid yang telah dicapai. Dialog adalah alat penting dalam tehnik ZPD . vygotsky menganggap anak punya konsep yang kaya tetapi yang lebih sistematis, logis dan rasional yang dimiliki oleh orang yang lebih pandai atau mengetahui.



v  Teori Jean Peaget
Teori perkembangan kognitif Jean Peaget ( 11896-1980 ) membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seorang mempersepsikan ingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seorang memperoleh cara baru mempresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan kedalam konstruktivisme, yang berarti tidak seperti teori nativisme ( yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemapuan bawaan ), Piaget berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan  yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Piaget berfikir sebagaimana tubuh fisik kita memiliki strktur yang memampukan kita beradaptasi dengan dunia.

Kognitif adalah salah satu ranah dalam toksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan ( knowledge ), pemahaman ( evaluation ), penerapan ( aplication ), analisa (analysis ), sintesa (sinthesis ), avaluasi ( evaliation ). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengmbangkan kemaampuan rasional ( akal ). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan prilaku yang wujudnya dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaaga pendiik misalnya. Seoranng dosen diharuskan memiliki kompotensi bidang kognitif. Artinya dosen tersebut memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi perkuliyahan, pengetahuan mengenai mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

Jean Piaget ( 896-1980 ), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dlam pandangan Piaget, terdapat dua prose yang mendasari perkemian  bangan dunia individu, yaitu pengorganisasian danpeyesuaian (adaptasi). Kecendrungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecendrungan bawan setiap organisme untuk mengintegrasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecebdrungan bawaan setiap organisme untuk menyesuaikan diri dengan linkungan dan keadaan social.

Menurut Piaget perkembangan kognitif mempunyai empat aspek. Yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengauh yang memperoleh dalam hubungannya dengan lingkungansosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mampertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

a.       Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperolrh manfaat secara maksimal dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlnung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan linhkungan dan kegiatan belajar sendiri.

b.      Pengalaman
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

c.       Ineraksi Sosial
Lingkingan sosial ternasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memicu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.


d.      Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri ( ekuilibrasi ), mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial, pengalamn pekembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.

Ekuilibrasi (equilibration) adalah suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget untuk menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya. Pergeeran ini terjadi saat anak mengalami konflik kognitif  atau disekuilibrium dalam usahanya memahami dunia. Pada akhirnya, anak memecahkan konflik ini dan mendaapatkan keseimbanngan atau ekuilibrium pemikiran. Piaget percaya bahwa ada gerakan kuat anatara keadaan ekuilibrium kognitif dan disekuilibrium saat asimilasi dan akomodasi bekerja sama dalam menghasilkan perubahan kognitif. Misalnya, jika anak percaya bahwa jumlah benda cair berubah karena ia diuangkan kedalam wadah yang bentuknya berbeda (dari wadah yang bentuknya pendek dan lebar ke wadah yang berbentuk tinggi dan sempit), anak itu mungkin akan kebingungan untuk menjawab pertanyaan di mana cairan “ekstra” itu muncul dan apakah memang benar-benar ada penambahan cairan. Anak itu akhirnya akan memecahkan kebingungannya ini saat pemikirannya semakin maju. Dalam kehidupan sehari-hari, anak terus-menerus menghadapi kasusu yang berlawanan dn keidak konsistenan.

Dalam piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan menggunakan kema untuk menjelaskan hal-haal yang mereka alami. Skema adalah strukrur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk beradaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini sexara intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggunga jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:

1.      Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru kedalam skema yang sudah ada. Prose ini bersifat subjektif, karena seorang akan cenderumg memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk kedalam skema yang sudah ada sebelumnya. Anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema.

2.      Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudaha ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi penukaran skema yang baru sama sekali.

Misalkan gadis berumur delapan tahun yang diberi palu dan paku untuk menggantung sebuah gambar di dinding. Dia belum pernah menggunakan palu, tetapi dengan mengamati cara orang lain menggunakan palumaka dia mengetahui bahwapalu adalah benda yang harus dipegang dibagian gagang bawah, diayunkan untuk memukul paku, dan biasanya dipikulkan berkali-kali ke paku itu. Setelah mengetahui hal ini dia akan memasukkan pengetahuan ini ke dalam skema yang sudah di milikinya ( asimilasi ). Tetapi palu itu berat, sehingga ia memegangnya di bagian atas. Dia memukul terlalu keras sehingga pakunya bengkok dan karenanya dia harus menyesuaikan tekanan pukulannya. Penyesuaian ini mencerminkan kemampuan untuk mengubah sedikit pemahamannya tenyang dunia ( akomodasi ).

Piaget juga mengatakan bahwa untuk memahami dunianya, anak-anak secara kognitif mengorganisasikan pengalaman mereka. Organisasi adalah konsep piaget yang berarti usaha mengelompokkan prilaku yang terpisah-pisah ke dalam urutan yang lebih teratur, kedalam sistem fungsi kognitif. Setiap level pemikiran  akan diorganisasikan. Perbaikan terus-menerus terhadap organisasi ini adalah bagian inteheren dari perkembangan. Anak-anak yang hanya punya gagasan samar tentang menggunkan palu mungkin juga punya gagasan kabur tentang cara menggunakan setiap alat, anak-anak harus mengkait-kaitkan penggunaan ini atau mengorganisasikan pengetahuannya, agar mereka mengetahui keahliannya menggunakan alat tersebut. Dengan cara yang sama, anak-anak terus mengintegrasikan dan mengoordinasikan banyak cabang pengetahuan lainnya yang sring kali berkembang secara independen. Organisasi terjadi di dalam tahap perkembangan.

Piaget memmbagi perkembangan kognitif anak ke empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1)      Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, diperoleh melalui fisik ( gerakan anggota tubuh ) dan sensori ( koordinasi alat indara ). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha unyk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghilang dari pandangannya, asal perpindahannya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bial benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersmaan dengan itu konsep dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mualai mampu untuk melambungkan objek fiik kedalam syimbol-syimbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kenderaan, suara binatang dll.

Tahap ini yang berlansung sejak kelahiran samapai sekitar usia  dua tahun, adalah tahap piaget pertama. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indra (sesory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motor ( otot ) mereka ( menggapai, menyentuh ) dn karenanya diistilahkan sebagai sensorimotor. Pada awal tahap ini, bayi memprlihatkan tak lebih dari pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia. Menjelang akhir tahap ini, bayi menunjukkan pola sensorimotor yang lebih kompleks.

Piaget percaya bahwa pencapaian kognitif penting di usia bayi adalah objek permanence. Ini berarti pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis dan bahkan ketika objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar atau di sentuh. Pencapaian kedua adalah realisi bertahap bahwa dan perbedaan atau batas antara diri dan lingkungan sekitar. Bayangkan seperti apa pikiran anda jika anda tidak dapat membedakan antara diri anda dengan lingkungan anda. Pemikiran anda akan kacau, tak beraturan, dan tak bisa diprdiksi. Menuut Piaget seperti inilah kehidupan mental pada bayi yang baru saja lahir. Jabang bayi tidak bisa membedakan antara dirinya dan duniany dn tidak punya pemahaman tentang kepermanenan objek. Menjelang ahir periode sensorimotor, anak bisa membedakan antara dirinya dan dunia sekitarnya dan menyadari bahwa  objek tetap ada dari waktu ke waktu.

2)      Periode pra-operasional ( usia 2-7 tahun )
Tahap ini adalah tahap untuk mengorganisasikan operasi konkrit. Pada pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit dari pada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-objek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakannya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada dalam tahap pra operasional belum memahami konsep kelakuan ( convervation ), yaitu kekelan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, ciri-ciri pada anak. Pada tahap ini belum memahami dan belum dpat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.

Tahap ini adalah tahap piaget ke dua. Tahap ini berlansung kurang lebih dari usia dua tahun samapai tujuh tahun. Intinya adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis ketimbang pada tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Namun, tahap ini lebih bersufat egosentris dan intuatif ketimbang logis.

Pemikiran pra-operasional bisa di bagi menjadi dua subtahap: fungsi simbolis dan pemikiran intuatif. Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil secara mental mulai bisa mempresentasikan objek yang tak hadir. Ini memperluas mental anak hingga mencakup dimensi-dimensi baru. Penggunaan bahasa yang mualai berkembang dan kemunculan sikapa bermain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis dalam subtahap ini. Anak kecil mulai mencoret-oret gambar orang rumah, mobil, awan, dan banyak benda lain dari dunia ini. Mungkin karena anak kecil tidak begitu peduli pada realitas, gambar mereka tampak aneh dan tamapak khayal. Dalam imajinasi mereka, matahari warnannya biru, langit berwarna hijau, dan mobil melayang di awan. Simbolisme ini sederhana tetapi kuat, tidak berbeda dengan lukisan abstrak di dalam seni lukis moderent. Seperti di katakan seniman Spanyol terken Pablo picasso, “saya pernah menggambarkan seperi raphael, tetapi saya buth waktu seumur hiddup untuk menggambarkan seperti ank kecil “. Seorang anak berumur tiga setengah tahun melihat gambar yang baru saja di buatnya, kemudian dia mengatakan bahwa itu adalah gambar burung kuntul mencium anjing laut. Di usia sekolah dasar, lukisan anak menjadi semakin realitas, rapi, dan persis. Matahari berwarna kuning, langit berwarna biru, dan mobil berada di jalanan.

Meskipun anak kecil membuat kemajuan di subtahap ini, pemikiran pra-operasional masih mengandung dua keterbatasan: egosentris dan animisme. Ego-sentris adalah ketidak mampuan untuk membedakan antara perspekitf milik sendiri dengan perspektif orang lain. Interaksi telefon anatara Marry yang berusia empat tahun, yang berada di rumah, dengan ayahnya, yang berada di kantor, menunjukkan pemikiran egosentris.
            Ayah: marry, ibu ada dirumah?
            Marry: (diam tetapi menganggukkan kepala)
            Ayah: marry, apa aku bisa bicara dengan ibu?
            Marry: (mengangguk lagi tetapi tetap diam)

Jawaban Marry bersifat egosentris karena dia tidak mempertimbangkan perspektif Ayahnya; dia tidak menyadari bahwa ayahnya tidak dapat melihat dirinya menganggukkan kepala.
Misalnya ,percakapan ani seorang anak perempuan berusia 4 tahun yang sedang mengamati matahari dengan ibunya seperi berikut.
Ica : “bu..matahari kok adanya Cuma siang,kalo malem enggak kelihatan.apa dia juga seperti kita kalau mala,terus bangun kalau siang.?
Ibu : “tidak nak karena matahari mengelilingi bumi”
Ica : “tapi kata mbok,matahari kalo malam dimakan naga”
Ibu : “bukan nak .mbok itu salah”
Ica : “ohh...begitu”
Keesoakan harinya ica kembali menemui ibunya dan bertanya
Ica : “bu aku udah muter-muter bumi ini kok enggak bersianar seperti marahari ya.?”
(sambil menunjukkan bola dunia yang ia pegang”)

Percakan sederhana tersebut memperlihatkan bagaimana seorang anak berusia 4 tahun mencoba memahami gejala alam yang ada disekitarnya.untuk mengetahui rasa ingin tahu mengenai gejala tersebut,ia aktif mengajukan pertanyaan pada orang lain disekitar yang dianggap lebih tahu,melakukan percobaan dan mengamati efek yang muncul akibat percobaan yang anak tersebut lakukan.

Piaget dan Babel Inhelder (1969) mempelajari egosentrisme anak dengan suatu gambaran, contohnya memberikan gambar tiga tugas gunung. Dan anak memandang perspektif dengan berbeda-beda.
Animisme juga merupakan iri dari pemikiran pra-operasional. Animisme adalah kepercayaan bahwa objek tak bernyawa punya kualitas “kehidupan” dan bisa bergerak. Seorang anak kecil mungkin menunjukkan animisme ini dengan mengatakan, “pohon itu mendorong daun dan membuatnya gugur” atau “trotoar itu membuatnya gila. Trotoar itu membuat ku jatuh”.

Perubahan kognitif lebih lanjut yang terjadi dalam tahap pra-operasional subtahap pemikiran intuitif adalah subtahap kedua dalam pemikiran pra-operasional, dimulai ssekitar usia empat tahun sampai usia tujuh tahun. Pada subtahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Piaget menyebutkan tahap ini sebagai “intuitif” karena anak-anak tampak merasa yakin terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak menyadari bagaimana mereka mengetahui apa-apa yang mereka ketahui. Artinya, mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa meggunakan pemikiran rasional.

Satu contoh keterbatasan kemamuan penalaran (reasoning) anak adalah mereka sulit menempatkan benda atau sesuatu ke dalam kategori yang pas. Bayak contoh-contoh tahap pra-operasional ini menunjukkan karakteristik pemikiran yang disebut centration, yakni pemfokusan (atau pemusatan) perhatian pada suatu karakteristik dengan mengabaikan karakteristik lainnya. Centration tamapak jelas dalam kurangnya conservation dari anak tahap pra-operasional.

“konservasi) yang dimaksud disini adalah ide bahwa beberapa karakteristik dari objek itu tetap sama meski objek itu berbeda penampilannya. Misalnya orang dewasa tahu bahwa volume air akan tetap sama meski dia dimasukkan kedalam wadah yang bentuknya berlainan.

Menurut piaget, kegagalan anak tugas converaton untuk kasus ini menunjukkan bahwa anak berada dalam tahap pemikiran pra-operasional. Apa bila anak berhasil menjawab bertanyaan dengan benar maka anak telah berada dalam pemikiran operasional konkret.
Menurut Piaget, anak pada tahap pra-operasional juga tidak bisa
melkukan apa yang di sebutnya sebagai “operasi” (operation). Dalam teori Piaget operasi adalah representasi mental yang dapat dibalik (reversible) seperti dalam percobaan. Anak prasekolah biasanya kesulitan untuk memahami bahwa membalikkan suatu tindakan akan menghasilkan kondisi awal dari tindakan tersebut.

Karakterisik lain dari anak pra-operasional adalah mereka suka mengajukan banyak pertanyaan pada umur mulai dari tiga tahun. Dan muali usia lima tahun anak-anak mulai membuat orang tuanya kesal karena anak sering mengajukan pertanyaan “mengapa”. Dengan pertanyaan ini nak mulai mengunculkan minat rasa ingin tahu mengapa sesuatu itu terjadi. Berikut contoh dari pertayaan anak usia empat tahun samapi enam tahun :
      Apa yang membuat mu tumbuh besar?
      Apa yang membuat mu berhenti tumbuh?
      Siapakah ibunya saat etiap orang masih bayi?
Mengapa daun itu gugur?
Mengapa matahari bersinar?




3.      Periode operasional konkrit ( usia 7-11 tahun )
Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklafikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukp matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini ( karena itu diseebut tahap operasional konkrit ). Namun tanpa objek fisik dihadapan mereka, anak-anak padda tahap ini masih mengalami kesulitan besar dlm menyelesaikan tugas-tugas logika.

Tahap operasional ini adalah tahap perkembangan kognitif Piagetian ketiga, mulai dari sekitar umur tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif tetapi hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak.

Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa membalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi onkret bisa membuat anak mengkoordinasikan beberapa karakteristik, jadi bukan fokus pada suatu kualitas objek. Pada level operasional konkret, anak-anak secara mental bisa melakukan sesuatu sebelumya hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikan operasi konkret ini. Misalnya, untuk menguji kemampuan consrvation persoalan, anak diberi lempung berbentuk bola dengan ukuran sama. Penelitian mengubah salah satu bola lempung menjadi bentuk panjang dan ramping. Anak itu ditanya mana lempung yang lebih banyak, yang berbentuk bola atau yang berbentuk panjang. Jika anak itu erusia tujuh atau delapan tahun, besar kemungkinan mereka akan menjawab bahwa jumlah lempung dalam kedua bentuk adalah sama. Untuk menjawab problm ini dengan benar, si anak harus membayangkan bahwa bola lempung bisa direms-remas dibentuk ulang menjadi bentuk panjang dan bisa dijadikan bentuk bola lagi.

Kemampuan tahap operasional konkret penting adalah pengklasifikasian atau membagi sesuatu  menjadi sub yang berbeda-beda dan memahami hubungannya. Penalaran terhadap pohon keluarga yang trdiri dari empat generasi mengungkapkan kemampuan operasional konkret anak (Furth & Wachs, 1975).

Beberapa percobaan Piagetin disebut seriation yakni operasi konkret yang melibatkn stimulti pengurutan disepanjang dimensi kuantitatif (seperti panjang). Kesalahan yang mereka lakukan adalah mengurutkan pada bagian sejajar pada bagian atas tapi tidak memerhatikan bagian bawahnya. Pemikirn secara operasional konkret secara bersamaan memahami bahwa setiap batang harus lebih panjang ketimbang batang sebelumnya atau batang sesudahnya harus lebih pendek dari sebelumnya.

Aspek lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas adalah transitivi ini adalah kemampuan untuk mengombinasikan hubungan seacara logis untuk memahami kesimpulan tertentu.


4.      Periode operasional formal ( usia 11 tahun sampai dewasa )
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau pristiwa secara lansung. Penalaran terjadi secara struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan diantara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.

Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proes belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap peoperasional, dan akan berbeda pila dengan mereka yang sudah berada pada operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seorang akan semakin tertur dan semakin abstrak cara berfikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksannakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.

Tahap operasional formal ini adalah tahap keempat menurut teori Piaget dan thap kognitif terahir. Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman diluar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis,  dan problem verbal. Pemikiran operasioanal konkret perlu melihat elemen konkret A, B, dan C untuk menarik kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C, maka A = C. Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walau problem ini hanya disajikan secara verbal.

Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga punya kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemunhkinan-kemungkinan. Pada tahap ini remaja mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan orang lain. Pemikiran ideal ini menjadi fantasi atau khayalan. Banyak remaja tak sabar terhadap cita-cita mereka sendiri. Meraka juga tidak sabar menghadapi problem untuk mewujudkan cita-citanya. Saat remaja berfikir secara lebih abstrak dan idealis, pada saat yang sama mereka juga mulai berfikir secara lebih logis. Sebagai pemikir operasional formal, mereka juga mulai irip ilmuan. Mereka mulai menyusun rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusinya. Istilah Piaget “penalaran hipotesis-deduktif“ ( hyphothetical-deductive reasoning ) mengandung konsep bahwa remaja dapat menyusun hepotesis (dugaan baik) tentang cara untuk memecahkan problem dan mencapai kesimpulan secara sistematis.
Jadi, pemikir operasional formal menguji hipotesis mereka dengan menggunalkan pertanyaan dan pengujian yang cermat. Sebaliknya, pemikir operasional konkrit sering juga gagal memahami hubungan antara hipotesis dengan pengujiannya dan terus-menerus berpegang pada ide yang sudah di tinggalkan.

Sebentuk egosentrisme juga muncul pada remaja (Elkind, 1978). Egosentrisme masa remaja (adolescon egosentrism) adalah kesadaran diri yang tinggi yang tercermin dalam keyakinan remaja bahwa orang alin juga tertarik pada dirinya sebagaimana dia tertarik pada dirinya sendiri. Egosentris juga mencakup perasaan bahwa dirinya adalah unik atau berbeda dari orang lain. Ia ingin dilihat, diperhatikan, dan terkenal.

Egosentrisme adalah kejadian yang normal dalam perasaan remaja, dan lebih sering terjadi pada masa sekolahmenengah
pertama ketimbang masa sekolah menengah atas. Akan tetapi bagi beberapa indivu, egosentrisme remaja bisa menimbulkan prilaku nrkat, termasuk pemikiran bunuh diri, menyalah gunakan obat terlarang, dan melakukan seks bebas tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Egosentris (egocentrity) membuat beberapa remaja berfikir bhwa mereka tak terkalahkan.


A.    PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI


Ø  TEORI PERKEMBANGAN BAHASA VYGOTSKY
Renungkan betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan murid dan guru.Mereka perlu bahasa untuk saling berbicara ,mendengar,membaca,dan menulis.mereka perlu bahasa untuk mendeskripsikan masa lalu secara detail dan merencanakan masa depan.Seperti telah anda pelajari,menurut vygotsky,bahasa memainkan peran utama dalam perkembangan kognitif anak.
Bahasa adalah bentuk komunikasi ,entah itu lisan ,tertulis atau tanda,yang didasarkan pada sistem simbol.Semua bahas amanusia adalah generatif (diciptakan).Penciptaan tidak terbatas adalah kemampuan untuk memproduksi sejumlah kalimat tak terbatas yang bermakna dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan .kualitas ini membuat bahasa merupakan kegiatan yang sangat kreatif .Semua bahasa manusia juga mengikuti aturan fonologi ,morfologi ,sintaksis,semantik,dan pragmatis.Bahasa yang diucapkan terdiri dari suara ,atau fonem.contoh fonem dalam bahasa inggris adalah /k/,suara yang direpresentasikan dengan huruf k dalam kata ski,huruf c dalam cat,dan huruf ch dalam christmas.
Morfologi adalah aturan untuk mengombinasikan morfem,yang merupakan rangkaian suara yang merupakan satuan terkecil. Setiap kata dalam bahasa inggris terdiri dari satuatau dua morfon. Sintaksis adalah cara kata di kombinasikan untuk membentuk perfara dan kalimat yang bisa di terima. Jika seseorang berkakata dengan anda’Bob di pukul oleh Tom’ maka anda tau siapa yang memukul dan siapa yang di pukul karena anda memahami struktur kalimat tersebut. Semantik adalah makna dari kata atau kalimat. Setiap kata mempunyai ciri semantik. Misalnya, gadis dan wanita punya makna semantik yang sama, yakni manusia berjenis kelami perempuan, tetapi berbeda pada umunnya. (Townsedt & Bever 2001).
Menurut Vygotsky, bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan batiniah tidak terdengar lagi.

Ø  PERKEMBANGAN BAHASA MENURUT CROW DAN CROW 1987
Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tampa bahasa,komunikasi tidak dapat di lakukan dengan baik dan interaksi sosialpun tidak akan pernah terjadi. Karena tanpa bahasa, siapapun tidak akan dapat mengeksrpisikan diri untuk menyaipakan kepada orang lain oleh karena itu, crow mengatakan adalah alat eksrpesi bagi manusia. Via bahasalah manusia dapat mengorganisasikan bentuk-bentuk espresinya dalam kehidu[an sosial di masyarakat.


Perkembangan bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan – ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling tepat dan paling sederhana ( Tarigan, 1986 : 243 ). Proses perkembangan bahasa dijelaskan melalui dua pendekatan.
a.Navistik : struktur bahasa telah ditentukan secara biologik sejak lahir
( tarigan,1986 :257 )
Empiris : kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam berinteraksi dengan lingkungan ( orang dewasa yang berbahasa )
 Tahap –  tahap Perkembangan
Perkembangan bahasa sebagai aspek universal berlangsung dalam suatu pola yang bertahap :
1.      Tahap Pralinguistik : perkembangan permulaan bahasa yang dimulai sejak usia mulai 3 bulan. Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif.
2.      Tahap Halofrastik : pada usia sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata – katanya pertama.contoh : “kursi “.
3.       Tahap kalimat dua kata : anak mulai lebih banyak kemungkinan untuk menyatakan maksud dan berkomunikasi dengan kalimat dua kata .contoh “ kucing papa “.
4.      Tahap perkembangan tata bahasa : berkisar antara 2 – 5 tahun, anak mulai mengembangkan sejumlah sarana tata bahasa, panjang kalimat bertambah, ucapan yang dihasilkan semakin kompleks.
5.      Tahap perkembangan tata bahasa menjelang dewasa  : berkisar 5 – 10 tahun, anak mulai mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih rumit.
6.      Tahap kompetensi lengkap : berkisar 11 tahun sampai dewasa,anak semakin lancar dan fasih  dalam berkomunikasi dengan bahasa.

a.       Kemampuan Berbahasa dan Berpikir
Berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya respon ( Morgan 1989 :228 ).
Dalam aktivitas berpikir di dalamnya melibatkan bahasa.Berpikir merupakan percakapan dalam hati.Bahasa merupakan alat untuk berpikir mengekspresiakn hasil pemikiran tersebut.Jadi berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas bersamaan.Faktor yang paling berperan adalah faktor kognisi.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi  Perkembangan Bahasa
a.         Faktor Biologis
Kemampuan kodrati atau alami yang memungkinkannya menguasai bahasa.Potensi alam ini bekerja secara otomatis.
b.       Faktor lingkungan
Lingkungan yang kaya dengan kemampuan bahasanya akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi berkembangnya bahasa individu yang tinggal di dalamnya.




Implikasi dalam Pembelajaran
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, di antaranya adalah :
a.         Mengupayakan lingkungan yang dapat memberikan kesempatan selua luasnya bagi perkembangan bahasa secara optimal.Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat perlu dikembangkan menjadi lingkungan yang dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar, berlatih, dan mengembangkan kemampuan bahasa.
b.         Pengenalan sejak dini terhadap lingkungan yang memiliki variasi  kemampuan bahasa pada anak sangat diperlukan untuk memacu perkembangan bahasa.
c.       Mengembangkan strategi untuk mempermudah penguasaan bahasa. Antara lain: cara untuk memudahkan mengingat, meniru, mengalami langsung dan bermain.

Bahasa adalah bentuk komunikasi baik lisan tertulis atau tanda, yang didasarkan pada sistem simbol. Semua bahasa manusia adalah generatif (diciptakan). Penciptaan tidak terbatas adalah kemampuan untuk memproduksi sejumlah kalimat tak terbatas yag bermakna dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan. Kualitas ini membuat bahasa merupakan kgiatan yang sangat kreatif.semua bahasa manusia juga mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaksis, simantik, dan fragmatis. Bahasa yang di ucapkan terdiri dari suara, atau fonem. Contoh fonem dalam bahasa inggris adalah /k/, suara yang mempresentasikan dengan huruf k dalam kata ski, huruf c dalam cat, dan huruf ch dalam chirmas.

Fonologi adalah sistem bahasa suara. Aturan fonologi mengizinkan beberapa sekuensi suara  (seperti sp, ba, atau ar) dan melarang yang lainnya (seperti zx atau qp). Untuk mempelajari fonologi bahasa, anak harus mempelajari kandungan suaranya dan urutan suaranya yang diperbolehkan, yang sangat penting untuk kegiatan membaca nantinya (Oler, 2002).

Morfologi adalah aturan untuk mengkombinasikan morfem, yang merupakan rangkaian suara yang merupakan kesatuan bahasa terkecil. Seiap kata dalam bahasa ingris terdiri dari satu atau dua morfem. Beberapa kata terdiri dari satu morfem (seperti help). Yang lainnya terdiri dari dua atau lebih morfem (seperti helper, yang mengandung dua morfem, help + er, meskipun bukan stau kata, morfem er berarti “orang yang” atau pelaku-dalam kasus ini” orang yang memberi bantuan”). Sebagaimana atura yang mengatur fonem memastikan urutan suara tertentu terjadi, aturan yang mengatur morfem memastikan bahwa serangkaian suara tertentu terjai dalam urutan tertentu lainnya (van der lely& Ulman, 2001). Misalnya, kita tidak bisa menyusun kembali helper menjadi ehelp dan kita tidak bisa bicara tentang undog atau tentang desking.

Sintaksis adalah cara kata dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang bisa diteima. Jika seseorang berkata pada anda, “bob dipukul oleh tom.” Maka anda tau siapa yang memukul dan siapa yang di pukul karena anda memahami struktur kalimat tersebut. Konsep “ siapa melakukan apa kepada siapa” adalah tipe penting dari informasi sintaksis. Anda juga memahami bahwa kalimat you didn’t stay,did you? Adalah kalimat gramatikal, tetapi you didn’t saty, didn’t you? Adalah bukan.

Semantik adalah makna dari kata atau kalimat. Setiap kata pnta ciri semantik. Misalna, gadis dan wanita punya makna semantik yang sama, yakni manusia berjenis kelamin oerempuan, tetapi berbeda dalam makna umurnya. Kata punya batasan semantik pada bagaimana mereka dapat dinggunakan dalam kalimat (townsend & Bever, 2001). Kalimat “sepeda berbicara kepada si anak untuk membelikannya pemen” secara sintaksis benar, tetapi secara semantik salah. Kalimat ini bertentangan dengan pengetahun semantik kita, yakni sepeda tidak bisa berbicara.

Prakmatis adalah penggunaan percakapan yang tepat. Ini melibatkan pengetahuan tentang konteks apa yang dikatakan dan kepada siapa serata bagaimana mengatakannnya (Nakamura, 2001). Misalnya, pragmatis dilakukan ketika anak-anak belajar membedakan antara bahasa opan dengan bahasa kasar, dan ketika merekabelajar untuk menceritakan lelucon sedemikian rupa sehingga menjadi lucu.









Pengaruh Biologis dan Lingkungan

Bukti paling kuat untukbasis biologis adalah bahwa anak-anak disuruh dunia mencapai titk penting dalam berbahasa pada saat yang hampir bersamaandalam perkembangan mereka, dan dengan urutan yang hampir sam, meskipun ada banyak variasi dalam input bahasa yang mereka terima. Misalnya, dibeberapa kultur, orang dewasa tak pernah bicara dengan bayi dibawah umur satu tahun, tetapi bayi ini tetap menerima masukan bahasa.
Anak juga bervariasi dalam penguasaan bahasa dengan cara yang tidak dapat dijelaskan melalui kerangka lingkungan saja. (hoff, 2001). Misalnya, peneliti bahasa Roger Brown (1973) mencari bukti bahwa orang tua mendorong anak untuk bebicara sesuai kaidah tata bahasa (gramatikal). Dia menemukan bahwa ketika orang ta memberikan senyum dan pujian kepada anak bila anak bebicara secara gramatiakl. Dari pengamatan ini, Brown menyimpulkan bahwa prose yang terjadi dalam diri anak lebih besar pengaruhnya ketimbang input dari lungkungan.

Namun, anak jelas tidak belajar bahasa secara terpisah dari lingkungan sosialnya. Banyak variasi terjadi dalam perkembangan bahasa ketika pengasuh anak berbeda secara ssubtansial dalam gaya mereka dalam memberikan input. Dalam sisi lain lingkungan berpwran signifikan dalam perkembangan bahasa, terutama dalam penguasaan kosakata. Misalnya, salah satu studi, saat anak berusia tiga tahun, anak yang tinggal dalam keluarga miskin menunjukkan kekurangan kosakata, jika dibandingkan dengan anak yang dari keluarga menengah atas, dan defisit ini terus tampak saat mereka masuk sekolah pada usia enam tahun (farkas, 2001).

Perkembagan bahasa anak-anak tak hanya dipengaruhi oleh faktof biologis saja, atau faktor sosial. Selama apa pun anda berbicara dengan anjing, si anjing tidak akan berbicara, karena ia tidak punya kapasitas biologis untuk berbahasa sebagaimana yang dimiliki manusia. Sayangnya ada beberapa anak tidak bisa mengembangkan ahlinya berbahasa yang baik meski sudah berinteraksi dan punya model peran yang baik.

Didalam luar sekolah, kunci utamanya adalah mendorong anak megembangkan bahasa. Perkembangan bahasa bukan hanya soal memberikan pengharagaan anak karena ia berucap benar dan meniru seorang pembicara atau guru. Anak akan lebih cerdas berbahasa  jika orang tua atau guru secara aktif melibatkan anak-anak dalam percakapan, memberi mereka pertanyaan dan menekankan bahasa yang interaktif ketimbang bahasa perintah.


Cara Bahasa Berkembang

Penguasaan bahasa ada beberapa tahap, celoteh dimulai dari usia tiga tahun samapai enam tahun. Bayi biasanya mengucapkan kata pertamanya pada usia 10 sampai 13 bulan. Pada usia 24 bulan, bayi biasanya memulai memadukan dua kata. Pada tahap ini bayi sangat cepat memahami arti penting dari bahasa untuk berkomunikasi. Mereka menciptakan frase seperti “itu buku” “permen ku”, “mama jalan”, dan “cium papa”.

Saat bayi menginjak usia kanak-kanak, pemahaman mereka terhadap sistem aturan bahasa yang malai meningkat. Sistem aturan ini mencakup fonologi (sistem suara), morfologi (aturan untik mengkombinasikan unit makna minimal), sinntaksis (aturan membuat kalimat), semantik (sistem makna), dan pragmatis (aturan penggunaan dalam setting sosial).

Ketika anak mulai melampaui tahap pengucapan dua kata, mereka menunjukkan pengetahuan tentang morfologi. Anak mulai menggunakan bentuk jamak dan positif dari kata benda (seperti kucing dan kucing-kucing). Mereka meletakkan akhiran yang tepat pada kata kerja (dalam bahasa inggris, ahira –s saat subjeknya orang ketiga tunggal, dan ed untuk bentuk kalimat lampau). Mereka menggunakan proposisi (seperti didalam, di atas), kata sandang (seperti sebuah), dan beragam bentuk kata kinerja (seperti “saya akan pergi ke toko”). Beberapa bukti perubahan dalam penggunaan aturan morfologis oleh anak-anak tampak ketika mereka menyederhanakan aturan itu secara berlebihan.

Dalam eksperimen klasik yang didesain untuk meneliti pemahaman anak terhadap aturan morfologis memberikan kepada anak prasekolah dari TK. Pada kemampuan anak untuk mengingat suatu kata yang benar dan juga kemampuan mereka untuk mengatakannya “secara benar” (dengan akhiran yang sesuai dengan aturan morfologis). Meskipun jawaban anak tidak sempurna namun terlihat ada kemajuan. Lebih jauh anak-anak menunjukkan pengetahuan mereka tentang aturan morfologis, bukan hanya bentk jamak dari kata benda tetapi juga bentuk positif dari kata benda dan orang ketiga tunggal dan bentuk kata kerja lampau. Yang membuat studi Berko ini mengesankan adalah sebagian besar kata itu baru dan dipilih sendiri oleh peneliti untuk eksperimen. Jadi, anak-anak tidak dapat memberikan jawabannya berdasarkan ingatan atau karena pernah mendengar sebelumnya. Jadi, mereka dipaksa untuk bersandar pada aturan. Anak kecil juga belajar untuk memanipulasi sintaksis. Mereka dapat membuat pertanyaan, kalimat pasif, klausa, dan semua struktur sintaksis dari bahasa mereka.

Saat anak melangkah melampaui tahap kedua kata, pengetahuan mereka tentang semantik atau makna juga bertambah cepat. Kosa kata dari anak usia 6 tahunberkisar antara 8.000-14.000 kata. Engan asumsi bahwa kata dipelajari sejak usia 12 bulan, ini berarti anak menguasai 5-8 kata baru setiap harinya antara usia 1-6 tahun. Setelah 5 tahun belajar kata, penyerapan anak usia 6 tahun tidak melambat. Menurut beberapa pemikiran raat-rata anak pada usia ini menguasai sekitar 22 kata baru setiap hari.

Walaupun ada banyak perbedaan perkataan pada anak usia 2-6 tahun, perbedaan yang paling jelas adalah pada aspek pragmatisnya. Anak 6 tahun lebih lancar  berbicara ketimbang anak usia 2 tahun.
Kemajuan dalam bahasa kanak-kanak ini memberikan dasar bai perkembangan selanjutnya. Anak-anak mendapatkan keahlian baru pada saat mereka masuk sekolah sehingga mereka bisa belajar membaca dan menulis. Termasuk penggunaan “displacement”, mempelajari apa arti satu kata, dan bagaimana menata dan berbicara tentang suara. Mereka mempelajari prinsip abjad, bahwa huruf mempresentasikan suara dari bahasa. Saat anak-anak berkembang pada periode kana-kanak ahir (late chilhood), mereka juga mulai menguasai tata bahasa dan lebih banyak kosa kata.

Selama masa kanak-kanak periode dari menengah dan ahir (middle and late chilhood), terjadi perubahan cara anak berfikir tentang kata. Mereka menjadi tidak terlalu tengikat dengan perbuatan dimensi perseptual yang berhubungan dengan kata, dan mereka menjadi semakin analisis dalam memahami kata. Ketika diminta kata pertama yang muncul dibenak mereka mendengar satu kata, anak pada tahap ini biasanya memberikan kata yang mengikuti kata tersebutdalam kalimat. Misalnya ketika kita mengatakan anjing maka anak akan menjawab menggonggong. Ini adalah bukti bahwa anak mulai menggolongkan kkosa kata mereka berdasarkan suatu jenis kata dari pembicaraan.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan kosa kata ini. Anak-anak yang masuk sekolah dasar dengan menguasi kosa kata yang sedikit akan mengalami kesulitansaat mulai belajar membaca. Anak-anak juga membuat kemajuan dalam penguasaan tata bahasa. Peningkatan dan keahlian penalaran logis dan analitis di kalangan anak SD akan membantu untuk memahami suatu konstruksi kata untuk perbandingan (lebih panjang, lebih pendek) dan penggunaan pendapat subjektif . di masa remaja, kosa kata bertamabah dengan kata-kata yang makin abstrak. Mereka lebih memahami bentuk kata bahasa yang makin kompleks, seperti metaffora dan satire. Pada masa remaja ahir seseorang dapat mengapresiasikan karya sastra dewasa secara baik.


B.     Perkembangan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun Pertama
istilah infens sebenarnya berasal dari kata latin, yang berrti tanpa bicara (whith out speccing). Karena itu dengan memahami konteks istilah tersebut dapat dikatakan bahwa seorang bayi dianggap tidak mampu untuk berbicara dengan mengungkapkan kata-kata yang berarti, bermakna atau dipahami oleh orang lain. Bayi dianggap sebagai mahluk primitif dalam perkembangan bahasa, artinya bayi belum mampu mengungkapkan kata-kata, kalimat atau ungkapan komunikasi seperti layaknya orang dewasa lainnya. Bayi harus mengalami perubahan-perubahan mendasar untuk memiliki kemampuan bahasa seperti orang tuanya.
Sebelum mampu berbicara, umumnya seorang anak memiliki prilaku untuk mengeluarkan suara-suara yang bersifat sederhana kemudian berkembang secara kompleks dan mengandung arti. Misalnya, seorang anak menangis (criying), mendekut (cooing), mengoceh (babling), kemudian ia akan mampu meniru kata-kata yang disengar dari orang tua (lingkungan sekitarnya) seperti, kata mama, papa, makan , minumdll. Kemampuan mengeluarkan suara seperti: menangis, mendekut, mengoceh meniru kata-kata seorang anak dapat berbicara secara jelas artinya, disebut pre-linguistis speech.
Perkembangan bahasa sangat erat kaitannya dengan kematangan fisiologis (physi-ilijical maturity) dan sistem syaraf pusat (sentral nervus system) dalam otak bayi. Setiap anak bayi memang telah dibekali suatu kemampuan untuk berkomunikasi maupun berbahasa sejak dari masa kandungan (innate) kemampuan tersbut tidak lansung berkembang secara sempurna. Melalui proses perubahan evolutif yang cukup panjang maka dasar-dasar potensi berbahasa akan berkembang semakinkomplek sehingga seorang anak akan dapat berbahasa, berkomunikasi maupun berinteraksi dengan orang tua atau anak-anak lainnya.
Kematangan fisiologis tercapai dengan baik apa bial pertumbuhan organ-organ fisik berjalan secara normal tanpa ada gangguan-gangguan pada otak, sistem syaraf, phrinc, lidah, mulut atau sistem pernapasan. Organ-organ tersebut sangat mendukung perkembangan kemampuan berbahasa maupun mengungkapkan pesan-pesan komunikasi secara jelas dan apat dipahami oleh orang lain.

Perkembangan Sistem Syaraf dalam Otak
Siatem syaraf pada janinyang masih berkembang dalam kandungan secara pranatal tergolong sangat sederhana. Bahkan dapat dikatakan perkembangan sisten syaraf terjadi bersamaan dengan bentuk organ-organ eksternal janin pada masa tri-wulan pertama. Menginjak akhir tri-wulan kedua proses perkembangan deferensiasi organ-organ tubuh internal maupuneksternal sudah cukup memadai sehingga organ otak pun telah terbentuk dengan baik. Oleh karena itu otak sudah mampu untuk menerima stimulus eksternal yang diberikan dari lingkungan hidupnya. Setiap stimulus eksternal yang dapat diterima, ditangkap maupun dipahami akan menjadi ahan-bahan jejak ingatan dalam otak janin.
Orang tua yang sering memberikan stimulus eksternal pada janin semasa dikandungan, melalui bercerita, mendongeng, menyanyi, berkomunikasi atau berbahasa, maka janin akan merasakan getaran-getaran sebagai tanda bahwa dirinya memperoleh perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Sinyal-sinyal tersebut akan mudah dibangkitkan dan diperkuat kembali dengan memberikan pengalaman yang sama setelah bayi tersebut lahir. Pengalaman yang diulang-ulang tersebut akan menimbulkan perasaan ikatan emosional (attatchement) dengan orang tuanya. Bayi akan merasa tenag, nyaman, tetram berada dalam dekapan kasih sayang orang tuanya.
Sistem syaraf otak bayi yang pernah memperoleh pengalaman berkomunikasi maupun berbahasa dengan lingkungan eksternal (orang tuanya) akan berkembang dengan baik. Setiap stimulus yang diberikan oleh lingkungan eksternal dan diterima dengan baik akan membentuk sistem jaringan newron (newron network system) dalam otak. Memang sistem jaringan newron dalam otak bayi masih tergolong sederhana, namun seiring degan perkembangan usia dan pengalaman yang diperoleh melalaui interaksi dengan lingkungan sosialnya, sistem jaringan newron tersebut akan berkembang semakin rumit, kompleks dan padat (komplexity of newron network system). Para ahli newrology mengakui bahwa komplesitasnya sistem jaringan newron dalam otak dapat menunjukkan perkembangan dalam kemampuan intelektuak seorang individu semakin baik. Otak anak akan semakin cerdas bila sering difungsikan untuk berfikir, manganalisa, menghadapi masalah, berdiskusi, berkomunikasi maupun berinteraksi dengan orang lain.

Vokalis Awal
Perkembangan awal (language developmen) sebelum bayi dapat berbicara secara aktif disebut perkembangan dimasa pra-wicara (pre-speech development). Masa pra-wicara ditandai dengan munculnya vokalis awal pada bayi. Vokalis ini terdiri dari empat yaitu:
1.      Menagis
2.      Mendekut
3.      Mengoceh
4.      Meniru suara kata-kata

1.      Menangis
Menangis (crying) merupakan cara seorang bayi untuk berbicara atau berkomunikasi dengan lingkungan hidupnya (oang tua). Setelah dilahirkan dari rahim ibunya, seorang bayi yang normal pada umumnya akan menangis. Menangis sebagai ungkapan awal bayi untuk menunjukkan dirinya sebagai seorang mahluk individu yng terpisah dari rahim ibunya. Setelah lahir bayi sudah tidak bergantung terus-menerus untuk memperoleh makanan yang di salurkan melalui tali plasenta rahim. Bayi harus berusaha memfungsikan organ mulutna untuk memperoleh, menerima dan menelan makanan dari ibunya, misalnya bayi memperoleh air susu ibu (ASI).

Menangis dapat diartikan sebagai cara bayi berbahasa untuk menyampaikan pesan kebutuhan dasarnya. Ia merasa lapar atau haus sehingga bayi menangis. Jadi, prilaku menangis merupakan prilaku yang mengandung peesan secra kompleks. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa setiap bayi dapat berkomunikasi dengan cara menangis bila ia sedang menghadapi masalah dalam hidupnya. Misalnya, bayi setiap tangisan mengandung arti yang berbeda-beda dan tergantung konteks waktu dan pengalaman yang dirasakan oleh masing-masing bayi.

Orang tua pengasuh yang setiap saat merawat bayi tersebut umumnya akan merasa peka terhadap makna dan arti tangisan bayi. Dengan dekmikian, makin sering orang tua memberikan perhatian terhadap bayi kandung yang diasuhnya maka makin cepat seorang ibu menangkap makna setiap tangisan yang dikemukakan oleh bayinya. Sebaliknya orang tua yang kurang memberikan perhatian terhadap bayinya kemungkinan besar mereka aka merasa kurang peka dalam memahami arti makna tangisan bayi.



2.      Mendekut
Yang dimaksud dengan prilaku mendekut (cooing behavior) yaitu suatu prilaku yang ditandai dengan upaya yang mengeluarkan suara-suara yang belum ada artinya. Prilaku mendekut antara lain :
1.      Berteriak (sequeals)
2.      Mendenguk (gurgles)
Dan mengeluarkan kata-kata seperti : ahh, aaaaahhhh. Kra-kira pada usia tiga bulan, seorang bayi mulai dapat bermain dengan menggunakan suara-suara. Ia membuat suara sebagai respons terhadap kata-kata yang didengar dari orang tuanya.
Sekitar usia 3-6 bulan seorang bayi sudah dapat mengeluarkan suara-suara untuk menunjukkan ekpresi perasaan emosi positif maupun negatif. Perasaan emosi positif sedangkan perasaan negatif merupakan ungkapan kondisi emosi yang tidak menyenangkan bagi bayi seperti merasa lapar, haus, sakit, sdih dan kesal.



3.      Mengoceh
Mengoceh (babbling) ialah salah satu kemampuan untuk mengucapkan kata-kata kombinasi antara vokal dan konsonan secara berulang-ulang seprti : ba-ba-ba, ma-ma-ma, pa-pa-pa. Mengoceh pada bayi usia 6-10 bulan. Sebagian ahli menganggap bahwa mengoceh bukan sebagai bahasa karena belum memiliki arti apa-apa. Naun demikian mengoceh tetap memiliki makna bagi perkembangan bahasa bayi. Mengoceh sebagai awal perkembangan bahasa yang cukup signifikan bagi bayi di masa yang akan daatang.

Dengan mengoceh seorang bayi memfungsikan organ-organ tenggorok, hidung, lidah, pernafasan untuk persiapan perbelajaran perkembangan bahasanya. Dalam tahap perkembangan berikutnya mengoceh akan berkembang menjadi kata-kata yang mengandung arti sehingga mengoceh akan dapat dipergunakan untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Bagi anak yang tidak normal karena mengalami gangguan pendengaran (tuli) maupungangguan bicara (bisu), maka ia akan mengalami kesulitan untuk mendengar kata-kata dan kesulitan untuk menirunya.

4.      Mengikat Suara-suara Bahasa
Setelah melaui masa-masa menangis seorang bayi akan mengembangkan kemampuan untuk mengikat stimulus eksternal seperti : tanda-tanda, kata-kata, kalimat-kalimat, ungkapan, perasaan maupun prilaku yang di dengar, di lihat atau di rasakan dari lingkungan hidupnya. Orang tua merupakan figur pertama yang menjadi pantauan, telada, contoh maupun tokoh model yang ditiru (imitasi) oleh bayi. Orang tua selalu dekat dan berinteraksi secara intnsif setiap hari dengan bayi. Oleh karena itu bayi akan mengungkapkan suara-suara bahasa awal yang erta dengan hubungannya dengan figur orang tuanya, seperti kata-kata ba, dan pa ma dan pa. Kerana suara konsonan seperti “b” dan “p” dirasakan cukup berat bagi bayi, maka bayi pada umunya akan mengungkapkan suara bahasa yang dianggap mudah dan ringan. Bayi pun mengawali pekembangan bahasa dengan menggunakan konsonan dan mengungkapkan suara. Setelah bayi memiliki pengalaman berbahasa awal maka bayi pun akan mengembangkan kemampuann untuk mengungkapkan suara.

Pada usia 5 -6 bulan, seorang bayi dapat mempelajari suara-suara dasar untik mengembangkan bahasa aslinya. Suara- suara dasar yang sering kali digunakanuntuk berkomunikasi dengan orangtua akan selalu di dengar dan di ingat dalam otaknya. Kemampuan ini aka di jadikan sebagai modal untuk berinteraksi dengan orang tua maupun orang lain dimasa-masa yang akan datang. Denga kemampuan ini seorang bayi akan mulai mengembangkan kesadran diri, kemampuan diri, dan konsep diri. Pada usia 9-10 bulan dalam masyarakat negara jepang seorang bayi kadang-kadang akan mengalami kehilangan kemampuan untuk membedakan suara. Bayi akan mengalami kehilangn bayi dari bahasanya yang pernah di ucapkan.


                                                                                                                                            
5.      Bahasa Isyarat (Gesture)
Yang dimakssud dengan bahasa isyarat adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui gerakan-gerakan isyarat, misalnya : lambaian tangan seperti untuk menyatakan selamat tinggal orang tua, menganggukan kepala sebagai ungkapan setuju, menggelengkan kepala menandakan ketidak setujuan terhadap suatu hal. Namun demikianbahasa isyarat dapat bersimbolik yang juga memiliki arti tertentu. Isalnya, menggerak-grakkan tangan ketika ada air panas dala cangkir sebagai tanda bahwa air itu masih panas, atau mengucapkan kata hah, hah sebagai ungkapan rasa pedas.

Kemampuan bayi untuk mengembangkan gesture sebagai alat komunokasi dengan lingkungan sosial harus di latih melalui stimulus yang berulang-ulang dari lingkungan eksternal. Engan dtimulus eksternal seorang bayi akan memperoleh pengaruh kuat dari orang tuanya, saudara-saudara kandung atau orang-orang yang berada dalam lingkungan hidupnya. Melalui proses pelajaran sosial bayi akan selalui mengamati, melihat, mendengar atau merasakan bahasa isyarat yang diungkapkan orang tuanya. Bayi memang dikenal sebagai mahluk pembelajar aktif yang cerdas. Oleh karena itu, berbagai gesture dari orang tua akan mudah di kenal dan direspons yang sesuai dengan harapan lingkungan sosialnya.

Semula banyak bayi yang tidak mampu membeakan bahasa isyarat yang diberikan dari berbagai orang baik gesture maupun gesture orang asing yang belum di kenal bayi. Bayi-bayi akan memberikan reaksi yang sama terhadap berbagai gesture. Sejalan dengan perkembangan usianya bayi akan mudah membedakan gesture-gesture yang disediakan dari lingkungan sosialnya. Bayi akan mudah membedakan mana gesture yang diberikan orang tuanya dan mana gesture yang diberikan orang asing kepadanya.

6.      Perkembangan Kata-kata dan Kalimat Pertama
kata-kata pertama ialah kata-kata lisan pertama yang di ucapkan oleh seorang anak setelah mampu berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Kata-kata pertama tersebut harus mengandung arti sesuai dengan konteknya. Misalnya : kata-kata dada, mama, papa. Kadang-kadang ketika anak sedang mengucapkan kata-kata itu, maka ia sambil menggerakkan tangan dan menunjukkan ke arah objek pembicaraan yang dimaksud. Tujuan dari pelaku tersebut adalah untuk melaksanakan arti dari kata-kata yang dimaksud atau bersangkutan.

Kata-kata pertama merupakan cara seorang anak untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Hal ini merupakan proses perkembangan bahasa anak yang mempengaruhi oleh kognitif dalam otaknya. Kematangan kognitif seorang anak ditandai dengan kemampuan untuk merangkai susunan kata untuk berbicara dengan orang tua atau orang lain. Kemampuan ini akan makin berkembang dengan baik apa bila anak sering berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian anak akan belajar dari lingkungan eksternalnya.


Tahap-tahap Perkembangan Kaimat Anak

a)      Periode prelingual (Usia 0-1 Tahun)
Periode ini ialah suatu periode yang ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh sebagai cara untuk berkomunikasi kepada orang tuanya. Bayi hanya bersikap pasif untuk meniru stimulus tersebut. Bayi dapat merespons positif terhadap oarang yang ramah dan memberi respons negatif terhadap orang yang tidak ramah, sedangkan bayi akan menjerit, menangis atau takut terhadap orang yang tidak ramah.
                                      


b)      Periode lingual Dini (1-,2, 5 Tahun)
Periode lingual dini yaitu suatu periode perkembangan bahasa yang di tandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat satu kata maupun kalimat dua kata dalam suatu percakapan dengan orang lain. Periode lingual dini di bagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1.      Periode kalimat satu kata (holopharase) yaitu, kemampuan anak untuk membuat kalimat yang hanya terdiri dari satu kata yang mengandung pengertian secara menyeluruh dalam suatu pembicaraan.

2.      Kalimat dua kata  yaitu, periode prkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak dengan membuat kalimat dua kata sebagai ungkapan berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa kalimat belum sempurna karena tidak sesuai dengan susunan kalimat subjek, predikat, dan objek (S P O).


3.      Dan periode kalimat lebih dua kata (more word sentence) yaitu, periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk  membuat kalimat secara sempurna sesuia dengan susunan S-P-O. Kemampuan ini mebuat anak berkomunikasi secara aktif dalam percakapan dengan orang lain. Cara pandang anak suadah luas yaitu dapat memahami pemikiran dan perasaan orang lain. Ahal ini akan mengurangi sifat egois anak.


c)      Periode Diferensiasi (Usia 2,5-5 Tahun)
Periode diferensiasi ialah suatu periode yang ditandai dengan kemampuan anak untuk menguasai bahasa sesuai dengan hukum tata bahasa yang baik. Cara berkomunikasi denga orang lain sudah menggunakan susuanan tata bahasa yang sempurna yaitu subkek, predikat, dan objek (S-P-O).

7.      Kalimat, Gramatikal dan Sintaksis
Pada umumnya kalimat yang diucapkan oleh seorang anak terdiri dari kata benda (naon), kata kerja (verb), dan kata sifat (adjedtive). Perpaduan dari kata-kata ini akan memiliki arti yang dapat dimengerti oleh lingkungan soaialnya. Akan akan dapat menyatakan sesuatu hal yang dilihatnya, seperti ditelevisi atau orang-orang didalam lingkungan rumahnya.

Meskipun anak belum dapat melakukan kemampuan untuk mengungkapkan kalimat secara sempurna namun hal ini menandakan bahwa anak selalu berupaya untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dengan baik. Pemberian stimulasi eksternal dari orang tua yang memahami kondisi perkembangan anak maka akan meningkatkan optimalisasi perkembangan potensi bahasa anak. Anak akan megalami peningkatan kuantitas kosa kata, meningkatkan kemampuan logika bahsa, mampu untuk berdiskusi, mengajukan argumentasi kepada orang lain dan sebagainya.

Pada perkembangan anak yang sudah menginjak usia 20-30 bulan maka ia mulai mampu belajar menggunakan aturan kata-kata yang di gunakan dalam kalimat. Misalnya, seperti kata depan, kata bilangan, kata sambung. Dengan kemampuan tersebut maka anak akan mampu membuat kalimat-kalimat secara jelas. Beberapa ungkapan kalimat yang biasa di katakan oleh anak, antara lain : makan pisang (diucapkan makan icang).



8.      Karakteristik Bahasa pada Anak-anak Usia Tiga Tahun Pertama
1.      Sederhana
Kata-kata yang diucapkan oleh anak bersifat sederhana, mudah dipahami dan pendek. Kata-kata yang sederhana ini merupakan refleksi dari gambarankarakteristik lingkungan hidupnya. Kesederhaan kalimat yang diucapkan oleh anak dipengaruhi oleh struktur kematangan kognitifnya yang belum kompleks. Dalam pandangan ilmu kedokteran neulogi taraf susuanan neoron dalam otak masih bersifat sederhana dan jaringan struktur neuronya belum merapat. Meskipun anak mengucapakan kalimat secra tak sempurna, tetapi pesan yang di sampaikan tetap jelas dan mudah dimengerti oleh orang lain.

2.      Memahami Hubungan Gramatikal (Tata Bahasa), Walau Tidak Mampu Diucapkan Secara Lansung sebenarnya anak dapat memehami susunan tata bahasa, akan tetapi belum mampu menggunakan dalam bentuk kalimat yang sempurna. Pada masa prelingual, seorang anak akan dapat menoceh. Pada periode lingual dini. (yang ditandai dengan kemampauan anak membuat kalimat satu kata atau dua kata), anak belum mampu mengucapkan kalimat secara sempurna. Susunan kata bahasa yang diperunakan oleh anak untuk kalimat satu kata berpola subjek atau predikat atau obek.,asing-masing terpisah dan belum mapu menggabugkan ketiganya. Misalnya : saya maksudnya adnak itu sendiri, papa adalah papa dari anak tersebut, dan sebagainya. Susnan tata bahasa yang dipergunakan masih berpola subjek-predikat (S-P) atau predikat objek  (P-O) untuk kalimat dua kata. Misalnya : Anto makan, (maksudnya anto mau makan atau anto minta makan_. Namun demikian, apa yag diucapakna oleh anak masih dapat dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (orang tuanya).

3.      Memhami arti kata-kata
Anak-anak usia 3 tahu pertama engalami kesulitan untuk mengungkapkan kata-kata mauun kalimat yang sistemitis, jelas artikulasi dan koprehensi. Karena anak belum memiliki kematangan sistem syarat sehngga belum dapat mengatur organ-organ fisiologis pada lidah, tenggorokan pharinc, pernafasan, agar dapat memahami secara tepat dan benar, orang tua sering kali harus meminta anak untuk meminta anak untuk mengulang beberapa kali. Namun bagi anak cukup memahami kata-kata dan kalimat sderhana dari orang tua atau orang deawasa lainnya. Misalnya seorang ibu meminta agar anaknya yang berusia 2,5 tahun mengambil sebuah botol kecil. Kata ibunya : “ nak, ambilkan botol yang ada dilantai itu ! “. Mendengar permintaan dari si ibu, seorang anak akan segera mengambil dan memberikan botol itu kepada ibunya.




9.      Intervensi Dini untuk Peningkatan dan Perkembangan Bahasa pada Anak Usia 3 Tahun Pertama

Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap oang. Seorang anak akan mengembangkan kemampuan bergaul (sosial skill) dengan orang lain. Penguasaan ketrampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Seorang anak akan mudah menjalin pergaulan dengan orang lain bila anak msydah menguasai kemampuan bahasanya dengan baik.
Masa anak usia 3 tahun pertama (first three years periods) termasuk masa kritis (critical periods) yaitu masa yang paling tpat bagi orangtua untuk memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat meningkatkan bahsa anak. Bila kesempatan emas (goden age) ini tidak memperoleh rangsangan yang tepat, maka perkembangan bahasa anak cenderung tidak maksimal. Sebaliknya bila kesempatan ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan orangtua memberi rangsangan yan tepat, maka masa kritis akan menghasilkan perkmbangan bahsa yang maksimal. Ada tiga cara intevebsi yang dapat dilakukan oleh irangtua untuk mnembagkan kemampuan pada aak usia 3 tahu pertama yaitu:
1.      Mendongeng bagi anak
Mendongeng ( spelling story) ialah suatu tehnik untuk memberikan cerita kepada anak-anak. Mendongeng mrupakan cara terbaik bagi orangtua untuk mrngkomunikasikan pean-[esan cerita yang mengandung unsur etika, moral, maupun nilai-nilai agama. Selain dapat bermanfaat untuk pengembangan kepribadian, ahklak maupun moral anak, mendongeng juga dapat bermanfaat meningkatkan pengembngan bhasa anak. Sejak dini anak memperoleh berbagai wawsan cerita yang memperkaya dan meningkatkan kemampuan kognitif, memori, kecerdasan, imajinasi dan kretifitas bahasa, menurut clarkestewart (1998) bahwa orang tua yang sering bercerita akn menumbuhkan fantasi dan kreatifitas bahasa pada anak-anak. Anak-anak sudah terlatih untuk menerima rangsangan luar yang dapat meningkatkan daya imajinasi, fantasi, dan kretatifitas untuk bercerita. Salah satu contoh orang yang kretaif yang banyak menghasilkan cerita-cerita anak adalah jean K. Rauling. Seorang penulis novel Harry Poters. Sejak masa usia 3 tahun pertama, ia selalu memperoleh rangsangan dari orangtua. Sebelum tidur, orang tua selalu membacakan buku-buku cerita sehingga ia dapat mengingat dan menceritakan kembali isi cerita tersebut dengan baik.

2.      Bermain sambil belajar dalam suasana informal
Dunia anak adalah dunia bermain (the word of children is playing). Bemain merupakan aktifias yang menyenangkan bagi setiap anak. Anak akan merasa bebas dan leluasa untuk mengungkapkan kehendaknya tanpa ada tekanan dari siapapun. Dengan memahami kahidupan anak, maka orangtua akan memanfaatkan kegiatan bermain untuk mengembangkan dan meningkatkan kreatifitas bahasa anak. Orangtua dapat enyediakan waktu untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan bermain anak. Orangtua dapat memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan oleh anak misalnya : kegitan madi, makan, tudur, menotontv dsb, caranay orangtua bercerit sambul memandikan anak, memberi makana atau menonton tv bersama ank. Anak tidak merasa sebagi suatu paksaan karean apa yang dilakukan oeleh orantua itu ternyata mngandung unsur kegiatan belajar.

3.      memberikan penghargaan untuk keberhasilan anak yang menggunakn bahas denga baik
selain memberikan rangsangan untuk menumbuh-kembangkan bahasa, orangtua juga perlu memberikan penghargaan terhadap keberhasilan yang tela dicapai oleh anak. Penghargaan akan mempengaruhu perilaku anak untuk mengulan-ulang kberhasilan tersebut sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bentuk penghargaan yang diberikan orangtua dapat berupa mainan, makanan, tetapi dapat juga kata-kata pujian. Anak merasa ba, senang dan bahagia karena usahnya dihargain orangtuanya. Misalnya : anak dapat menceritakan kembali isi cerita yang sudah dikatakan oleh orangtuanya. Kemudian orang tuanya memberikan sebuah mainan yang lucu kepada anak tersebut. Sebaliknya bagi anak yang belum berhasil dengan baik, maka orang tua tudak perlu memberikan hukuman, kaena hukuman dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan kemampuan bahasa anak. Orang tua perlu tetap memberi dukungan secara terus menrus agar anak berusaha ubtuk menguasai bahasa yang diajarkana oleh orang tuanya. Dukungan in sangat membantu bagi anak karean  dirinya merasa dihargai, diterima dan didorong untuk mencapai suatu keberhasilan, dengan demikian, anak terpacu meraih prestasi dalam menguasai ketrempampilan bahasa.


























BAB III
KESIMPULAN
Hasil penelitian piaget menunjukkan bahwa cara anak berpikir dan mempelajari dunia disekitar mereka ternyata begitu unik cara anak mempelajari ,mengingat,mendengar,dan mengamati dunia di sekitar mereka tidaklah pasif,melainkan secara alamiah. Mereka memiliki rasa ingin tahu mengenai dunia sekitar mereka dan secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami serta mengerti situasi di sekitar mereka.
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Bahasa adalah bentuk komunikasi baik lisan tertulis atau tanda, yang didasarkan pada sistem simbol. Semua bahasa manusia adalah generatif (diciptakan).





DAFTAR PUSTAKA

Drs, Dariyo Agoes,Psi.2007.Psikologi Perkembangan.Jakarta:PT Refika Aditama
Dr.Taufik,M.Si.2012.Empati Pendekatan Psikologi Sosial.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Pratisti Wiwien Dinar.2007.Psikologi Anak Usia Dini.Surakarta:PT Macanan Jaya Cemerlang
Santrock JohanW.2007.Psikologi Pendidikan Edisi 2.Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Komentar

  1. Toko Mesin Murah · Jual Mesin · Susu Listrik · Portal Belanja Mesin Makanan, Pertanian, Peternakan & UKM · CP 0852-576-888-55 / 0856-0828-5927

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PRINSIP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD

MAKALAH HASIL OBSERVASI DI TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA) DARRUL ILMI BANDAR LAMPUNG

MAKALAH Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini