MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN "PENDEKATAN SOSIAL KONSTRUKTIVISME DALAM PENDIDIKAN (SOCIAL CONSTRUCTIVIST APPROACHES)
BAB
II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN SOSIAL KONSTRUKTIVISME DALAM PENDIDIKAN (SOCIAL
CONSTRUCTIVIST APPROACHES)
A.
Pendekatan
konstruktivisme sosial untuk pengajaran
pendekatan
konstruktivisme sosial menggunakan sejumlah inovasi di dalam pembelajaran di
kelas. sebelum kita mempelajari inovasi-inovasi itu,pertama-tama mari kita
mantapkan pegetahuan kita tentang berbagai perspektif konstruktivisme dan
dimana tempat pendekatan konstruktivisme sosial dan kerangka konstruktivisme
pada umumnya.Pendekatan konstruktivisme sosial menekankan pada konteks sosial
dari pembelajaran bahwa pengetahuan itu dibangun dan konstruksi secara bersama
.vygotsky menekankan bahwa murid mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi
sosial dengan orang lain.
Dan piaget menekankan bahwa guru memberkan
dukungan bagi murid untuk mengekplorasi dan mengembangkan pemahahaman.
Dalam
satu studi landasan teory vygotsky,sepasang anak dari dua sekolah umum AS
bekerja sama (motusuv,bell, & rogoff, 2001 ).satu anggota dari pasangan itu
selalu brasal dari sekolah tradisional yang jarang memberi kesempatan dari
murid untuk bekerja sama saat mereka
belajar. Anggota lain dari pasangan itu selalu berasal dari sekolah yang
menekankan kolaborasi dari sepanjang jam pelajaran sekolah.Anak berlatar belakang
sekolah yang kolaboratif lebih sering membangun pemahaman berdasarkan ide
rekannya secara kolaboratif lebih sering membangun pemahaman berdasarkan ide
rekannya secara kolaboratif ketimbang anak dari sekolah tradisional.anak dari
sekolah tradisional biasanya menggunakan bentuk pedoman “soal”berdasarkan pada
pertanyaan yang sudah dia ketahui jawabannya dan sengaja menyembunyikan
informasi untuk menguji pemahan rekannya.periset juga menemukan bahwa
pembelajaran kolboratif sering kali bekerja baik dalam [1]
kelas
yang punya tujuan pembelajara yang di spesifikasikan dengan baik (gabrielle dan
montecinos,2001).
Dalam
satu analisis terhada pendekatan konstruktivisme sosial ,guru dikatakan
tertarik untuk melihat pembelajaran melalui tatapan mata murid (old
father,dkk.,1999).Analisis yang sama juga mencatat beberapa kareteristik kelas
kontruktivisme sosial berikut ini (old father,dkk.,1999).
-orientasi
tujuan penting dari kelas ini adalah kontruksi makna kolaboratif .
-guru
memantau perspektif,pemikiran dan perasaan murid.
-guru
dan murid salaing belajar dan mengajar
-interaksi
sosial mendominasi kelas
-kurikulum
dan isi fisik dari kelas mencerminkan minat murid dan dipengaruhi oleh kultur
mereka.
B.
Guru
dan teman sebaya sebagai kontributor bersama untuk pembelajaran murid
Guru
dan teman sebaya atau sekelas dapat memberi kontribusi bersama untuk
pembelajaran murid.Ada empat alat untuk melakukan metode ini,yakni scaf folding
,pelatihan kognitif (cognitive apprenticeship),tutoring dan pembelajaran
koopratif (rogoff,1998;rogoff,turkanis ,bartlett,2001).
1. Scaffolding
Adalah
sebagai teknik mengubah level dukungan di sepanjang dukungan sesi
pengajaran.orang yang lebih ahli (guru atau teman sesama murid yang lebih
pandai ). Menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan kinerja murid.setelah
kopentensi murid meningkat,bimbingan dikurangi.cara situasi untuk menggunakan
scaffolding dikelas. Misalnya, tutoring yang baik menggunakan scaffolding.
2. Pelatihan
kognitif
Yang
berarti bahwa pakar memperluas dan mendukung pemahaman pemula dan menggunakan
keahlian kultur. Untuk mengilustrasikan arti penting pelatihan kognitif dalam
pmbelajaran,rogoff (1990) mendestrifsikan pengalaman yang berbeda dari murid
dari keluarga berpendapatan menengah dan keluarga miskin. Banyak orang tua
kelas menengah telah melibatkan anak-anaknya dalam pelatihan kognitif sebelum
mereka masuk tk atau sd. Mereka membeca buku yang bergambar bersama anaknya dan
mengajak murid berlatih [2]komunikasi
verbal. Pakar juga menggunakan penyelesaian pernyataan secara kolaboratif
sebagai salah satu cara untuk mencari tahu apa yang dipahami murid. Periset
telah menemukan bahwa pembelajaran murid akan terbantu bila guru menganggap
murid sedang berlatih, menggunakan scaffolding dan ikut berpartisipasi dalam
membantu murid belajar (englert,berry dan dunsmoor, 2001).
3. Tutoring
Adalah
pelatihan kognitif antara pakar dengan pemula. Tutoring bisa terjadi antara
orang dewasa dan anak-anak, atau antara anak yang lebih pandai dengan anak yang
kurang pandai. Tutoring individual adalah strategi yang efektif yang
menguntungkan banyak murid, terutama mereka yang kurang pandai dalam suatu mata
pelajaran. Program reading recovery menawarkan sesi tutorial tatap muka
satu-satu selama satu jam sehari untuk murid yang kesulitan belajar membaca
kalau sudah mendapatkan pelajaran formal selama satu tahun (sensenbaugh, 1995)
.Walau reading recovery adalah hak cipta dari ohio state university dan program
yang diizinkan menggunakan materi marie clay (1985) ,berbagai reading recovery
berbeda dalam caranya mengembangkan, mengimolementasikan, dan menilai .Program
lain yang menggunakan tutoring adalah succes for All (SFA) .Progra ini
dikembangkan oleh robert slavin dan koleganya (1996;slavin & maden, 2001)
.Program ini mencakup:
·
Program membaca sistematis yang
menekankan pada perkembangan kosa kata dan membaca , dan kegiatan bercerita
didalam kelompok kecil.
·
Periode membaca selam 90 menit setiap
hari dimana murid dari grade pertama sampai tiga dikelompokkan kembali dengan
anak yang berkemampuan sama dimasukkan dalam satu kelompok, terlepas dari
usianya.
·
Tutoring membaca yang diberikan oleh
guru ahli yang terlatih bekerja secara individual dengan murid yang kemampuan
membacanya dibawah rata-rata
·
Penilaian setiap 8 minggu sekali untuk
mengetahui kemajuan murid, menyesuaikan penempatan kelompok membaca, dan
memberikan tutoring jika diperlukan
·
Pengembangan profesional untuk guru dan
tutor, yang mencakup tiga hari training dan bimbingan pada awal tahun ajaran,
dan training lanjutan sepanjang tahun itu.
·
Tim pendukung keluarga yang didsain
untuk memberikan pendidikan parenting dan pendukung keterlibatan keluarga dalam
sekolah.
4. Pembelajaran
Koperatif
Pembelajaran
Koperatif terjadi ketika murid bekerja sama dalam kelompok kecil atau (
kelompok belajar) untuk saling membantu dalam belajar. Kelompok belajar bersama
ini bervariasi dalam ukurannya, meskipun biasanya terdiri dari 4 orang. Dalam
beberapa kasus, kelompok belajar ini dilakukan secara berpasangan (dua murid).
Ketika murid ditugaskan belajar dalam kelompok, biasanya kelompok itu akan
tetap bertahan selama seminggu atau sebulan, tetapi kelompok belajar bersama
biasanya tidak memakan banyak waktu murid dalam satu hari pelajaran atau satu
tahun ajaran (sherman, 2001) .
C.
Menyusun
Kelompok Kerja Kecil
Menyusun
murid dalm kelompok kerja kecil, kita sebagai seorang guru harus membuat
keputusan tentang bagai mana menyusun kelompok secara baik dang benar atau
secara teratur, membangun keterampilan kelompok, dan menstrukturisasi intraksi
kelompok.
1. Menyusun
kelompok
Pendekatan
pembelajaran keoperatif umunya merekomendasikan kelompok dengan defersitas
dalam kemampuan. Alasan dibalik pengelompokan memaksimalkan kesempatan bagi
tutoring dan dukungan sesama teman, meningkatkan relasi antar gender dan antar
etnis, dan memastikan bahwa setiap kelompok setidaknya memiliki satu murid yang
bisa melakukan tugas.
2. Kemampuan
Heterogen
Kemampuan
Heterogen adalah kelompok yang bisa
membantu murid yang berkemampuan rendah, yang dapat belajar dari murid
berkemampuan tinggi. Akan tetapi,bebeapa pengkritik mengatakan bahwa
pengelompokan heterogen itu menghambat peningkatan kemampuan dari murid
berkemampuan tinggi.
D.
Interaksi
sosial
Adalah
hubungan manusia dengan manusia lainnya,atau hubungan manusia dengan
kelompok,atau hubungan kelompok dengan kelompok.
-
Komunikasi
Adalah
proses pengiriman berita dari seseorang kepada orang lainnya.
Terdapat
lima unsur dalam komunikasi :
1. Adanya
pengiriman berita
2. Penerima
berita
3. Adanya
berita yang dikirimkan
4. Ada
media atau alat pengiriman berita
5. Ada
sistem simbol yang digunakan untuk menyatakan berita.
-
Sikap
adalah
istilah yang mencerminkan rasa senang,tidak senang atau perasaan biasa-biasa
aja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. “sesuatu” itu bisa benda,
kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Kalau yang timbul terhadap
sesuatu itu adalah perasaan tak senang, sikap negatif. Kalau tidak timbul
perasaan apa-apa, berarti sikapnya netral.
Sikap dinyatakan dalam tiga domain
ABC, yaitu affect, behaviour dan cognition. Affect adalah perasaan yang timbul
(senang, tak senang) behaviour adalah perilaku yang mengikuti perasaan itu
(mendekat, menghindar), dan cognition adalah penilaian terhadap objek sikap
(bagus, tidak bagus) (Sarwono, 1997).
Manusia
dapat mempunyai bermacam-macam sikap terhadap bermacam-macam hal (objek sikap).
Contoh-contoh dibawah ini akan menunjukan apakah yang dimaksud sikap-sikap
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi
seorang islam, daging babi adalah haram, kalau kepadanya dikatakan sosis yang
di kunyahnya adalah daging babi, maka bisa jadi akan timbul perasaan mual
(effect), dan makanan itu akan muntah (behaviour), karena dia fikir dia sedang
makan sesuatu yang menjijikan (cognition). Padahal kalau dia tidak tahu (dia
pikir sosis ayam), maka dia pun tak akan muntah. Demikian pula kalau kebetulan
yang makan sosis babi itu non-muslim, perasaan mual itu tak akan timbul.
E.
Perkembangan
sosial dan karakter
Perkembangan
sosial tidak dapat lepas dari perkembangan lainnya seperti fisik,mental,dan
emosi. Hubungan diantara ketiga faktor ini
sangat erat kaitannya,sehingga salah satu faktor itu sudah dapat menjadi
dasar untuk menghasilkan perkembangan sosial individu itu sendiri,misalnya
keadaan fisik dan fisiologis,tarap kesiapan mental,serta tarap kermatangan
emosional,karena faktor inilah yang akan menentukan cepat lambatnya
perkembangan disetiap fase.power mendevisikan perkembangan sosial dan karakter.
-
Perkembangan sosial didevisinikan
sebagai kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari individu
dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola dan tingkah lakunya yang
luwes.
-
dapat di devisinikan sebagai
kencederungan tingkah laku yang konsisten secara lahirliah dan batiniah.
F.
Bidang
tingkah laku sosial
Sebagian
besar bentuk tingkah laku dan dorongan yang melekat itu kebanyakan mempunyai
kaitn sosialnya. Misalkan kita makan tiga kali sehari untuk memenuhi kebetuhan
fisik yang paling dasar, ini merupakan dasar kebiasaan makan dari lingkungan.
Unsur spesifik dari berbagai situasi sewaktu memenuhi rasa lapar itu memberikan
dampak psikologis terhadap selera kita. Karena anak dilahirkan dalam kultural
yang khusus ia akan mengembangkan pola tingkah laku sosialnya sesuai dengan
adat-istiadat dari kelompok kebudayaan dimana ia dibesarkan sampai menuju
kematang sosial.
G. Perkembangan kesadaran sosial
Adalah
suatu tingkatan atau batasan dalam perkembangan anak yang dapat menjadikan
jaminan bahwa dia telah menyadari dunia sekelilingnya dn duniny sendiri sebagai
dunia bagian darinya. Anak yang mula-ula kurang terlatih dan membentuk proyeksi
terhadap dirinya sebagai individu yag tadinya kurang terkontrol telah memasuki
alam manusia yang berfungsi aktif ahirnya akan menjadi lebih terkontrol dalam
hal :
-
Penggunaan kata-kata yang lebih ramah
dan bersahabat
-
Tingkah laku sosialnya akan lebih dapat
dikendalikan sesuia aturan yang berlaku
-
Adanya penghargaan terhadap orang lain
-
Tanggung jawab sebagai anggota dari
suatu kelompok dari masyarakat
Adapun
perkembangan sosial
-
Perkembangan sosial bayi dan akank-kanak
pertama
-
Pertmbuhan selama prasekolah
-
Pertumbuhan selama taman kanak-kanak tk
-
Pertumbuhan pada sekolah dasar
H. Program konstruktivisme sosial
Program
yang secara sistematis menggabungkan folosovi konstruktivisme sosial dalam upaya untuk menantang murid
memecahkan problem dunia nyata dan mengembangkan pemahaman tentang konsep.
Program ini menekankan tiga strategi yang mendorong refleksi dan diskusi :
1. Menggunakan
orang dewasa sebagai model peran
Pakar
tamu dan guru kelas memperkenalkan ide besar dan prinsip sulit. Orang dewasa
itu kemudian menunjukan cara berfikir dan menrefleksikan sendiri proses pengidentifikasian topik
didalam area penelitian umum atau secara menalar mendasarkan informasi yang
telah diberikan. Orang dewasa itu secara terus-menerus meminta murid
menjustivikasi pendapat mereka dan kemudian mendukungnya dengan bukti-bukti.
Guru dan murid mengkategorisasikan pertanyaaan itu menjadi sub-sub topik sesuai
dengan tipe populasi yang mereka acu seperti populasi yang sudah punah,
populasi yang terancam, populasi arti sosial, populasi yang sudah ditolong, dan
populasi perkotaan.
2. Anak
mengajar anak
Browen
(1997) mengataka bahwa anak dan orang dewasa bisa memperkaya proses belajar
dikelas dengan kontribusi keahlian mereka. Disini dipakai pelajaran lintas
usia, dimana murid yang lebih tua mengajar urid yang lebih muda ini bisa
dilakukan secara tatap juka dan lewat surat elektronik (email).
3. Konsultasi
komputer online
Seperti
telah dicatat kelas pcl juga menggunakan surat elktronik untuk membangun
komunitas dan keahlian. Melalui email, pakar memberikan pelajaran dan nasehat,
dan juga komentar atau makna dari belajar dan memahami. Pakar online ini
berfungsi sebagai model pera berfikir. Mereka bertanya, meneliti, dan membuat
kesimpulan berdasarkan pengetahuan yang tidak lengkap. Jantung pcl adalah
kultur pembelajaran, negosiasi, sering (berbagi), dan memproduksi karya yang
ditampilkan pada orang lain. Pengalaman pendidkkan ini melibatkan komunitas
interpretatif yang mendorong pertukaran aktif dan resiprositas.
I.
Sekolah
kolaboratif
Pada
tahun 1997,sekolah kolaboratif dibuat untuk menjalin kerja sama orang tua-guru
dan masih berlanjut sampai saat ini.dalam sekolah kaloboratif,guru,orang
tua,dan anak membantu merencanakan dan mengembangkan kurikulum yang mencangkup
(turkanis,2001).
Ø Menangkap
momen untuk membangun ide yang menarik yang muncul didalam diskusi kelas
Ø Mengakui
bahwa murid punya agenda belajar sendiri yang dapat memberi motivasi dan jalur
kepembelajaran didalam area kurikulum.
Ø Mendukung
unit study yang sering muncul selama proses kelompok,saat orang tertarik dengan
perhatian orang lain,dn mengembangkan keahlian satu sama lain.
Ø Menggunakan
berbagai sumber daya yang luas dengan tidak terlalu banyak mengandalkan pada
buku pegangan
Ø Memfokuskan
pada pengalaman ide besar konsep,dan proyek besar.
BAB
III
KESIMPULAN
pendekatan
konstruktivisme sosial menggunakan sejumlah inovasi di dalam pembelajaran di
kelas. sebelum kita mempelajari inovasi-inovasi itu,pertama-tama mari kita
mantapkan pegetahuan kita tentang berbagai perspektif konstruktivisme dan
dimana tempat pendekatan konstruktivisme sosial dan kerangka konstruktivisme
pada umumnya.Pendekatan konstruktivisme sosial menekankan pada konteks sosial
dari pembelajaran bahwa pengetahuan itu dibangun dan konstruksi secara bersama
.vygotsky menekankan bahwa murid mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi
sosial dengan orang lain.
Dan piaget menekankan bahwa guru memberkan
dukungan bagi murid untuk mengekplorasi dan mengembangkan pemahahaman.
Dalam
satu studi landasan teory vygotsky,sepasang anak dari dua sekolah umum AS
bekerja sama (motusuv,bell, & rogoff, 2001 ).satu anggota dari pasangan itu
selalu brasal dari sekolah tradisional yang jarang memberi kesempatan dari murid untuk bekerja sama saat mereka belajar.
Anggota lain dari pasangan itu selalu berasal dari sekolah yang menekankan
kolaborasi dari sepanjang jam pelajaran sekolah.Anak berlatar belakang sekolah
yang kolaboratif lebih sering membangun pemahaman berdasarkan ide rekannya
secara kolaboratif lebih sering membangun pemahaman berdasarkan ide rekannya
secara kolaboratif ketimbang anak dari sekolah tradisional.anak dari sekolah
tradisional biasanya menggunakan bentuk pedoman “soal”berdasarkan pada
pertanyaan yang sudah dia ketahui jawabannya dan sengaja menyembunyikan
informasi untuk menguji pemahan rekannya
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhibbin
syah.2012.psikologi belajar.jakarta:rajawali pers
2. Johana
E.Prawitasari.2011.psikoogiklinik.yogyakarta:
Erlangga
3. Drs.syaiful
bahri Djamarah.2008.psikologi belajar.jakarta:Rineka cipta
4. Miriam
w.schustack.2008.Kepribadian Teori Klasik Dan Riset Modern.jakarta:erlangga
5. Dr.Hamzah
B.Uno,M.Pd.2008.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.jakarta:Bumi Aksara
6. Prof.Dr.H.Djaali.2012.psikologi
pendidikan.jakarta:bumi aksara
7. John
W.Santrock.2007.perkembangan anak.jakarta:erlangga
8. Sarlito
W.Sarwono.2013.psikologi umum.jakarta:rajawali pers
9. Agus
Darma.1983.psikologi.jakarta:erlangga
10. Nurjannah
Taufiq.1983.psikologi.jakarta:erlangga
11. JohnW.Santrock.2004.psikologpendidikan.jakart:
kencana
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama allah yang maha pengasih
lagi maha penyayang , Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT.
Yang telah melimpahkan taufiq dan innayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul : “PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
DALAM SOSIAL “
Dalam makalah ini membahas tentang bagaimana
pendekatan konstruktivisme di sosial masyarakat, dan makalah ini ditulis oleh kelompok
9 sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas-tugas yang diberikan oleh
dosen yang bersangkutan dengan mata kuliyah agar dapat menambah nilai dalam
perkuliyahan Psikologi Pendidikan.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini, kelompok
9 telah mengerjakannya dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu kami sangat
bengharap agar tugas pembuatan makalah ini dapat diterima dengan baik.
Dengan penuh kerendahan hati, kami dari kelompok 9 menyadari bahwa isi
maupun penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami dari
kelompok 9 tidak menutup kepada pembaca untuk memberikan segala bentuk kritikan
atau saran yang bersifat membangun.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum
wr.wb
Bandar
Lampung, juni 2015
DAFTAR
ISI
Kelompok
9
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PENDEKATAN SOSIAL KONSTRUKTIVISME DALAM PENDIDIKAN
(SOCIAL CONSTRUCTIVIST APPROACHES)
Dosen
Pembimbing
SYAFRIMEN.M,Ed
DI SUSUN OLEH :
NURAZMI :
1411070188
ROSINTA : 1411070206
ZAIDAH : 1411070236

INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN
GURU RAUDHATUL ATHFAL
TAHUN
AKADEMIK 2014/2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komentar
Posting Komentar