Makalah Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional AUD/TK



BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Secara umum perkembangan dan pertumbuhan yang di alami setiap individu, khususnya pada periode kanak-kanak, dapat disimpulkan karakteristik dan arahnya, namun secara khusus keadaan tersebut tidak dapat dikatakan stabil atau tetap. Jika diamati berdasarkan karakteristik individual, perkembangan seseorang sulit diharapkan dapat bergerak terus secara positif dari awal perkembangan menuju ke perkembangan berikutnya, dan dari periode satu ke periode selanjutnya. Perkembangan bergerak dan sering sekali mengikuti stimulasi dari unsur-unsur yang menghampirinya, apalagi jika unsur perkembangan yang di maksud bersifat sensitive, seperti perkembangan sosial dan emosional.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah: 1. Faktor hereditas, 2. Faktor lingkungan, 3. Faktor umum.[1]
Penjelasan faktor umum. Faktor perkembangan sosial:
 a). Keluarga,
b). Kematangan pribadi,
c). Status sosial ekonomi,
d). Pendidikan,
 e). Kapasitas mental: emosi dan intelegensi.
Faktor perkembangan emosional:
a). Pola asuh orangtua,
 b). Temperamen,
c). Jenis kelamin,
 d). Usia
e). Perubahan interaksi dengan teman sebaya,
 f). Perubahan interaksi dengan sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.                Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional AUD
Perkembangan sosial dan emosional anak tidak selamanya stabil. Seorang anak mampu menyesuaikan diri secara tepat dan baik dalam lingkungan yang dimasukinya, tetapi suatu saat mereka mengalami kesulitan bahkan kegagalan dalam berinteraksi dan beraktivitas dalam lingkungan sosial tertentu. Juga dalam perkembangan emosinya, suatu saatn anak-anak berada dalam kondisi yang penuh dengan kegembiraan dan keceriaan, disaat lain mereka tampak kecewa, marah saat berkomunikasi dan berinteraksi dalam lingkungannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas sosial dan emosional anak, baik yang berasal dari anak itu sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi secara dominan, maupun secara terbatas baik pada aspek fisik dan psikologis maupun pada prilaku anak secara keseluruhan. Untuk dapat menyelami berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak, selanjutnya akan dibahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kedua dimensi perkembangan tersebut.

1.      Faktor-faktor perkembangan sosial dan emosi anak usia dini
Ada tiga faktor yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan sosial dan emosi anak usia dini sebagai berikut:
a.       Faktor hereditas/Genetis/Keturunan
Faktor hereditas biasanya ada yang menyebut faktor hereditas ini sebagai istilah nature. Dan faktor ini merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan dari orang tua biologis atau orang tua kandung kepada anaknya. Jadi dapat dikatakan faktor hereditas merupakan pemberian biologis sejak lahir. Pembawaan yang telah ada sejak lahir itulah yang menentukan perkembangan anak untuk dikemudian hari.[2] Pendidikan dan lingkungan sama sekali tidak berpengaruh dan tidak berkuasa dalam perkembangan seorang anak termasuk perkembangan emosi dan sosialnya.

b.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sering disebut dengan istilah nurture. Faktor ini bisa diartikan sebagai kekuatan kompleks dunia fisik dan sosial yang memiliki pengaruh dalam susunan biologis serta pengalaman psikologis, termasuk pengalaman sosial dan emosi anak sejak sebelum ada dan sesudah dia lahir. Nah faktor ini meliputi semua pengaruh lingkungan temasuk didalamnya pengaruh-pengaruh  berikut ini:
1)      Keluarga
Keluarga menjadi lingkungan yang pertama dan utama. Dengan demikian keluarga memiliki peran yang utama dalam menentukan pengembangan sosial dan emosi anak. Di lingkungan keluarga inilah anak pertama kali menerima pendidikan sedangkan orang tua mereka merupakan pendidik bagi mereka.
2)      Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga, disekolah anak berhubungan dengan guru dan teman-teman sebayanya. Hubungan antara guru dan anak dengan teman sebaya dapat mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak. Guru merupakan wakil dari orang tua mereka saat mereka berada di sekolah serta pola asuh dan perilaku yang ditampilkan oleh guru dihadapan anak juga dapat mempengaruhi emosi dan sosial anak.
3)      Masyarakat
Masyarakat secara sederhana saja, masyarakat disini diartikan sebagai kumpulan  individu atau kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, kebiasaan dan agama. Budaya, kebiasaan, dan agama, pada suatu masyarakat diakui ataupun tidak memiliki pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.[3]

c.       Faktor umum (Interaksionisme antara genetis dan lingkungan)
Faktor umum maksudnya di sini merupakan unsur-unsur yang dapat digolongkan ke dalam kedua faktor di atas ( faktor hereditas dan faktor lingkungan ). Faktor umum adalah faktor campuran dari faktor hereditas dan faktor lingkungan.[4]

2.      Ada faktor-faktor umum antara lain.
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial individu. Faktor-faktor itu bisa berasal dari kematangan sosal diri sendiri, faktor keluarga, lingkungan, ekonomi, pendidikan, pengalaman dan lain-lain.
a). Keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan individu, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.

b). Kematangan pribadi.
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.

c). Status sosial ekonomi.
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku individu akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.

d). Pendidikan.
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, individu memberikan warna kehidupan sosial didalam masyarakat dan kehidupan mereka.

e). Kapasitas mental: emosi dan intelegensi.
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial. Individu yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial individu tersebut.


3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosional.
Beberapa ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang yaitu:

a)    Pola asuh orangtua.
Pola asuh orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik.[5]
Menurut goleman cara orang tua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang mendalam dan permanen pada kehidupan anak. Goleman juga menemukan bahwa pasangan yang secara emosional lebih terampil merupakan pasangan yang paling berhasil dalam membantu anak-anak mereka mengalami perubahan emosi. Pendidikan emosi ini dimulai pada saat-saat paling awal dalam rentang kehidupan manusia, yaitu pada masa bayi.[6]

b)   Temperamen.
Temperamen adalah jenis perilaku yang alamiah bagi anak. Dapat juga didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia. Tempramen anak sebagian merupakan hal yang biologis, namun juga dipengaruhi faktor-faktor lain, seperti : Pengalaman hidup, Tantangan fisik, Orang-orang yang di temui anak.[7]

c)    Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya.

d)   Usia
Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya. Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi. Namun demikian, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seseorang yang sudah tua, kondisi emosinya masih seperti orang muda yang cenderung meledak- ledak..

e)    Perubahan interaksi dengan teman sebaya.
Peserta didik sering kali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk emacam geng. Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Fakor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa.[8]

f)    Perubahan interaksi dengan sekolah.
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.
B.     Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Emosi
            Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkn dengan anak-anak yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya, mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosi.
Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Misalnya marah bagi laki-laki, dibandingkan dengan emosi takut, cemas, dan kasih sayang yang dianggap lebih sesuai bagi perempuan. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan marah juga lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.[9]   
          Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin.Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi perkembangan emosi Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada “orang sasaran”

Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain :
a. Belajar dengan coba-coba
b. Belajar dengan cara meniru
c. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
d. Belajar melalui pengkondisian
e. Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi

C.                Cara Menyikapi Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional AUD.
1.         Perilaku terpenting bagi guru dan orang tua adalah memiliki kesanggupan dan kemampuan yang memadai untuk mengenali anak dan karakteristik perkembangan emosi dan sosialnya.

2.         Guru dan orang tua harus mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dan sesuai tuntutan perkembangan emosi dan sosial anak. Pendidik perlu mengelola kelas yang memungkinkan anak mengembangkan kemampuan sosial emosinya terutama kesadaran anak untuk bertanggungjawab terhadap benda dan tidakan yang dilakukannya. Lingkungan ini berupa fisik dan psikis. Lingkungan fisik menekankan pada ruang kelas sebagai tempat anak berlatih kecakapan sosial emosinya. Sedangkan lingkungan psikis lebih ditekankan pada suasana lingkungan penuh cinta kasih sehingga merasa nyaman dan aman di kelas.

3.         Penting bagi guru atau orang tua melengkapi kemampuan dirinya dalam menghilangkan dan menekan atau mengeliminasi faktor penyebab dan hal – hal negatif serta perusak perkembangan emosi dan sosial pada anak pra sekolah










BAB III
        PENUTUP

A.                Kesimpulan
Jadi dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah:
1. Faktor hereditas
 2. Faktor lingkungan
 3. Faktor umum.
ü   Penjelasan faktor umum. Faktor perkembangan sosial:
 a). Keluarga,
b). Kematangan pribadi,
c). Status sosial ekonomi,
d). Pendidikan,
 e). Kapasitas mental: emosi dan intelegensi.
ü      Faktor perkembangan emosional:
a). Pola asuh orangtua,
b). Temperamen,
 c). Jenis kelamin,
d). Usia
e). Perubahan interaksi dengan teman sebaya,
 f). Perubahan interaksi dengan sekolah.
D.    Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Emosi
            Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka
.

DAFTAR PUSTAKA


Dariyo, A. 2007. psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Psikologi ATITAMA). Bandung : PT Reflika Aditama.
Meggitt, Carolyn. 2013. Memahami Perkembangan Anak, Jakarta: PT Indeks.
Nuryanti, L. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang.
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak. Edisi ke sebelas, Jilid dua. PT Gelora Aksara Pratama.
Santrock, J. W. 2007. Psikologi Pendidikan. Edisi ke Dua, Jakarta: Kencana.

IMG_20161017_162508
\





[1] Dariyo, A. psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Psikologi ATITAMA). (Bandung : PT Reflika Aditama, 2007) h. 44.
[2] loc. cit.
[3] Dariyo, A. ibid, h. 45.
[4] ibid, h. 46.
[5] Santrock, J. W.Perkembangan Anak, Edisi ke Sebelas, Jilid Dua. (PT Gelora Aksara Pratama, 2007), h. 34.
[6] Nuryanti, L. Psikologi Anak. (Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h 42.
[7] Meggitt, Carolyn. Memahami Perkembangan Anak,(Jakarta: PT Indeks, 2013), h. 259.
[8] Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan. Edisi ke dua,  (Jakarta:Kencana, 2007), h.100.
[9] Prof. Dr.Singgih D.Gunarsa,Dasar dan Teori perkembangan anak(jakarta:libra 2011,hlm.34

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA DINI

RANCANGAN PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR INDOOR DI LEMBAGA PAUD atau TK

MAKALAH PRINSIP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD