Penelitian anak dengan retardasi mental (tugas UAS)



            

LAPORAN PENELITIAN
ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL
Diajukan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliyah Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Dosen Pengampu :
Yulistia Dwi Asmira, M.Pd


Oleh :

Nama                     : Nugroho Galih Wicaksono                     
NPM                       : 1411070184
Jurusan                 : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
Semester/Kelas    : IV/D


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1437 H/2016 M
 






                BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pada era modern saat ini pendidikan sudah bukan menjadi sesuatu yang mewah. Karena pada abat ke-20 ini jalur akses pendidikan sangat mudah, hal ini ditandai dengan banyaknya program sekolah geratis dari pemerintah dan bantuan-bantuan pembiayaan sekolah yang diberikan oleh sekelompok orang atau instansi yang peduli tentang perbaikan pendidikan di Indonesia, sehingga hampir setiap strata ekonomi masyarakat mampu mengenyam pendidikan.
Dengan mudahnya akses pendidikan ini maka secara bertahap SDM di Indonesia akan membaik. Sehingga untuk tercapainya cita-cita tersebut setiap peserta didik dituntut untuk mampu berprestasi, baik skala daerah, nasional hingga Internasional. Untuk meraih prestasi atau hasil belajar yang berkualitas dibutuhkan peran orang tua, lingkungan serta pihak yang bersangkutan langsung dengan dunia pendidikan dengan bersama-sama mengusahakan perbaikan kualitas SDM yang ada saat ini.
Berkenanaan dengan itu orang tua sebagai sumber belajar anak yang pertama diharapkan mampu membenahi kualitas SDM dari dalam lingkup keluarga. Yaitu kaitannya dengan sikap terhadap proses dan hasil belajar anak, kebiasaan dalam keseharian anak, dan sejumlah tindakan guna memperbaiki kualitas SDM generasi muda dari dalam keluarga.  Berarti Keluarga sebagai pusat pendidikan Informal utama memiliki andil besar dalam mencetak generasi bermutu di Indonesia. Sehingga di dalam keluarga itu harus ada perhatian khusus terhadap proses belajar anak dan hasil belajar yang diperoleh anak.


B.   Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa itu retardasi mental (rendah kecerdasan) ?
2.    Bagaimana ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan rendah ?
3.    Bagaimana anak bisa mengealami retardasi mental ?
 
C.   Tujuan Penelitian

1.    Untuk memenuhi tugas individu mata kuliyah Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
2.    Memahami tentang retardasi mental secara konkrit
3.    Mengetahui perbedaan anak normal dengan anak yang memiliki kecerdasan rendah
4.    Memahami penyebab keadaan pada anak









BAB II
PEMBAHASAN
A.   Biodata Anak
Anak yang diteliti merupakan saudara peneliti sendiri (anaknya Paman si peneliti)  yang sedang duduk dibangku SD kelas IV. Adapun biodatanya tertera dibawah ini.

1. Nama Lengkap                : DWI SRI RAHAYU
2. Nama Panggilan            : AYU
3. Jenis Kelamin                  : PEREMPUAN
4. Tempat Tgl. Lahir             : MARGODADI, 30 JANUARI 2006
5. Agama                               : ISLAM
6. Pendidikan Sebelumnya           : TK
7. Anak Nomor Ke               : 2
8. Jumlah Saudara             : 1
9. Alamat                               : MARGOREJO, JATI AGUNG,                    LAMPUNG SELATAN

B.   Biodata Orang Tua

1.    Biodata Ayah

1. Nama Lengkap          : MUJIYANTO
2. Nama Panggilan       : YANTO
3. Jenis Kelamin            : LAKI-LAKI
4. Tempat Tgl. Lahir       : MAGELANG, 4 APRIL 1964
5. Agama                         : ISLAM
6. Status                          : KAWIN
7. Pendidikan Terakhir : SLTA
8. Anak Nomor Ke         : 3
9. Jumlah Saudara        : 8
10. Alamat                       : MARGOREJO, JATI AGUNG,                    LAMPUNG SELATAN


2. Biodata Ibu

1. Nama Lengkap          : SULAMI
2. Nama Panggilan       : LAMI
3. Jenis Kelamin            : PEREMPUAN
4. Tempat Tgl. Lahir       : MARGODADI, 24 APRIL 1972
5. Agama                         : ISLAM
6. Status                          : KAWIN
7. Pendidikan Terakhir : SLTA
8. Anak Nomor Ke         : 4
9. Jumlah Saudara        : 5
10. Alamat                       : MARGOREJO, JATI AGUNG,                    LAMPUNG SELATAN
           

C.   Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Observasi dan Wawancara

1.    Waktu Penelitian
Observasi ini dilaksanakan selama 1 minggu, sejak tanggal 30 Mei sampai 6 Juni 2016
2.    Tempat Penelitian
Alamat                  : Dusun III
RT/RW                 : 008/004
Desa                     : Margorejo
Kecamatan          : Jati Agung
Kabupaten          : Lampung Selatan
Provinsi               : lampung



D.   Hasil Observasi Anak
Dalam keseharian anak terlihat  melakukan setiap hal yang mayoritas anak pada usianya lakukan seperti bermain masak-masakan, main lonpat tali, main ibu dan anak, pasar-pasaran dan lain sebagainya, namun ketika anak tidak bertemu atau dihampiri teman-temannya si anak lebih suka menonton TV tidak kenal waktu, film yang ditonton anak tergolong film dewasa yaitu film FTV, suatu saat saya pernah mencoba memindah channel TV jadi channel berita, secara spontan si anak marah dia minta diganti channel menjadi channel FTV lagi.
Sejauh peneliti mengenal si anak, anak merupakan anak yang sedikit manja namun ketika disuruh, anak tanggap meskipun pelaksanaannya butuh waktu lama. Dalam kesehariannya, anak merupakan pribadi yang sudah mandiri terlihat ketika si anak mencuci pakaiannya sendiri. Ketika pagi hari si anak menyapu halaman depan. Setalah anak pulang sekolah, ia berganti pakaian lalu pergi bermain, tetapi si anak lebih sering menonon TV terlebih dahulu karena saat sekira jam 10-an film FTV tayang, hingga datang temannya menghampiri untuk bermain. Ketika sore si anak mengaji di TPA dan malamnya ia belajar bersama orang tuanya (bapak).
Jika dilihat dari runtutan aktivitas anak diatas, anak tidak menunjukan ketidaknormalan kecerdasan, melainkan mayoritas yang dilakukan si anak merupakan kegiatan yang dilakukan juga pada anak seusianya. Karena yang menjadi rujukan penelitian ini adalah ” si anak pernah tidak naik kelas, saat di kelas II SD”. Diperkuat dengan temuan peneliti bahwa terkadang si anak salah pelafalan bahasa (bicara terbalik-balik), dan ketika anak diajari tentang suatu hal anak cenderung tidak menggubris (menanggapi) atau dapat dikatakan rasa ingin tahunya kurang, padahal diseusianya anak sedang dalam proses keingintahuan yang tinggi.
Perhatian orang tua terhadap anak kurang. Dalam kesehariannya orang tua sibuk bertani, sehingga waktu untuk berinteraksi dengan anak kurang, hanya ketika malam hari interaksi itu dapat terjalin dengan harmonis. Mereka sering membentak-bentak dan memarahi anak terutama ketika menyuruh anak melakukan sesuatu atau yang dilakukan anak tidak sesuai dengan harapan orang tua, terutama ibu si anak, hampir disetiap percakapan degan si anak menggunakan nada tinggi.
E.   Hasil Interview Orang Tua (Pengasuh)

1.    Penyebab Keadaan Anak
Pada waktu balita, saat anak usia 1 tahun sakit, anak lemes, kurang menyusu,  pernah dibawa ke dukun, kata dukunnya anak terindikasi terkena gizi buruk, namun secara fisik anak normal.
2.    Karakter/ tingkah laku anak
Anak tipikal manja dan tidak suka kerja berat.
3.    Pola Makan Anak
Kalau pagi minum susu dan sarapan, saat siang setelah pulang sekolah langsung makan siang, dan dan makan malam (perilaku anak umum).
4.    Pola Asuh Orang Tua
Anak dibiasakan bangun pagi, kemudian mandi untuk persiapan sekolah, saat pulang sekolah anak diminta mengulang pelajaran yang diajarkan di Sekolah, pada pukul 6-8 WIB anak belajar dan selebihnya anak tidur.
5.    Keahlian dan Hobi Anak
Anak suka mengotak-atik (re-dekorasi) kamarnya sendiri secara berkala, dan anak suka belajar menyulam (merajut kain khas Lampung).


F.    Analisis Data
Anak dengan retardasi mental seringkali dianggap sebagai pribadi yang inferior (lebih rendah) dibandingkan dengan anak normal seusianya. Hal ini tampak dari bagaimana orang-orang di sekitarnya memberikan ruang gerak yang terbatas pada kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu kurangnya penerimaan dari orang tua tak jarang menyebabkan perkembangan mereka semakin terhambat. Padahal dengan latihan yang cukup dan dukungan yang kuat, penyandang retardasi mental dapat hidup secara mandiri dan berkontribusi bagi lingkungan di sekitarnya. Karena itulah, langkah awal yang paling mudah adalah dengan belajar memahami kondisi mereka.
1.    Landasan Teori

a.    Pengertian Retardasi Mental  
Istilah “retardasi mental” masih cukup asing di telinga sebagian besar masyarakat. Di dunia pendidikan Indonesia, retardasi mental lebih dikenal sebagai “tuna grahita”. Retardasi mental adalah sebuah kondisi di mana kemampuan intelektual seseorang di bawah rata-rata (IQ di bawah 70) dan terdapat gangguan dalam perilaku adaptif . Perilaku adaptif merupakan kemampuan seseorang dalam membina hubungan sosial dan menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari (seperti menggunakan transportasi umum, menggunakan uang untuk berbelanja, dsb). Dalam beberapa kasus, penyandang retardasi mental biasanya memiliki gangguan lainnya, seperti misalnya down syndrome, fragile-x syndrome, dsb.
b.    Klasifikasi Anak Retardasi Mental Berdasarkan Tes IQ

1.    Retardasi Mental Ringan (IQ 50-69)
Pada kategori ini, kesulitan utama yang ditemui adalah tugas-tugas akademik di sekolah. Sebagian besar anak dengan retardasi mental memiliki perkembangan bahasa yang cukup untuk aktivitas berbicara sehari-hari. Meskipun terbilang lambat tapi anak dapat mencapai ketrampilan praktis dan rumah tangga untuk bisa hidup mandiri secara penuh.
2.    Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Mengalami perkembangan bahasa yang bervariasi. Ada yang mencapai kemampuan komunikasi secara  sederhana. Ada pula yang hanya mampu berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar saja. Selain itu, cenderung memiliki prestasi akademik yang rendah.
3.    Retardasi Mental Berat (IQ 20-34)
Memiliki kemampuan yang sama dengan kategori retardasi mental sedang. Umumnya menderita gangguan fisik motorik (gerakan) yang mencolok.
4.    Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20)
Pemahaman dan penggunaan kata sangat terbatas. Dengan latihan dan pengawasan yang tepat, anak dengan retardasi mental dapat melakukan tugas praktis dan rumah tangga yang sederhana.
c.    Tanda dan Gejala Retardasi Mental Anak

1.     Adanya gangguan kognitif , yang dimaksud dengan kognitif adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kecerdasan otak. Misalnya kemampuan untuk menghitung, berfikir.

2.     Keterlambatan mengungkapkan dan menangkap bahasa Anak dengan retardasi mental, akan mengalami kesulitan untuk mengerti bahasa yang diungkapkan orang lain dan juga kesulitan untuk mengungkapkan kata-kata pada orang lain

3.    Lingkar kepala di atas atau di bawah normal. Jika ada anak dengan lingkar kepala yang abnormal yaitu di atas atau di bawah normal, maka anak ini beresiko mengalami retardasi mental.

4.    Kemungkinan keterlambatan Pertumbuhan Tanda dan gejala retardasi mental lainnya adalah kemungkinan keterlambatan pertumbuhan. Biasanya anak yang mengalami retardasi mental, pertumbuhannya akan terhambat.

5.    Kemungkinan Gerak tubuh yang tidak normal Anak yang gerak tubuhnya terlihat aneh dan di luar normal, biasanya dia mengalami retardasi mental.

Itulah beberapa tanda dan gejala anak yang mengalami retardasi mental. Untuk mencegah anak anda mengalami retardasi mental, kiat-kiat yang bisa dilakukan antara lain meliputi melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, menjaga nutrisi waktu hamil, menjaga kesehatan, menjaga kondisi psikologis tetap tenang ketika hamil.

d.    Hal  Yang Perlu Diperhatikan Terhadap Anak Retardasi Mental
Berbicara mengenai kebutuhan dari anak dengan retardasi mental, sebenarnya akan berkaitan dengan kategori retardasi dan kemampuan yang mereka miliki. Untuk itulah, sangat dianjurkan untuk pergi menemui psikolog anak guna melihat sejauh mana potensi dari anak. Akan tetapi, ada beberapa hal umum yang bisa dijadikan acuan mengenai apa yang harus diperhatikan oleh keluarga:
a.    Pemilihan Sekolah
Dengan kemampuan di bawah rata-rata normal, kadangkala anak dengan retardasi mental kategori ringan tidak tampak mengalami gangguan. Gangguan akan mulai terdeteksi ketika anak mengalami masalah dalam bidang akademik. Untuk itulah, cari rujukan dari psikolog mengenai sekolah terbaik yang sesuai dengan kebutuhan anak. Jangan merasa gengsi untuk memasukkan anak di Sekolah Luar Biasa karena sebenarnya itulah yang dibutuhkan oleh anak. Memaksakan anak untuk sekolah di sekolah normal dapat menimbulkan masalah lain seperti bullying dan gangguan emosional.
b.    Melatih Kemampuan Berbahasa
Secara berkala, ajari anak untuk melatih kemampuan berbahasa. Secara perlahan, ajarkan kosakata yang dapat membantu dia berinteraksi dengan dunia sekitar. Tekankan pada kata-kata yang dia butuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.    Mengajari Anak Untuk Aktif
Di kehidupan sehari-hari, anak dengan retardasi mental memiliki pilihan yang sangat terbatas mengenai aktivitas yang bisa dia lakukan. Kebanyakan anak dengan retardasi mental hanya menghabiskan waktu dengan menonton TV atau mendengarkan radio. Hal ini bisa menyebabkan perilaku pasif pada anak. Ajarkan anak kegiatan-kegiatan yang dapat membuat dia berinteraksi dengan orang lain. Anak juga bisa dituntun untuk memiliki hobi yang menguntungkan seperti memasak, melukis, dsb.
d.    Perkembangan Seksual
Masalah seksual juga perlu mendapat perhatian serius. Ajari anak untuk memahami masalah-masalah pubertas yang mungkin muncul, seperti menstruasi atau mimpi basah.  Anak juga harus diberikan pengertian tertentu agar tidak terjebak pada pelecehan seksual. Sangat disarankan untuk menemui dokter atau psikolog yang bisa memberikan anjuran mengenai penanganan masalah seksual anak.
e.    Persiapan Untuk Masa Depan
Bekali anak dengan keterampilan-keterampilan hidup yang akan membantu ia untuk tidak terlalu bergantung pada keluarga. Ajarkan pula cara berkomunikasi dengan baik, etika ketika berada di tempat umum, ketepatan waktu, hingga kemampuan untuk berkarir di pekerjaan sederhana. Sadari orang tua atau keluarga tidak bisa selamanya menjaga hidup anak. Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kemandirian anak adalah dengan menempatkan anak pada sekolah yang tepat, sekolah yang berfokus pada peningkatan life-skill anak.

2.    Analisis Data

Dari sejumlah data diatas menunjukan bahwa anak tersebut memenuhi kriteria sebagai anak yang memiliki retardasi mental, hal ini ditunjukan pada rendahnya kecerdasan anak (kognitif anak) yaitu daya ingin tahunya lemah dan diperkuat dengan hasil belajar yang kurang baik “anak tidak naik kelas saat kelas II SD” (hasil belajar anak terlampir), serta gangguan berbahasa pada anak yaitu anak sering terbolik-balik saat berbicara.
Kondisi ini disebabkan pada saat bayi usia 1 tahun, si anak pernah sakit sehingga asupan gizi anak kurang menunjang untuk perkembangan otaknya, kurangnya perhatian dan kepedulian orang tua terhadap anak sehingga hasrat belajar anak kurang, pola asuh yang  kurang tepat yaitu sering memarahi anak sehingga kepercayaan diri anak rendah, kurangnya motivasi belajar dari kedua orang tua karena motivasi yang mereka berikan sebatas pesan, sedangkan anak seusianya lebih mengerti tentang segala sesuatu yang berwujud artinya motivasi berupa benda yang akan diberikan kepada anak agar anak mampu berkembang dan meraih hasil belajar yang baik.
Lebih lanjut peneliti menggali tentang sikap orang tua menanggapi persoalan ini, data yang peniliti peroleh dari wawancara dengan kedua orang tuanya bahwa, setelah anak tidak naik kelas, orang tua berinisiatif memberi les private pada anak, yang berlangsung selama 2 bulan. Namun tidak berlanjut karena si guru private meninggal, padahal si guru private sudah mampu memberi pendekatan yang sesuai terhadap anak yang berdampak baik pada anak dengan kata lain gurunya cocok dengan si anak. Dari hasil les private terdapat beberapa perubahan dari diri anak yaitu; anak lebih semangat belajar, hasrat ingin tahu tinggi dan lebih rajin. Kemudian diperkuat dengan anak naik kelas III setelah anak selama 2 bulan mengikuti les.
Jika mengacu pada klasifikasi keadaan retardasi mental anak, peneliti mengambil hipotesa bahwa anak tergolong pada retardasi mental tingkat ringan (IQ 50-69). Meskipun hal ini belum ditunjukan secara kualitatif melalui tes IQ, namun dari kriteria yang ditunjukan pada klasifikasi tingkat ringan relevan dengan hasil temuan dilapangan bahwa anak tergolong anak dengan kondisi retardasi mental.
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa peneliti dan mengkaji data baik primer dan sekunder maka peneliti menyimpulkan anak tergolong sebagai anak dengan kondisi retardasi mental tingkat ringan, hal ini ditunjukan dengan adanya relevansi anatara data temuan lapangan dengan teori rujukan yang peneliti gunakan.
Kondisi tersebut disebabkan oleh banyak faktor diantanyanya kurangnya gizi saat anak balita, kurangnya perhatian dari kedua orang tua, dan ketidaktepatan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga serta motivasi terhadap proses belajar anak kurang.   
Anak memiliki kelebihan yaitu kemampuan kreativitas yang baik dan kemandirian yang jarang dimiliki oleh anak seusianya.
B.   Saran
Kepada kedua orang tua, perlu memberi perhatian lebih terhadap anak, karena bagaimanapun faktor perhatian memiliki dampak yang baik terhadap segala aspek perkembangannya. Berikan motoivasi yang lebih kepada anak, gunakan motivasi yang berupa benda (dijanjikan hadiah) karena anak akan lebih akan semangat belajar terutama perlu dimotivasi dari segi hobi anak, anak memiliki pola kreativitas yang mumpuni terkhusus dibidang desain ruang (arsitek), designer dan lain sebagainya. Dan perlu adanya perbaikan pola asuh anak dalam keluarga.
Kepada pembaca secara umum, peneliti mohon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan penelitian dimasa mendatang. Diharapkan penelitian ini bisa terus dikembangkan sehingga dapat menjadi suatu pengetahuan yang komplek yang dapat menunjang kemampuan akademis pembaca. Semoga laporan penelitian ini bisa berguna bagi peneliti  dan bagi pembaca secara menyeluruh dan dapat menjadi sumber bacaan yang bermanfaat.




DAFTAR PUSTAKA

1.    Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa . Jakarta : PT Nuh Jaya .
2.    Shea, S. E. (2006 ). Mental Retardation in Children Ages 6 to 16. Seminar in Pediatric Neurology , 1-9.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA DINI

RANCANGAN PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR INDOOR DI LEMBAGA PAUD atau TK

MAKALAH PRINSIP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD