MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN MOTIVASI, PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Tugas kelompok 11 MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
MOTIVASI, PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu :
Dr. Syafrimen, Ph.D
Disusun Oleh :
-
Nugroho
Galih Wicaksono : 1411070184
-
Nadirotul
Hasanah : 1411070180
-
Siti
Susanti :
1411070237
-
Jurusan/kelas/semester
: PGRA/D/II

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1436 H/2015 M
DAFTAR ISI
Kata
pengantarii
Daftar
Isiiii
A.
Pendahuluan1
B. Pandangan Pakar Tentang Motivasi, Pengajaran Dan Pembelajaran
1.
Motivasi1
2.
Pengajaran9
3.
Pembelajaran11
C.
Pembahasan18
D.
Kesimpulan21
Daftar Pustaka
A.
PENDAHULUAN
Motivasi
adalah suatu dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu hal dengan
tujuan tertentu. Motivasi bersumber dari dalam diri individu sendiri dan
adapula yang berasal dari luar individu.
Pengajaran
merupakan upaya transfer ilmu atau suatu proses interaksi dari seseorang yang
memiliki pengetahuan kepada seseorang yang belum mengetahui.Umumnya pengajaran
hanya bersifat sepihak yakni berorientasi pada pemindahan ilmu saja tidak
mengarah ke mendidik, membimbing dan mengarahkan.
Pembelajaran
merupakan proses berlangsungya belajar yang meliputi banyak aspek berupa
strategi, metode, bahan pelajaran, lingkungan, kurikulum dan aspek lainnya.
B.
PANDANGAN PAKAR TENTANG MOTIVASI, PENGAJARAN DAN
PEMBELAJARAN
1.
Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi
adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya
perilaku yang memotivasi adalah perilaku yang penuh dengan energi, terarah dan
bertahan lama. Motivasi adalah dorongan terarah kepada pemenuhan kebutuhan
psikis dan rohaniah.
b. Perspektif Tentang Motivasi
1. Perspektif Behavioral
Perspektif
behavioral menekankan pada pemberian imbalan dan hukuman eksternal sebagai
kunci dalam menentukan motivasi murid. Salah satu imbalan yang diberikan kepada
murid yaitu insentif yang merupakan proses atau stimulasi positif atau negatif
yang dapat memotivasi murid. Insentif yang diberikan kepada murid diantaranya
adalah memberi nilai baik, memberi tanda bintang atau pujian ketika murid mampu
mneyelesaikan tugas dengan baik, memberi penghargaan berbentuk sertifikat
prestasi atau hadiah, dan memeberi izin kepada murid untuk melakukan hal yang
spesial seperti diberi jam istirahat lebih banyak sebagai ganjaran atas hasil mereka
yang baik.
2. Perspektif Humanistis
Perspektif
humanis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian,
kebebasan untuk menentukan nasib mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan
pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu
sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.[1]
Menurut hirarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam
urutan sebagai berikut:

![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
(Gambar 1. piramida kebutuhan manusia)
Keterangan:
1. Fisiologis: lapar, haus, tidur dan
lain-lain.
2. Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan
kejahatan, kekerasan anak usia dini dan lain-lain.
3. Cinta dan rasa memiliki: keamanan,
kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
4. Harga diri: mengargai diri sendiri.
5. Aktualisasi diri: realisasi potensi
diri atau menyalurkan bakat diri dan mengembangkannya. Aktualisasi diri adalah
motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia .
Maslow memandang bahwa aktualisasi
diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang rendah telah terpenuhi, dan
kebanyakan orang berhenti menjadi dewasa setelah mereka mengembangakan level
harga diri yang tinggi sehingga tak pernah sampai ke level puncak yaitu
aktualisasi diri.
3. Perspektif Kognitif
Menurut
perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan
ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif Pintrich dan Schunk,
menganggap bahwa minat murid berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal
murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab
kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor utama
dalam prestasi), dan keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka
secara efektif.
Perspsektif
kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White yang mengusulkan
konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi
lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia pendidikan, dan memproses
informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal
tersebut bukan karena kebutuhan
biologis, tetapi karena orang memiliki motivasi internal untuk berinteraksi
dengan lingkungungan secara efektif.
4. Perspektif Sosial
Kebutuhan
afiliasi atau ketergantungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain
secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan
personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam
motovasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,
keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan
positif dengan guru.
Murid
sekolah yang memiliki hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya
memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999,
Stipek 2002). Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu faktor terpenting
dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah
hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak (Mc Comb, 2001; Combs
& Quiat,2001). Dalam studi lain, nilai matematika menigkat dikalangan murid
sekolah menengah apabila mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif
(Eccles, 1993).[2]
c. Teori-teori Motivasi
1. Motivasi Menurut Maslow
Menurut
Abraham Maslow, kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan merupakan dasar dari
motivasi melakukan berbagai kegiatan. Apabila suatu kebutuhan yang lebih rendah
telah terpenuhi maka manusia akan melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang
lebih tinggi. Menurut Maslow terdapat kebutuhan yang bersifat umum, yaitu kebutuhan
fisiologis atau kebutuhan untuk bertahan hidup, kebutuhan keamanan, kebutuhan
terhadap kasih sayang, dan kebutuhan untuk dihargai. Apabila kebutuhan umum
tadi sudah terpenuhi maka kebutuhan yang lebih tinggi bisa dipenuhi oleh
manusia tersebut, yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya atau self actualization (being needs).
2. Motivasi Menurut Teori Herzberg
Frederick
Herzberg mengembangkan teori motivasi berdasarkan usaha manusia untuk memenuhi
kepuasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Herzberg membangun teorinya melalui
penelitian yang dilakukannya dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada karyawan tentang pekerjaan mereka,
tempat mereka bekerja, penilaian mereka tentang kondisi dan faktor-faktor yang
berkaitan dengan pekerjaan (yang peling jelek dan paling bagus) dan pendapat
mereka terhadap kondisi yang menimbulkan perasaan suka dan tidak suka.
Berdasarkan
penelitian tersebut, Herzberg membangun teorinya berdasarkan dua pradigma,
yaitu pradigma yang berkaitan dengan sikap individu terhadap pekerjaan atau motivating factor yang berkaitan tentang
penyebab kepuasan karyawan dan pradigma tentang kebijakan perusahaan, supervisi,
hubungan interpersonal, dan kondisi
kerja serta sistem penggajian atau disebut juga dengan istilah hygiene factor.
3. Motivasi Menurut Teori McClelland
David
McClelland sangat meyakini bahwa achievment
dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesuksesan individu
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. David McClelland meyatakan bahwa ada tiga jenis motivasi yaitu motivasi
berprestasi, motivasi terhadap kekuasaan dan motivasi afiliasi.
a. Motivasi berprestasi (achievement motivation atau n-ach)
n-ach atau motivasi berprestasi merupakan motivasi yang membuat
individu berusaha untuk mencapai prestasi dari kegiatan yang dilakukannya dan
berusaha mengatasi segala hambatan yang menghalanginya untuk mencapai prestasi
tersebut. Cirinya adalah individu selalu berusaha untuk menjadi lebih baik atau
lebih berprestasi.
b. Motivasi terhadap kekuasaan (authority/power motivation atau n-pow)
n-pow atau motivasi terhadap kekuasaan merupakan daya dorong
atau motivasi untuk mencari pengaruh atau kekuasaan secara efektif dan
memberikan manfaat. Motivasi ini berkaitan dengan kebutuhan untuk meningkatkan
status dan gengsi sosial.
c. Motivasi afiliasi ( affiliation motivation atau n-affil )
n-affil atau motivasi afiliasi merupakan kebutuhan yang mendorong
individu melakukan interaksi sosial dengan individu lainnya, menjalin
persahabatan dan kerja sama. Motivasi ini mengarahkan individu untuk menjadi
terkenal dari pada individu lainnya.
4. Motivasi Menurut Vroom (teori
harapan)
Victor
H. Vroom mengenalkan teori motivasinya yang dikenal dengan teori harapan.
Menurut Vroom motivasi adalah hasil interaksi dari tiga faktor yaitu:
a. Seberapa besar orang menginginkan
imbalan (valensi).
b. Perbuatan atau usaha yang akan menghasilkan
apa (harapan).
c. Perkiraan bahwa prestasi akan menghasilkan
perolahan (instrumentalitas).
Sebagai acuannya adalah tingkat kepuasan yang dicapai
individu dalam suatu pekerjaan yang dapat dijadikan prediksi apakah individu akan tetap berkerja atau akan
meniggalkan pekerjaan itu.
5. Motivasi menurut Teori ERG (existence, relatedness, and growth)
Teori
ERG adalah teori yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan manusia. E berarti existence atau kebutuhan untuk tetap hidup, R berarti relatedness atau kesesuaian dan G berarti growth atau perkembangan. Ketiga aspek ini saling berhubungan dengan kelima aspek yang dikemukakan Maslow.
Existance berhubungan dengan fisiologis dan
kebutuhan terhadap rasa aman yang membuat individu membutuhkan temapat tinggal,
keamanan dan minuman, serta jauh dari bahaya yang mengancam keselamatan. Relatedness berhubungan dengan cara
dicintai dan mencintai atau kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk berinteraksi
dengan orang lain yang bersifat personal. Sedangkan growth berhubungan dengan pengaktualisasian diri dengan jalan
mengopitmalkan potensi yang dimiliki sehingga mampu menjadikannya sebagai
tantangan baru dan berbagai peluang baru[3].
d. Bentuk-bentuk Motivasi untuk meraih
sesuatu
Seorang
murid memerlukan strategi kognitif yang baik dalam meningkatkan motivasinya
untuk meraih sesuatu atau untuk berprestasi. Motivasi dibagi menjadi dua yaitu
motivasi ekstrinsik (eksternal) atau motivasi yang berasal dari luar diri
murid, dan motivasi intrinsik (internal) atau motivasi yang berasal dari diri
individu itu sendiri.
1. Motivasi ekstrinsik
Adalah
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai
tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti
imbalan dan hukuman. Misalnya, seorang murid akan belajar giat untuk mendapat
nilai baik ketika ujian. Motivasi ekstrinsik juga berkaitan dengan motivasi
takut (fear motivation) individu
melakukan suatu perbuatan karena takut. Misalnya seseorang yang mematuhi
peraturan lalu lintas, tepat waktu
membayar pajak bukan karena sadar akan kewajiban melainkan takut dikenai
sangsi atau hukuman dari pihak terkait.[4]
Motivasi belajar dikatakan
ekstrinsik apabila anak didik mendapatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor
situasi belajar (resides in some factors
outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai
tujuan yang terletak diluar hal yang
dipelajarinya. Mislanya untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan
dan sebagainya.[5]
2. Motivasi intrinsik
Adalah
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri). Misalya, murid mungkin belajar sebelum mengahadapi ujian karena dia
senang dengan mata pelajaran yang akan diujikan itu.
Motivasi intrinsik juga diartikan
sebagai suatu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu adanya
rangsangan dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.[6]
Motivasi intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu
dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang
terkandung didalam pelajaran itu. Anak didik semata-mata untuk menguasai
nilai-nilai yang terkandung di dalam bahan pelajaran bukan karena keinginan
lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi atau hadian dan
sebagainya.[7]
e. Fungsi Motivasi
Semakin
berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan makin kuat pula motifnya, jadi motif
atau motivasi itu sangat berguna bagi tindakan seseorang. Fungsi dari motivasi
adalah sebagai berikut:
1. Motif itu mendorong manusia untuk
berbuat/bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor
yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan.
2. Motif itu menentukan arah
perbuatan. Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.
3. Motif itu menyeleksi perbuatan
kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang
serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampaikan perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan itu. Dalam percakapan sehari-hari motif itu dinyatakan
dengan berbagai kata, seperti; hasrat, maksud, minat, tekad, kemauan,dorongan,
kebutuhan, kehendak, cita-cita, kehausan, dan lain sebagainya.[8]
f. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut De Cee dan Grawford (1974)
ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara
pemeliharaan dan peningkatan motivasi
belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberi
harapan yang realistis, memberi insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik
ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
1. Menggairahkan Anak Didik
Salah
satu tugas seorang guru adalah memelihara minat anak didik dalam belajar,
dengan menghindari pembelajaran yang monoton dan membosankan. Dengan memberi
kebebasan tertentu kepada murid untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek
pelajaran dalam situasi belajar. Mungkin dengan memandang suatu gagasan dari
sudut pandang lain yang lebih nyata dengan mencontohkan dalam perilaku
kehidupan.
2. Memberi Harapan Realistis
Guru
harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi
harapan-harapan yang kurang atau tidak relaistis.sehingga setiap guru dituntut
untuk memiliki pengetahuan yang cukup. Dengan demikian guru dapat membedakan
antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis atau terlalu optimis. Biala
anak didik telah banyak mengalami kegagalan maka guru harus memberikan sebanyak
mungkin keberhasilan kepada anak didik yang sifatnya terjangkau dan dengan
pertimbangan yang matang.
3. Memberi Insentif
Bila
anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan mampu memberikan hadiah
kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas
keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih
lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
4. Mengarahkan Prilaku Anak Didik
Setiap
guru dituntut untuk memberikan respon terhadap anak didik yang tak terlibat
langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Anak didik yang diam, yang membuat
keributan, yang bebricara semaunya dan sebagainya, harus diberikan teguran
secar arif dan bijaksana. Jadi cara yang baik dalam mengarahkan anak didik
adalah dengan memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang
mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut, dan dengan perkataan yang ramah
dan baik. Hal yang sering dilakukan seroang guru maupun khalayak umum adalah
menjuluki seseorang dengan gelar yang tidak baik padahal itu sangat tidak
manusiawi.[9]
2.
Pengajaran
a. Pengertian Pengajaran
Menurut kami pengajaran berasal dari kata dasar “ajar” berarti mentransfer ilmu tertentu kepada seseorang dan
mendapat awalan pe- dan akhiran –an yang
berarti menujukan adanya suatu proses dan beorientasi kepada tujuan, sehingga
pengajaran dapat kami artikan sebagai suatu proses transfer (menyampaikan)
suatu ilmu pengetahuan kepada seseorang untuk tujuan tertentu yang dapat
ditempuh dengan cara-cara tertentu.
Beberapa
pengertian tentang mengajar diantaranya adalah sebagai berikut (1) mengajar
adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dimana antar keduanya terdapat
rasa saling mempengaruhi melalui pemikiran-pemikiran mereka dan belajar sesuatu
dari interaksi itu. (2) mengajar adalah mengisi pikiran siswa dengan berbagai
informasi dan pengetahuan tentang fakta untuk kegunaan pada masa datang. (3)
mengajar adalah proses dimana pelajar, guru, kurikulum, dan variabel lainnya
disusun secara sistematis guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (4)
mengajar adalah mendorong lahirnya motivasi untuk belajar.[10]
Pengajaran (instruksional) lebih
mengarah kepada pemberian pengetahuan dari seorang guru kepada murid yang
kadangkala berlangsung secara sepihak.
Berapa
pendapat tentang pengertian pengajaran yaitu;
1. Hasan Langgulung mendefinisikan
pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai
pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui.
2. H. M. Arifin merumuskan pengertian
mengajar sebagai sutu kegiatan menyampaikan bahan pelajaran kepada pelajar agar
dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Dengan adanya pengajaran diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan yang
disampaikan dan berimbas pada perubahan tingkah laku.
3. Roestiyah NK menyatakan, mengajar
adalah bimbingan kepada anak dalam
proses belajar.
4. Menurut Ramayulis tentang
pengajaran memiliki unsur-unsur sub-stansial kegiatan pengajaran yaitu (1)
pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan
(2) pemindahan yang dilakukan oleh
seseorang yang memiliki pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum
mengetahui (pelajar) melalui proses belajar-mengajar.[11]
b. Tujuan Pengajaran
Tujuan
pengajaran yang asasi adalah memungkinkan manusia untuk mengetahui dirinya dan
alam sekitarnya dengan pengetahuan yang berdasarkan amal perbuatan. Maka amal
perbuatan adalah tujuan yang hakiki dari pada ilmu pengetahuan, apa gunanya
ilmu pengetahuan kalau tidak disertai dengan perbuatan.[12]
Setiap
perbuatan manusia biasanya ada tujuan-tujuan tertentu, baik tujuan secara umum
maupun tujuan secara khusus, sperti halnya pengajaran juga memiliki kedua
tujuan tersebut.
1. Tujuan Pengajaran Secara Umum
·
Memberikan, mengajarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki
kepada murid.
·
Agar murid dapat memiliki pengetahuan yang dimiliki guru
dan mampu mengamalkannya.
·
Agar murid memiliki bekal ilmu pengetahuan serta bersedia
menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
2. Tujuan Pengajaran Secara Khusus
Secara garis besar tujuan dari
pengajaran itu adalah suatu bentuk perwujudan dari kesyukuran sesorang atas
anugerah ilmu yang diberikan oleh Allah SWT kepada sesorang. Disamping itu
pengajaran merupakan implementasi (penerapan) dari tugas-tugas keilmuan
seseorang dengan cara mengajarkan ilmu yang dimilikinya.[13]
3.
Pembelajaran
a. Pandangan Pakar Tentang Pengetian Belajar
Dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Para ahli mendefinisikan belajar
dengan berbagai rumusan, sehingga terdapat keragaman tentang makna belajar
·
Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku,
pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia
tidak belajar maka responnya menurun.
·
Gagne, merumuskan bahwa
belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yaitu setelah belajar orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
·
Henry Clay Lingen dan
Newtin Suter mendefinisikan dengan perubahan yang relatif permanen dalam
bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
·
James W. Zanden mengatakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif permanen atau perubahan kemampuan sebagai hasil dari
pengalaman.akibat dari interaksi dengan lingkungan secara stabil.
·
Biggs mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu:
rumusan kuantitatif (pengembangan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya),
rumusan institusional (pengabsahan atau validasi dari penguasaan ilmu), dan
rumusan kualitatif (proses mempelajari arti-arti dan pemahaman-pemahaman).[14]
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran
atau learning adalah suatu kegiatan
yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan
faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi,
serta berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan, maupun
pengorganisasian pembelajaran.
Dalam
suatu definisi pembelajaran dipandang sebagai upaya memengaruhi siswa agar
belajar. Akibat yang mungkin tampak dari tindakan pembelajaran adalah (1) belajar
sesuatu yang mereka tidak akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, (2)
mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efisien.[15]
Terdapat
perbedaan pengertian anatara pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran terpusat
pada guru atau pendidik, sedangkan pembelajaran terpusat pada siswa atau
peserta didik.
Beberapa ahli merumuskan
pengertian pembelajaran.
1. Menurut Syaiful Sagala,
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori
belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
2. Menurut Corey pembelajaran adalah
suatu proses dimana seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu.
5. Menurut Oemar Malik pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material
fasilitas, perlengakapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri atas
siswa, guru, dan tenaga lainnya termasuk tenaga laboratorium. Material meliputi
buku-buku, papan tulis, fotografi, slide, film, audio, dan video tape.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruang kelas, perlengkapan audio visual,
komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek,
belajar, ujian, dan sebagainya.[16]
b. Macam-macam Teori Belajar Dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran
1. Teori Behavioristik
Teori
behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang
telah dianggap belajar sesuatu apabila ia telah mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran
(output) yang berupa respons.
Sedangkan yang terjadi diantara stimulus dan respons dianggap tidak penting
diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati hanyalah
stimulus dan respons. Faktor terpenting dalam belajar adalah penguatan yakni apa
saja yang yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat demikian apabila penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respon akan menguat. Tokoh-tokoh
penting teori behavioristik diantaranya Thorndike, Watson, Skinner, Hull dan
Guthrie.
Aplikasi
teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan pada aktivitas
“mimetic” yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi
pelajaran mengikuti urutan dan bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil dan evaluasi menuntut suatu jawaban benar.
Jawaban benar adalah tanda bahwa siswa telah melaksanakan tugas belajarnya.
2. Teori Belajar Kognitif
Belajar menurut teori kognitif adalah
perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang
telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik
apabila materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang. Tokoh teori kognitif dantaranya yaitu:
Piaget, Bruner dan Ausubel.
Dalam
kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan
baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran
disusun dnegan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke
kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena
faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
3. Teori Belajar Konstruksivistik
Belajar
merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui
asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya,
memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran
diusahakan dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut
secara optimal pada diri siswa.
Proses
belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalananya
melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi
pengetahuan menuju kepada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru
konstrusivistik yang mengakui dan
mengahargai dorongan diri manusia/siswa untuk mengonstruksikan
pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukan akan diarahkan agar
terjadi aktiviitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.
Karakteristik
pembelajaran yang dilakukannya adalah:
·
Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum dengan memberi
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara luas.
·
Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk
membuat hubungan diantara ide-ide kemudian memformulasikan kembali ide-ide
tersebut serta membuat suatu kesimpulan.
·
Guru dan siswa bersama-sama mengkaji pesan-pesan penting
bahwa dunia adalah kompleks, dimana
terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datang dari
berbagai interpretasi.
·
Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya
merupakan sautu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak
mudah dikelola.
4. Teori Belajar Humanistik
Menurut
teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara
optimal. Teori humanistik cenderung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat
memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Beberapa
tokoh penganut aliran humanistik diantaranya adalah;
1. Kolb dengan konsepnya tentang empat
tahap dalam belajar yaitu; pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif,
konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
2. Honey dan Mumfrod, menggolongkan
siswa menjadi 4 yaitu; aktivis, reflektor, teoris dan pragmatis.
3. Hubernas, membedakan 3 macam atau
tipe belajar yaitu; belajar teknis, belajar praktis dan belajar emansipatoris.
4. Bloom dan Krathwolf dengan 3
kawasan tujuan belajar yaitu kognif, psikomotor dan afektif.
5. Ausubel dengan konsepnya belajar
bermakna, ynag termasuk tokoh dari aliran kognitifisme juga.
Aplikasi
teori humanistik dalam pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir
induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar.[17]
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
Proses
belajar (pembelajaran) merupakan interaksi individu dengan lingkungan secara
terus-menerus (continous) yang disebut adaptasi. Pengalaman adaptasi dapat
mewujudkan perkembangan schema baru.
Proses bealajar dan pembelajaran dipengaruhi oleh: (1) faktor internal meliputi
faktor fisiologis dan faktor psikis, (2) faktor eksternal yaitu berupa segala
sesuatu yang berada diluar individu. Belajar merupakan aktivitas individu yang
melakukan belajar yaitu proses kerja faktor internal, Menurut Piaget faktor
internal berupa proses penyesuaian (adaptasi) melalui asimilasi dan akomodasi
antara stimulus dengat untu dasar kognisi seseorang yang disebutnya skema.
Selanjutnya akan diperinci tentang kedua faktor diatas yang meliputi faktor
internal dan eksternal dalam pembelajaran.
a. Faktor Internal Individu
Faktor internal yang ada dalam diri
individu yakni berupa faktor yang mengolah dan memproses lingkungan sehingga
menghasilkan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Pada dasarnya faktor
internal itu sangat kompleks yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Faktor Fisologis
Faktor
fisiologis meliputi antara lain: keadaan jasmani (normal dan cacat, bentuk
tubuh kuat atau lemah), yang semua akan memengaruhi cara merespon terhadap
lingkungkungan. Contoh: cacat panca indra akan memengaruhi cara menangkap
sesuatu yang ada diluar dirinya karena masuknya
stimulus dari dunia luar kedala struktur kognitif adalah melalui panca
indra. Faktor kelelahan, faktor gizi, akan memberi kontribus berbeda terhadap
proses dan hasil belajar.
2. Faktor Psikologis
Setiap
individu memiliki karakteristik psikologis berbeda satu dengan lainnya.
Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan cara merespon terhadap stimulus
dari luar yang dampaknya pada hasil belajar yang akan berbeda pula. Faktor
internal yang berupa karakteristik psikologis antara lain meliputi:
-
Kecerdasan (intelegensi)
-
Emosi (suasana emosional individu)
-
Bakat (kemampuan individu untuk belajar)
-
Motivasi (dorongan dari luar maupun dari dalam )
-
Perhatian (perhatian individu pada objek yang dipelajari).[18]
Arden
N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah
sebgai berikut:
·
Adanya sifat ingin tahu yang menyelidiki dunia yang lebih
luas.
·
Adanya sifat yang kreatif dan keinginan untuk selalu maju.
·
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
guru, teman-teman dan lingkungan sosial di sekelilingnya.
·
Adanya keinginan unutk memperbaiki kegagalan dimasa lalu
dengan usaha yang baru, salah satunya dengan berperan dalam kompetisi.
·
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman dalam
menguasai pelajaran.
·
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhr dari pada
belajar.[19]
b. Faktor Eksternal Individu
Faktor
eksternal adalah segala sesuatu yang berada diluar individu atau sering disebut
dengan lingkungan. Klasifikasi lingkungan tersebut antara lain:
1. Lingkungan fisik yang terdiri atas:
geografis, rumah, sekolah, pasar, tempat permainan dan sebgainya.
2. Lingkungan psikis meliputi:
aspirasi, harapan-harapan cita-cita dan masalah yang dihadapi.
3. Lingkungan personal yang meliputi:
teman sebaya, orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan seterusnya.
4. Lingkungan nonpersonal diantaranya
meliputi: rumah, peralatan, pepohonan, gunung dan lain sebagainya.
5. Dilihat dari sudut kelembagaan
terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Dari beberapa faktor eksternal
diatas menjelaskan bahwa faktor eksternal memiliki peranan yang penting dalam
pembelajaran dan hasil belajar anak didik, yang pada akhirnya berimbas pada
perubahan tingkah laku individu, perubahan karakter, bahkan dapat memodifikasi
tempramen/karakter individu. Sehingga tak heran ketika setiap individu memiliki
sikap dan perilaku yang berbeda-beda. Hal tersebut diakibatkan karena perbedaan
respon individu itu sendiri.[20]
d. Komponen dasar pembelajaran
Seorang
guru dalam menyampaikan pengetahuan harus informatif dan edukatif agar anak
didik dapat menerima pengetahuan yang disampaikan secara baik dan tersimpan
dimemori anak didik secara menyeluruh.
Agar proses belajar mengajar dapat
maksimal hasilnya sekurang-kurangnya ada lima komponen yang harus dimiliki
meliputi:
1. Tujuan mengajar, apa standar
ketuntasan minimal yang harus ditempuh anak didik.
2. Bahan isi pembelajaran, artinya
perlu dipahami tentang materi apa yang akan disampaikan saat trasformasi ilmu berlangsung
agar terciptanya tujuan awal dari pembelajaran.
3. Metode atau teknik pemeblajaran,
artinya bagaimana penyampaian materi yang efektif agar anak didik mampu
memahami apa yang telah disampaikan.
4. Perlengkapan dan fasilitas, artinya
untuk membantu jalannya proses pembelajaran dibutuhkan fasilitas ataupun alat
bantu sebagai peraga dan alat praktik anak didik.
5. Evaluasi (penilaian), artinya untuk
mengukur tercapai atau tidaknya tujuan dari pembelajaran perlu dan sangat
penting diadakannya evaluasi atau penilaian.[21]
C. PEMBAHASAN
1. Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang ada
dalam diri manusia yang mengarahkan pada pencapaian suatu tujuan yang telah
ditetapkan yang dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik maupun intrinsik.
Abraham Maslow berpendapat bahwa motivasi erat
kaitannya dengan kebutuhan, yakni kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan
mengakibatkan seseorang termostivasi melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan yang
harus dipenuhi terlebih dulu adalah kebutuhan makan, tidur, perlindungan (safety), cinta kasih, harga diri, serta
kebutuhan mengaktualisasi diri (mengembangkan kemampuan diri) yang merupakan
kebutuhan tingkat tinggi yang perlu direalisasikan setelah kenutuhan tingkat
rendah terpenuhi.
Federick Herzberg menjelaskan bahwa
motivasi berdasarkan usaha manusia untuk memenuhi kepuasan dalam memenuhi
kepuasan hidupnya. Teori Herzberb lebih banyak digunakan dalam dunia bisnis
selain dalam pendidikan. Herzberg membangun teorinya dalam dua pradigma yakni
sikap individu terhadap pekerjaannya berupa faktor penyebab karyawan puas, dan
pradigma yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan.
David McClelland menyatakan ada
tiga jenis motivasi yaitu (1) motivasi berprestasi (n-ach) yaitu motivasi individu untuk berusaha mencapi prestasi
dalam kegiatan yang dilakukannya dan mengatasi hambatan yang mengahalanginya
dalam mencapi prestasi.(2) motivasi terhadap kekuasaan (n-pow) merupakan daya dorong untuk berpengaruh dalam linkgungannya
yang berkaitan dengan kebutuhan meningkatkan status sosial.(3) motivasi
afiliasi (n-afil) dorongan untuk
bersosialisasi atau berinteraksi dengan individu lainnya.
Victor H. Vroom berpendapat
motivasi adalah hasil interaksi dari tiga faktor, yaitu; (1) seberapa besar
sesorang menginginan imbalan (valensi),
(2) perbuatan menghasilkan apa (harapan), (3) pikiran bahwa prestasi akan
menhasilkan perolehan (instrumentalitas).
2. Pengajaran
Pengajaran
merupakan proses penyampaian (transfer)
suatu pengetahuan kepada seseorang dengan tujuan tertentu dan cara-cara
tertentu. H. M. Arifin berpendapat bahwa pengajaran adalah suatu kegiatan
penyampaian bahan pelajaran kepada pelajar agar dapat menerima, menanggapi,
menguasai dan mengembangkan pelajaran itu yang pada akhirnya akan berimbas pada
perubahan tingkah laku pelajar.
Roestyah
NK menyatakan bahwa pengajaran adalah bimbingan kepada anak didik dalam proses
belajarnya.
Hasan
Langgulung mendefinisikan pengajaran merupakan pemindahan pengetahuan dari
seseorang yang memiliki pengetajuan kepada seseorang yang belum mengetahui.
Ramayulis
memandang pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan yang dilakukan oleh
sesorang yang memiliki pengetahuan (pengajar) kepada orang yang belum
mengetahui (pelajar).
3. Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa dengan
memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik
bidang studi, serta berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian,
pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
Teori
behavioristik yang dianut oleh beberapa pakar seperti Thorndike, Watson, Clark
Hull, Edwin Gutrie dan Skiner. Menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan
tigkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Untuk mendapatkan respon perlu dilakukan penguatan agar timbulnya respon
semakin kuat. Sehingga seseorang bisa dikatakan sudah melalui proses
pembelajaran apabila seseorang tersebut memperlihatkan hasilnya dengan
perubahan tingkah lakunya. Penerapannya dalam pembelajaran dengan menuntut
siswa untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari,
Penyajian materi dimulai dari bagian-bagian ke keseluruhan dan evaluasi
mekankan pada hasil dengan menuntut jawaban yang benar sebagai predikat bahwa
siswa sudah meyelesaikan tugas belajarnya.
Teori
belajar Kognitif dengan tiga tokohnya yang terkenal yaitu Piaget, Bruner dan
Ausubel. Dalam teori ini dijelaskan bahwasannya perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
Asumsinya bahwa setiap orang sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
sudah tertata dalam memorinya. Terjadi proses pembauran antara pengetahuan yang
dimiliki seseorang dengan pengetahuan yang baru. Penerapannya dalam
pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, siswa dituntut mampu
mengkombinasi pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan yang baru
diperolehnya sehingga akan tercipta suatu pengetahuan baru yang akan mudah
dipahami siswa.
Teori
konstruksivistik dengan pandangannya bahwa setiap siswa memiliki dorongan atau
motivasi dalam mengonstruksikan (membangun) pengetahuannya sendiri secara
optimal. Maksudnya stiap orang berhak memandang sesuatu pengetahuan berdasarkan
sudut pandangnya sediri yang berdasarkan pengalaman belajar dan pengetahuan
yang dimilikinya. Penerapannya dalam pembelajaran dengan cara ; membebaskan
belenggu kurikulum agar siswa dapat mengembangkan ide-idenya secara luas, guru
dan siswa saling bersinergi dalam mengakaji pengetahuan yang dipelajari, siswa
mampu memformulasikan pengetahuan serta membuat kesimpulan dan penilaian
meliputi seluruh komponen yang ada dalam belajar-mengajar.
Teori
humanistik yang dianut oleh beberapa tokoh diantaranya ; Kolb, Honey dan
Mumfrod, Hubernas, Bloom, dan Ausubel memandang bahawa belajar memiliki tujuan
utama yaitu memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil apabila
seseorang mampu memahami lingkungan terutama dirinya sendiri yang telah mampu
mengatualisasikan diri.
Penerapan
dalam pemebelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfifkir induktif dengan
melibatkan siswa secara aktif dengan sgudang pengalaman yang dimilikinya.
D. KESIMPULAN
Motivasi adalah dorongan yang
dimiliki seseorang untuk melakukan suatu perbuatan yang didasari rasa yang kuat
untuk melakukannya dengan menetapkan target tertentu. Motivasi dalam dunia
pendidikan khususnya motivasi untuk belajar siswa itu sangat dipentingkan,
karena kemauan seseorang itu diawali dengan motivasi untuk berbuat sesuatu.
Dari beberapa pandangan tentang motivasi bahwa motivasi itu sangat berguna bagi
tercapainya tujuan pendidikan, tanpa adanya motivasi minat belajar siswa akan
berkurang, dimana motivasi itu bisa dirangsang dengan cara tertentu.
Pengajaran merupakan proses
transfer ilmu dair seorang yang berpengetahuan kepada orang yang belum
mengetahui. Pembelajaran merupakan proses yang ditempuh siswa dalam mendapatkan
ilmu pengetahuan yang dipimpin oleh seorang guru dengan menggunakan metode
tertentu dan memiliki tujuan yang jelas.
Dari ketiga pembahasan diatas kami
menyimpulkan bahwa motivasi, pengajaran dan pembelajaran merupakan suatu
kesatuan yang saling terikat dan tidak akan terpisahkan. Motivasi sebagai
dorongan individu untuk belajar, pengajaran sebagai proses transfer pengetahuan
yang berorientasi pada gurunya dan pembelajaaran sebagai proses yang harus
dilakukan agar tujuan belajar itu tercapai, yang berorientasi pada pelajarnya.
[1] John W. Santrock, Psikologi
Pendidikan edisi kedua, (jakarta: Kencana), h. 510-511
[2] Ibid h. 512-513
[3] Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, (Bogor:
Ghalia Indonesia), h.172-177
[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
(Bnadung: PT Remaja Rosdakarya), h.63-64
[5] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar edisi kedua, (Jakarta: Rineka Cipta), h.151
[6] Ibid, h. 514
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar edisi kedua, (Jakarta: Rineka Cipta), h.149
[8] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan
cetakan kelima, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h.70-71
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar cetakan ketiga, (Jakarta: Rineka Cipta), h.168-170
[10] Abdul Azis Wahab, Metode Dan
Model-Model Mengajar Ilmu Pendidikan Sosial, (Bandung: Alfabeta), h.7
[11] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam
cetakan kelima, (Jakarta: Kalam Mulia), h.238
[12] Mahmud Yunus, Pokok-pokok
Pendidikan dan Pengajaran cetakan ketiga, (Jakarta: P.T. Hidakarya Agung),
h.35
[13] Mukhrin, Abdulkadir Munsyi dan M. Nasai Hasyim, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis Untuk Calon Guru, (Surabaya:
Al-Ikhlas), h. 28-37
[14] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam
cetakan kelima, (Jakarta: Kalam Mulia), h.236-237
[15] Hamzah B. Uno, Model
Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif,
(Jakarta: Bumi Aksara), h.V
[16] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam
cetakan kelima, (Jakarta: Kalam Mulia), h.239
[17] C. Asri Budiningsih, Belajar Dan
Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta), h.19-94
[18] Karwono dan Heni Mularsih,
Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada), h. 46-49
[19] Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan edisi ketiga, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h.253
[20] Karwono dan Heni Mularsih,
Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada), h. 50-51
[21] Zainal Asril, Micro Teaching
Disertai Dengan Pengalaman Lapangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),
h.2
DAFTAR
PUSTAKA
1. Abdul
Azis Wahab, Metode Dan Model-Model
Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung: Alpabeta), 2009.
2. Abdurrahman,
Manajemen Kinerja Kepala Madrasah
(Disertasi), (Lampung: IAIN Raden Intan), 2015.
3. Ahmad
Sabri, Strategi Belajar Mengajar Dan
Micro Teaching, (Jakarta: Ciputat Press), 2005.
4. Boeree
C. George, General Psycology Psikologi Kepribadian
Persepsi, Kognisi, Emosi, & Perilaku, (Jogjakarta: Prismasophie), 2008.
5. C.
Asri Budiningsih, Belajar Dan
Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta), 2005.
6. Furqanul
Azies dan A. Chaedar Alwasilah, Pengajaran
Bahasa Komunikif Teori dan praktek, (Bandung: remaja Rosdakarya), 2000
7. Hamzah
B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan
Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara), 2010.
8. J.
J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar
Mengajar cetakan kesebelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006.
9. Karwanto
dan Heni Mularsih, Belajar Dan
Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada), 2012.
10. Mahmud
Yunus, Pokok Pokok Pendidikan Dan
Pengajaran cetakan ketiga, (Jakarta: PT Hidakarya Agung), 1990.
11. Martini
Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi
Pendidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia), 2013.
12. M.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan
cetakan kelima, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 1990.
13. Mukhrin,
Abdulkadir Munsyi dan M. Nasai Hasyim, Pedoman
Mengajar Bimbingan Praktis Untuk Calon Guru, (Surabaya: Al-Iklas), 2003.
14. Nana
Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2007.
15. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam cetakan kelima,
(Jakarta: Kalam Mulia), 2002.
16. Rusman,
Model-model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru edisi kedua, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2013.
17. Santrock
John W., Psikologi Pendidikan edisi kedua,
(Jakarta: Kencana), 2004.
18. Sardiman,
Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2012.
19. Sumadi
Suryabrata, Psikologi Pendidikan edisi
ketiga, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada) 1987.
20. Syaiful
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar edisi kedua,
(Jakarta: Rineka Cipta), 2011.
21. Zainal
Asril, Micro Teaching Disertai Dengan Pedoman
Pengalaman Lapangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo), 2012.
Komentar
Posting Komentar