MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN MOTIVASI, PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN




Tugas kelompok 11                MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
MOTIVASI, PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu :
Dr. Syafrimen, Ph.D
Disusun Oleh :
-         Nugroho Galih Wicaksono      : 1411070184
-         Nadirotul Hasanah                  : 1411070180
-         Siti Susanti                                       : 1411070237

-         Jurusan/kelas/semester            : PGRA/D/II



FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1436 H/2015 M                    

DAFTAR ISI



Kata pengantarii
Daftar Isiiii
A.   Pendahuluan1
B.   Pandangan Pakar Tentang Motivasi, Pengajaran Dan Pembelajaran
1.     Motivasi1
2.     Pengajaran9
3.     Pembelajaran11

C.   Pembahasan18
D.   Kesimpulan21
Daftar Pustaka



A.    PENDAHULUAN
         Motivasi adalah suatu dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu hal dengan tujuan tertentu. Motivasi bersumber dari dalam diri individu sendiri dan adapula yang berasal dari luar individu.
         Pengajaran merupakan upaya transfer ilmu atau suatu proses interaksi dari seseorang yang memiliki pengetahuan kepada seseorang yang belum mengetahui.Umumnya pengajaran hanya bersifat sepihak yakni berorientasi pada pemindahan ilmu saja tidak mengarah ke mendidik, membimbing dan mengarahkan.
         Pembelajaran merupakan proses berlangsungya belajar yang meliputi banyak aspek berupa strategi, metode, bahan pelajaran, lingkungan, kurikulum dan aspek lainnya.

B.     PANDANGAN PAKAR TENTANG MOTIVASI, PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN

1.      Motivasi
a.       Pengertian Motivasi
         Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang memotivasi adalah perilaku yang penuh dengan energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi adalah dorongan terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis dan rohaniah.

b.      Perspektif Tentang Motivasi

1.      Perspektif Behavioral
            Perspektif behavioral menekankan pada pemberian imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Salah satu imbalan yang diberikan kepada murid yaitu insentif yang merupakan proses atau stimulasi positif atau negatif yang dapat memotivasi murid. Insentif yang diberikan kepada murid diantaranya adalah memberi nilai baik, memberi tanda bintang atau pujian ketika murid mampu mneyelesaikan tugas dengan baik, memberi penghargaan berbentuk sertifikat prestasi atau hadiah, dan memeberi izin kepada murid untuk melakukan hal yang spesial seperti diberi jam istirahat lebih banyak sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik.
2.      Perspektif Humanistis
Perspektif humanis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk menentukan nasib mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.[1] Menurut hirarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut:


































                                        (Gambar 1.  piramida kebutuhan manusia)
Keterangan:
1.      Fisiologis: lapar, haus, tidur dan lain-lain.
2.      Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan, kekerasan anak usia dini dan lain-lain.
3.      Cinta dan rasa memiliki: keamanan, kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
4.      Harga diri: mengargai diri sendiri.
5.      Aktualisasi diri: realisasi potensi diri atau menyalurkan bakat diri dan mengembangkannya. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia .
Maslow memandang bahwa aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang rendah telah terpenuhi, dan kebanyakan orang berhenti menjadi dewasa setelah mereka mengembangakan level harga diri yang tinggi sehingga tak pernah sampai ke level puncak yaitu aktualisasi diri.
3.      Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif Pintrich dan Schunk, menganggap bahwa minat murid berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor utama dalam prestasi), dan keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Perspsektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia pendidikan, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena  kebutuhan biologis, tetapi karena orang memiliki motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungungan secara efektif.
4.      Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau ketergantungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motovasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Murid sekolah yang memiliki hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999, Stipek 2002). Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak (Mc Comb, 2001; Combs & Quiat,2001). Dalam studi lain, nilai matematika menigkat dikalangan murid sekolah menengah apabila mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif (Eccles, 1993).[2]

c.       Teori-teori Motivasi
1.      Motivasi Menurut Maslow
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan merupakan dasar dari motivasi melakukan berbagai kegiatan. Apabila suatu kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi maka manusia akan melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Maslow terdapat kebutuhan yang bersifat umum, yaitu kebutuhan fisiologis atau kebutuhan untuk bertahan hidup, kebutuhan keamanan, kebutuhan terhadap kasih sayang, dan kebutuhan untuk dihargai. Apabila kebutuhan umum tadi sudah terpenuhi maka kebutuhan yang lebih tinggi bisa dipenuhi oleh manusia tersebut, yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya atau self actualization (being needs).
2.      Motivasi Menurut Teori Herzberg
Frederick Herzberg mengembangkan teori motivasi berdasarkan usaha manusia untuk memenuhi kepuasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Herzberg membangun teorinya melalui penelitian yang dilakukannya dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada karyawan  tentang pekerjaan mereka, tempat mereka bekerja, penilaian mereka tentang kondisi dan faktor-faktor yang berkaitan dengan pekerjaan (yang peling jelek dan paling bagus) dan pendapat mereka terhadap kondisi yang menimbulkan perasaan suka dan tidak suka.
Berdasarkan penelitian tersebut, Herzberg membangun teorinya berdasarkan dua pradigma, yaitu pradigma yang berkaitan dengan sikap individu terhadap pekerjaan atau motivating factor yang berkaitan tentang penyebab kepuasan karyawan dan pradigma tentang kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan interpersonal,  dan kondisi kerja serta sistem penggajian atau disebut juga dengan istilah hygiene factor.
3.      Motivasi Menurut Teori McClelland
David McClelland sangat meyakini bahwa achievment dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesuksesan individu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. David McClelland meyatakan  bahwa ada tiga jenis motivasi yaitu motivasi berprestasi, motivasi terhadap kekuasaan dan motivasi afiliasi.
a.       Motivasi berprestasi (achievement motivation atau n-ach)
n-ach atau motivasi berprestasi merupakan motivasi yang membuat individu berusaha untuk mencapai prestasi dari kegiatan yang dilakukannya dan berusaha mengatasi segala hambatan yang menghalanginya untuk mencapai prestasi tersebut. Cirinya adalah individu selalu berusaha untuk menjadi lebih baik atau lebih berprestasi.
b.      Motivasi terhadap kekuasaan (authority/power motivation atau n-pow)
n-pow atau motivasi terhadap kekuasaan merupakan daya dorong atau motivasi untuk mencari pengaruh atau kekuasaan secara efektif dan memberikan manfaat. Motivasi ini berkaitan dengan kebutuhan untuk meningkatkan status dan gengsi sosial.
c.       Motivasi afiliasi ( affiliation motivation atau n-affil )
n-affil atau motivasi afiliasi merupakan kebutuhan yang mendorong individu melakukan interaksi sosial dengan individu lainnya, menjalin persahabatan dan kerja sama. Motivasi ini mengarahkan individu untuk menjadi terkenal dari pada individu lainnya.
4.      Motivasi Menurut Vroom (teori harapan)
Victor H. Vroom mengenalkan teori motivasinya yang dikenal dengan teori harapan. Menurut Vroom motivasi adalah hasil interaksi dari tiga faktor yaitu:
a.       Seberapa besar orang menginginkan imbalan (valensi).
b.      Perbuatan atau usaha yang akan menghasilkan apa (harapan).
c.       Perkiraan bahwa prestasi akan menghasilkan perolahan (instrumentalitas).
Sebagai acuannya adalah tingkat kepuasan yang dicapai individu dalam suatu pekerjaan yang dapat dijadikan prediksi  apakah individu akan tetap berkerja atau akan meniggalkan pekerjaan itu.
5.      Motivasi menurut Teori ERG (existence, relatedness, and growth)
Teori ERG adalah teori yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan manusia. E berarti existence atau kebutuhan untuk tetap hidup, R berarti relatedness atau kesesuaian dan G berarti growth atau perkembangan. Ketiga aspek ini saling berhubungan  dengan kelima aspek yang dikemukakan Maslow.
Existance berhubungan dengan fisiologis dan kebutuhan terhadap rasa aman yang membuat individu membutuhkan temapat tinggal, keamanan dan minuman, serta jauh dari bahaya yang mengancam keselamatan. Relatedness berhubungan dengan cara dicintai dan mencintai atau kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain yang bersifat personal. Sedangkan growth berhubungan dengan pengaktualisasian diri dengan jalan mengopitmalkan potensi yang dimiliki sehingga mampu menjadikannya sebagai tantangan baru dan berbagai peluang baru[3].
d.      Bentuk-bentuk Motivasi untuk meraih sesuatu

Seorang murid memerlukan strategi kognitif yang baik dalam meningkatkan motivasinya untuk meraih sesuatu atau untuk berprestasi. Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi ekstrinsik (eksternal) atau motivasi yang berasal dari luar diri murid, dan motivasi intrinsik (internal) atau motivasi yang berasal dari diri individu itu sendiri.
1.      Motivasi ekstrinsik
Adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, seorang murid akan belajar giat untuk mendapat nilai baik ketika ujian. Motivasi ekstrinsik juga berkaitan dengan motivasi takut (fear motivation) individu melakukan suatu perbuatan karena takut. Misalnya seseorang yang mematuhi peraturan lalu lintas, tepat waktu  membayar pajak bukan karena sadar akan kewajiban melainkan takut dikenai sangsi atau hukuman dari pihak terkait.[4]
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila anak didik mendapatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak  diluar hal yang dipelajarinya. Mislanya untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.[5]
2.      Motivasi intrinsik
Adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalya, murid mungkin belajar sebelum mengahadapi ujian karena dia senang dengan mata pelajaran yang akan diujikan itu.
Motivasi intrinsik juga diartikan sebagai suatu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu adanya rangsangan dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.[6] Motivasi intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung didalam pelajaran itu. Anak didik semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam bahan pelajaran bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi atau hadian dan sebagainya.[7]

e.       Fungsi Motivasi
Semakin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan makin kuat pula motifnya, jadi motif atau motivasi itu sangat berguna bagi tindakan seseorang. Fungsi dari motivasi adalah sebagai berikut:
1.      Motif itu mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan.
2.      Motif itu menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.
3.      Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampaikan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. Dalam percakapan sehari-hari motif itu dinyatakan dengan berbagai kata, seperti; hasrat, maksud, minat, tekad, kemauan,dorongan, kebutuhan, kehendak, cita-cita, kehausan, dan lain sebagainya.[8]
f.       Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut De Cee dan Grawford (1974) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan  dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberi harapan yang realistis, memberi insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
1.      Menggairahkan Anak Didik
Salah satu tugas seorang guru adalah memelihara minat anak didik dalam belajar, dengan menghindari pembelajaran yang monoton dan membosankan. Dengan memberi kebebasan tertentu kepada murid untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. Mungkin dengan memandang suatu gagasan dari sudut pandang lain yang lebih nyata dengan mencontohkan dalam perilaku kehidupan.
2.      Memberi Harapan Realistis
Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak relaistis.sehingga setiap guru dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup. Dengan demikian guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis atau terlalu optimis. Biala anak didik telah banyak mengalami kegagalan maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan kepada anak didik yang sifatnya terjangkau dan dengan pertimbangan yang matang.
3.      Memberi Insentif
Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan mampu memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
4.      Mengarahkan Prilaku Anak Didik
Setiap guru dituntut untuk memberikan respon terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang bebricara semaunya dan sebagainya, harus diberikan teguran secar arif dan bijaksana. Jadi cara yang baik dalam mengarahkan anak didik adalah dengan memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut, dan dengan perkataan yang ramah dan baik. Hal yang sering dilakukan seroang guru maupun khalayak umum adalah menjuluki seseorang dengan gelar yang tidak baik padahal itu sangat tidak manusiawi.[9]

2.      Pengajaran

a.       Pengertian Pengajaran
Menurut kami pengajaran berasal  dari kata dasar “ajar” berarti mentransfer ilmu tertentu kepada seseorang dan mendapat awalan pe- dan akhiran –an yang berarti menujukan adanya suatu proses dan beorientasi kepada tujuan, sehingga pengajaran dapat kami artikan sebagai suatu proses transfer (menyampaikan) suatu ilmu pengetahuan kepada seseorang untuk tujuan tertentu yang dapat ditempuh dengan cara-cara tertentu.
Beberapa pengertian tentang mengajar diantaranya adalah sebagai berikut (1) mengajar adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dimana antar keduanya terdapat rasa saling mempengaruhi melalui pemikiran-pemikiran mereka dan belajar sesuatu dari interaksi itu. (2) mengajar adalah mengisi pikiran siswa dengan berbagai informasi dan pengetahuan tentang fakta untuk kegunaan pada masa datang. (3) mengajar adalah proses dimana pelajar, guru, kurikulum, dan variabel lainnya disusun secara sistematis guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (4) mengajar adalah mendorong lahirnya motivasi untuk belajar.[10] Pengajaran (instruksional) lebih mengarah kepada pemberian pengetahuan dari seorang guru kepada murid yang kadangkala berlangsung secara sepihak.
Berapa pendapat tentang pengertian pengajaran yaitu;
1.      Hasan Langgulung mendefinisikan pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui.
2.      H. M. Arifin merumuskan pengertian mengajar sebagai sutu kegiatan menyampaikan bahan pelajaran kepada pelajar agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Dengan adanya pengajaran diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan yang disampaikan dan berimbas pada perubahan tingkah laku.
3.      Roestiyah NK menyatakan, mengajar adalah  bimbingan kepada anak dalam proses belajar.
4.      Menurut Ramayulis tentang pengajaran memiliki unsur-unsur sub-stansial kegiatan pengajaran yaitu (1) pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan
(2) pemindahan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui (pelajar) melalui proses belajar-mengajar.[11]

b.      Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran yang asasi adalah memungkinkan manusia untuk mengetahui dirinya dan alam sekitarnya dengan pengetahuan yang berdasarkan amal perbuatan. Maka amal perbuatan adalah tujuan yang hakiki dari pada ilmu pengetahuan, apa gunanya ilmu pengetahuan kalau tidak disertai dengan perbuatan.[12]
Setiap perbuatan manusia biasanya ada tujuan-tujuan tertentu, baik tujuan secara umum maupun tujuan secara khusus, sperti halnya pengajaran juga memiliki kedua tujuan tersebut.
1.      Tujuan Pengajaran Secara Umum
·         Memberikan, mengajarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada murid.
·         Agar murid dapat memiliki pengetahuan yang dimiliki guru dan mampu mengamalkannya.
·         Agar murid memiliki bekal ilmu pengetahuan serta bersedia menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
2.      Tujuan Pengajaran Secara Khusus
Secara garis besar tujuan dari pengajaran itu adalah suatu bentuk perwujudan dari kesyukuran sesorang atas anugerah ilmu yang diberikan oleh Allah SWT kepada sesorang. Disamping itu pengajaran merupakan implementasi (penerapan) dari tugas-tugas keilmuan seseorang dengan cara mengajarkan ilmu yang dimilikinya.[13]

3.      Pembelajaran

a.       Pandangan Pakar Tentang Pengetian Belajar Dan Pembelajaran
1.      Pengertian Belajar
Para ahli mendefinisikan belajar dengan berbagai rumusan, sehingga terdapat keragaman tentang makna belajar
·         Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
·         Gagne, merumuskan bahwa  belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yaitu setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
·         Henry Clay Lingen dan  Newtin Suter mendefinisikan dengan perubahan yang relatif permanen dalam bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
·         James W. Zanden mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen atau perubahan kemampuan sebagai hasil dari pengalaman.akibat dari interaksi dengan lingkungan secara stabil.
·         Biggs mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu: rumusan kuantitatif (pengembangan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya), rumusan institusional (pengabsahan atau validasi dari penguasaan ilmu), dan rumusan kualitatif (proses mempelajari arti-arti dan pemahaman-pemahaman).[14]
2.      Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran atau learning adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
Dalam suatu definisi pembelajaran dipandang sebagai upaya memengaruhi siswa agar belajar. Akibat yang mungkin tampak dari tindakan pembelajaran adalah (1) belajar sesuatu yang mereka tidak akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, (2) mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efisien.[15]
Terdapat perbedaan pengertian anatara pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran terpusat pada guru atau pendidik, sedangkan pembelajaran terpusat pada siswa atau peserta didik.
                        Beberapa ahli merumuskan pengertian pembelajaran.
1.      Menurut Syaiful Sagala, Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
2.      Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
5.      Menurut Oemar Malik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengakapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri atas siswa, guru, dan tenaga lainnya termasuk tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, fotografi, slide, film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruang kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian, dan sebagainya.[16]

b.      Macam-macam Teori Belajar Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran
1.      Teori Behavioristik
Teori behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu apabila ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan (input) yang berupa stimulus dan keluaran (output) yang berupa respons. Sedangkan yang terjadi diantara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati hanyalah stimulus dan respons. Faktor terpenting dalam belajar adalah penguatan yakni apa saja yang yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat demikian apabila penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respon akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behavioristik diantaranya Thorndike, Watson, Skinner, Hull dan Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan pada aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dan bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil dan evaluasi menuntut suatu jawaban benar. Jawaban benar adalah tanda bahwa siswa telah melaksanakan tugas belajarnya.
2.      Teori Belajar Kognitif
 Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Tokoh teori kognitif dantaranya yaitu: Piaget, Bruner dan Ausubel.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dnegan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
3.      Teori Belajar Konstruksivistik
Belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa.
Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalananya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan menuju kepada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konstrusivistik yang mengakui dan  mengahargai dorongan diri manusia/siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukan akan diarahkan agar terjadi aktiviitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.
Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah:
·         Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum dengan memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara luas.
·         Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan diantara ide-ide kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut serta membuat suatu kesimpulan.
·         Guru dan siswa bersama-sama mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, dimana  terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datang dari berbagai interpretasi.
·         Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan sautu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.
4.      Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
                        Beberapa tokoh penganut aliran humanistik diantaranya adalah;
1.      Kolb dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar yaitu; pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
2.      Honey dan Mumfrod, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu; aktivis, reflektor, teoris dan pragmatis.
3.      Hubernas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu; belajar teknis, belajar praktis dan belajar emansipatoris.
4.      Bloom dan Krathwolf dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu kognif, psikomotor dan afektif.
5.      Ausubel dengan konsepnya belajar bermakna, ynag termasuk tokoh dari aliran kognitifisme juga.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.[17]

c.        Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
Proses belajar (pembelajaran) merupakan interaksi individu dengan lingkungan secara terus-menerus (continous) yang disebut adaptasi. Pengalaman adaptasi dapat mewujudkan perkembangan schema baru. Proses bealajar dan pembelajaran dipengaruhi oleh: (1) faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikis, (2) faktor eksternal yaitu berupa segala sesuatu yang berada diluar individu. Belajar merupakan aktivitas individu yang melakukan belajar yaitu proses kerja faktor internal, Menurut Piaget faktor internal berupa proses penyesuaian (adaptasi) melalui asimilasi dan akomodasi antara stimulus dengat untu dasar kognisi seseorang yang disebutnya skema. Selanjutnya akan diperinci tentang kedua faktor diatas yang meliputi faktor internal dan eksternal dalam pembelajaran.
a.       Faktor Internal Individu
Faktor internal yang ada dalam diri individu yakni berupa faktor yang mengolah dan memproses lingkungan sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Pada dasarnya faktor internal itu sangat kompleks yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1.      Faktor Fisologis
Faktor fisiologis meliputi antara lain: keadaan jasmani (normal dan cacat, bentuk tubuh kuat atau lemah), yang semua akan memengaruhi cara merespon terhadap lingkungkungan. Contoh: cacat panca indra akan memengaruhi cara menangkap sesuatu yang ada diluar dirinya karena masuknya  stimulus dari dunia luar kedala struktur kognitif adalah melalui panca indra. Faktor kelelahan, faktor gizi, akan memberi kontribus berbeda terhadap proses dan hasil belajar.
2.      Faktor Psikologis
Setiap individu memiliki karakteristik psikologis berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan cara merespon terhadap stimulus dari luar yang dampaknya pada hasil belajar yang akan berbeda pula. Faktor internal yang berupa karakteristik psikologis antara lain meliputi:
-          Kecerdasan (intelegensi)
-          Emosi (suasana emosional individu)
-          Bakat (kemampuan individu untuk belajar)
-          Motivasi (dorongan dari luar maupun dari dalam )
-          Perhatian (perhatian individu pada objek yang dipelajari).[18]
Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebgai berikut:
·         Adanya sifat ingin tahu yang menyelidiki dunia yang lebih luas.
·         Adanya sifat yang kreatif dan keinginan untuk selalu maju.
·         Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, teman-teman dan lingkungan sosial di sekelilingnya.
·         Adanya keinginan unutk memperbaiki kegagalan dimasa lalu dengan usaha yang baru, salah satunya dengan berperan dalam kompetisi.
·         Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman dalam menguasai pelajaran.
·         Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhr dari pada belajar.[19]

b.      Faktor Eksternal Individu
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada diluar individu atau sering disebut dengan lingkungan. Klasifikasi lingkungan tersebut antara lain:
1.      Lingkungan fisik yang terdiri atas: geografis, rumah, sekolah, pasar, tempat permainan dan sebgainya.
2.      Lingkungan psikis meliputi: aspirasi, harapan-harapan cita-cita dan masalah yang dihadapi.
3.      Lingkungan personal yang meliputi: teman sebaya, orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan seterusnya.
4.      Lingkungan nonpersonal diantaranya meliputi: rumah, peralatan, pepohonan, gunung dan lain sebagainya.
5.      Dilihat dari sudut kelembagaan terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Dari beberapa faktor eksternal diatas menjelaskan bahwa faktor eksternal memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran dan hasil belajar anak didik, yang pada akhirnya berimbas pada perubahan tingkah laku individu, perubahan karakter, bahkan dapat memodifikasi tempramen/karakter individu. Sehingga tak heran ketika setiap individu memiliki sikap dan perilaku yang berbeda-beda. Hal tersebut diakibatkan karena perbedaan respon individu itu sendiri.[20]
d.      Komponen dasar pembelajaran
Seorang guru dalam menyampaikan pengetahuan harus informatif dan edukatif agar anak didik dapat menerima pengetahuan yang disampaikan secara baik dan tersimpan dimemori anak didik secara menyeluruh.
Agar proses belajar mengajar dapat maksimal hasilnya sekurang-kurangnya ada lima komponen yang harus dimiliki meliputi:
1.      Tujuan mengajar, apa standar ketuntasan minimal yang harus ditempuh anak didik.
2.      Bahan isi pembelajaran, artinya perlu dipahami tentang materi apa yang akan disampaikan saat trasformasi ilmu berlangsung agar terciptanya tujuan awal dari pembelajaran.
3.      Metode atau teknik pemeblajaran, artinya bagaimana penyampaian materi yang efektif agar anak didik mampu memahami apa yang telah disampaikan.
4.      Perlengkapan dan fasilitas, artinya untuk membantu jalannya proses pembelajaran dibutuhkan fasilitas ataupun alat bantu sebagai peraga dan alat praktik anak didik.
5.      Evaluasi (penilaian), artinya untuk mengukur tercapai atau tidaknya tujuan dari pembelajaran perlu dan sangat penting diadakannya evaluasi atau penilaian.[21]

C.     PEMBAHASAN
1.      Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri manusia yang mengarahkan pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan yang dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik maupun intrinsik.
 Abraham Maslow berpendapat bahwa motivasi erat kaitannya dengan kebutuhan, yakni kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan mengakibatkan seseorang termostivasi melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dulu adalah kebutuhan makan, tidur, perlindungan (safety), cinta kasih, harga diri, serta kebutuhan mengaktualisasi diri (mengembangkan kemampuan diri) yang merupakan kebutuhan tingkat tinggi yang perlu direalisasikan setelah kenutuhan tingkat rendah terpenuhi.
Federick Herzberg menjelaskan bahwa motivasi berdasarkan usaha manusia untuk memenuhi kepuasan dalam memenuhi kepuasan hidupnya. Teori Herzberb lebih banyak digunakan dalam dunia bisnis selain dalam pendidikan. Herzberg membangun teorinya dalam dua pradigma yakni sikap individu terhadap pekerjaannya berupa faktor penyebab karyawan puas, dan pradigma yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan.
David McClelland menyatakan ada tiga jenis motivasi yaitu (1) motivasi berprestasi (n-ach) yaitu motivasi individu untuk berusaha mencapi prestasi dalam kegiatan yang dilakukannya dan mengatasi hambatan yang mengahalanginya dalam mencapi prestasi.(2) motivasi terhadap kekuasaan (n-pow) merupakan daya dorong untuk berpengaruh dalam linkgungannya yang berkaitan dengan kebutuhan meningkatkan status sosial.(3) motivasi afiliasi (n-afil) dorongan untuk bersosialisasi atau berinteraksi dengan individu lainnya.
Victor H. Vroom berpendapat motivasi adalah hasil interaksi dari tiga faktor, yaitu; (1) seberapa besar sesorang menginginan imbalan (valensi), (2) perbuatan menghasilkan apa (harapan), (3) pikiran bahwa prestasi akan menhasilkan perolehan (instrumentalitas).

2.      Pengajaran
Pengajaran merupakan proses penyampaian (transfer) suatu pengetahuan kepada seseorang dengan tujuan tertentu dan cara-cara tertentu. H. M. Arifin berpendapat bahwa pengajaran adalah suatu kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada pelajar agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan pelajaran itu yang pada akhirnya akan berimbas pada perubahan tingkah laku pelajar.
Roestyah NK menyatakan bahwa pengajaran adalah bimbingan kepada anak didik dalam proses belajarnya.
Hasan Langgulung mendefinisikan pengajaran merupakan pemindahan pengetahuan dari seseorang yang memiliki pengetajuan kepada seseorang yang belum mengetahui.
Ramayulis memandang pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan yang dilakukan oleh sesorang yang memiliki pengetahuan (pengajar) kepada orang yang belum mengetahui (pelajar).

3.      Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
Teori behavioristik yang dianut oleh beberapa pakar seperti Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Gutrie dan Skiner. Menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tigkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Untuk mendapatkan respon perlu dilakukan penguatan agar timbulnya respon semakin kuat. Sehingga seseorang bisa dikatakan sudah melalui proses pembelajaran apabila seseorang tersebut memperlihatkan hasilnya dengan perubahan tingkah lakunya. Penerapannya dalam pembelajaran dengan menuntut siswa untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari, Penyajian materi dimulai dari bagian-bagian ke keseluruhan dan evaluasi mekankan pada hasil dengan menuntut jawaban yang benar sebagai predikat bahwa siswa sudah meyelesaikan tugas belajarnya.
Teori belajar Kognitif dengan tiga tokohnya yang terkenal yaitu Piaget, Bruner dan Ausubel. Dalam teori ini dijelaskan bahwasannya perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Asumsinya bahwa setiap orang sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sudah tertata dalam memorinya. Terjadi proses pembauran antara pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan pengetahuan yang baru. Penerapannya dalam pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, siswa dituntut mampu mengkombinasi pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan yang baru diperolehnya sehingga akan tercipta suatu pengetahuan baru yang akan mudah dipahami siswa.
Teori konstruksivistik dengan pandangannya bahwa setiap siswa memiliki dorongan atau motivasi dalam mengonstruksikan (membangun) pengetahuannya sendiri secara optimal. Maksudnya stiap orang berhak memandang sesuatu pengetahuan berdasarkan sudut pandangnya sediri yang berdasarkan pengalaman belajar dan pengetahuan yang dimilikinya. Penerapannya dalam pembelajaran dengan cara ; membebaskan belenggu kurikulum agar siswa dapat mengembangkan ide-idenya secara luas, guru dan siswa saling bersinergi dalam mengakaji pengetahuan yang dipelajari, siswa mampu memformulasikan pengetahuan serta membuat kesimpulan dan penilaian meliputi seluruh komponen yang ada dalam belajar-mengajar.
Teori humanistik yang dianut oleh beberapa tokoh diantaranya ; Kolb, Honey dan Mumfrod, Hubernas, Bloom, dan Ausubel memandang bahawa belajar memiliki tujuan utama yaitu memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil apabila seseorang mampu memahami lingkungan terutama dirinya sendiri yang telah mampu mengatualisasikan diri.
Penerapan dalam pemebelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfifkir induktif dengan melibatkan siswa secara aktif dengan sgudang pengalaman yang dimilikinya.

















D.    KESIMPULAN

Motivasi adalah dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu perbuatan yang didasari rasa yang kuat untuk melakukannya dengan menetapkan target tertentu. Motivasi dalam dunia pendidikan khususnya motivasi untuk belajar siswa itu sangat dipentingkan, karena kemauan seseorang itu diawali dengan motivasi untuk berbuat sesuatu. Dari beberapa pandangan tentang motivasi bahwa motivasi itu sangat berguna bagi tercapainya tujuan pendidikan, tanpa adanya motivasi minat belajar siswa akan berkurang, dimana motivasi itu bisa dirangsang dengan cara tertentu.
Pengajaran merupakan proses transfer ilmu dair seorang yang berpengetahuan kepada orang yang belum mengetahui. Pembelajaran merupakan proses yang ditempuh siswa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang dipimpin oleh seorang guru dengan menggunakan metode tertentu dan memiliki tujuan yang jelas.
Dari ketiga pembahasan diatas kami menyimpulkan bahwa motivasi, pengajaran dan pembelajaran merupakan suatu kesatuan yang saling terikat dan tidak akan terpisahkan. Motivasi sebagai dorongan individu untuk belajar, pengajaran sebagai proses transfer pengetahuan yang berorientasi pada gurunya dan pembelajaaran sebagai proses yang harus dilakukan agar tujuan belajar itu tercapai, yang berorientasi pada pelajarnya.






     







[1] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan edisi kedua, (jakarta: Kencana), h. 510-511
[2] Ibid h. 512-513
[3] Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia), h.172-177
[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bnadung: PT Remaja Rosdakarya), h.63-64
[5] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar edisi kedua, (Jakarta: Rineka Cipta), h.151
[6] Ibid, h. 514
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar edisi kedua, (Jakarta: Rineka Cipta), h.149
[8] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan cetakan kelima, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h.70-71
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar cetakan ketiga, (Jakarta: Rineka Cipta), h.168-170
[10] Abdul Azis Wahab, Metode Dan Model-Model Mengajar Ilmu Pendidikan Sosial, (Bandung: Alfabeta), h.7
[11] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam cetakan kelima, (Jakarta: Kalam Mulia), h.238
[12] Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran cetakan ketiga, (Jakarta: P.T. Hidakarya Agung), h.35
[13] Mukhrin, Abdulkadir Munsyi dan M. Nasai Hasyim, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis Untuk Calon Guru, (Surabaya: Al-Ikhlas), h. 28-37
[14] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam cetakan kelima, (Jakarta: Kalam Mulia), h.236-237
[15] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara), h.V
[16] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam cetakan kelima, (Jakarta: Kalam Mulia), h.239
[17] C. Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta), h.19-94
[18] Karwono dan Heni Mularsih, Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), h. 46-49
[19] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan edisi ketiga, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h.253
[20] Karwono dan Heni Mularsih, Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), h. 50-51
[21] Zainal Asril, Micro Teaching Disertai Dengan Pengalaman Lapangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h.2










DAFTAR PUSTAKA
1.      Abdul Azis Wahab, Metode Dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung: Alpabeta), 2009.
2.      Abdurrahman, Manajemen Kinerja Kepala Madrasah (Disertasi), (Lampung: IAIN Raden Intan), 2015.
3.      Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Dan Micro Teaching, (Jakarta: Ciputat Press), 2005.
4.      Boeree C. George, General Psycology Psikologi Kepribadian Persepsi, Kognisi, Emosi, & Perilaku, (Jogjakarta: Prismasophie), 2008.
5.      C. Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta), 2005.
6.      Furqanul Azies dan A. Chaedar Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikif Teori dan praktek, (Bandung: remaja Rosdakarya), 2000
7.      Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara), 2010.
8.      J. J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar cetakan kesebelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006.
9.      Karwanto dan Heni Mularsih, Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 2012.
10.  Mahmud Yunus, Pokok Pokok Pendidikan Dan Pengajaran cetakan ketiga, (Jakarta: PT Hidakarya Agung), 1990.
11.  Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia), 2013.
12.  M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan cetakan kelima, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 1990.
13.  Mukhrin, Abdulkadir Munsyi dan M. Nasai Hasyim, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis Untuk Calon Guru, (Surabaya: Al-Iklas), 2003.
14.  Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2007.
15.  Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam cetakan kelima, (Jakarta: Kalam Mulia), 2002.
16.  Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru edisi kedua, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2013.
17.  Santrock John W., Psikologi Pendidikan edisi kedua, (Jakarta: Kencana), 2004.
18.  Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2012.
19.  Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan edisi ketiga, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada) 1987.
20.  Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar edisi kedua, (Jakarta: Rineka Cipta), 2011.
21.  Zainal Asril, Micro Teaching Disertai Dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo), 2012.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PRINSIP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD

MAKALAH HASIL OBSERVASI DI TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA) DARRUL ILMI BANDAR LAMPUNG